09

293 54 1
                                    

y/n berlari kearah pengejar itu dan menyerangnya menggunakan katananya, tetapi pengejar itu menghindar, dan justru menendang perut y/n yang membuatnya terpental cukup jauh. Katana itu diambil alih oleh pengejar bertopeng babi itu.

"Sial! Aku terlalu meremehkan."
Ucap y/n sambil memegang perutnya yang tambah deras mengeluarkan darah.

Tak menyerah, y/n berdiri lalu tiba-tiba berlari kearah pengejar itu. Menjadikan pembatas tembok sebagai tumpuan, lalu menendang pengejar itu hingga tersungkur.

Tapi setelah itu kaki y/n ditarik oleh pengejar itu yang membuat y/n tidak seimbang sehingga jatuh.
Saat pengejar itu hendak menebas leher y/n, dengan sigap y/n mengeluarkan pistol yang sudah ia bawa sebelumnya. Segera y/n menembak kepala pengejar itu 3 kali.

*Dorr!
*Dorr!
*Dorr!

Pengejar itu kemudian terjatuh tepat diatas y/n. Setelah itu y/n bangun sambil menatap mayat para pengejar itu. Tak lupa ia memastikan bahwa mereka benar-benar sudah mati.

"Sial!" Umpat y/n terengah lalu membuka hoodienya. Menyisakan kaus oversized yang sudah berlumur darah.
Kemudian ia menyobekkan bagian bawah bajunya untuk dijadikan pembalut luka di perutnya.
Tepat setelah itu, y/n mendengar notifikasi dari ponsel yang menandakan bahwa permainan itu selesai.

'Permainan selesai.'

"Hah.. syukurlah aku masih bisa hidup." Ucap y/n sambil terkekeh kecil tidak menyangka bahwa ia bisa lolos.

Segera setelah itu y/n berjalan menuju apotek yang letaknya tak jauh dari sana.

"Shh, sial ini sakit!" Eluh y/n sambil terus memegangi luka yang berada di perutnya.

Sesampainya y/n di apotek, ia langsung menuju rak berisi plaster dan obat-obatan p3k.
Saat hendak duduk untuk mengobati lukanya, y/n dikagetkan dengan keberadaan Chisiya yang sepertinya sedang memperhatikannya.

"Hei, kau disini juga?" Kata y/n basa-basi sambil membersihkan lukanya.
Chisiya hanya memperhatikan y/n lalu tiba-tiba ia tertawa.

"Bukan begitu cara memasangnya" kata Chisiya lalu mendekat dan mengambil alih perban yang sedang dipegang y/n.
"H-hei, apa yang kau lakukan?" Kata y/n panik saat merasa Chisiya mendekatkan dirinya.

"Diamlah." Kata Chisiya sambil memasangkan perban di luka-luka y/n.
Mendengar itu y/n benar-benar diam sambil memasang wajah tegangnya. Chisiya yang menyadari itu hanya terkekeh kecil.

Keadaan menjadi hening.

"Hei, luka ini parah loh. Aku kaget kau bisa melawan mereka dengan luka ini."
Ucap Chisiya memecah keheningan.
"Ya, mau tidak mau. Daripada aku mati." Kata y/n menimpali.
Chisiya tidak membalas ucapan y/n lantaran ia hanya fokus menangani luka y/n selayaknya tugas dokter. Seperti pekerjaannya dahulu

"shhh.." y/n meringis saat merasakan lukanya itu diberi alkohol oleh Chisiya.

"Sudah selesai." Kata Chisiya sambil menaruh peralatan dan obat-obatan tadi.
"Terimakasih." Ujar y/n berterimakasih.
"Itu tidak gratis." Kata Chisiya yang dibalas tatapan bingung oleh y/n.

"Aku ingin bertanya sesuatu." Kata Chisiya lalu menatap y/n serius.
y/n yang sudah tau arah pembicaraan pun langsung menelan ludah.
"Ya, ada apa?" Tanya y/n basa-basi sambil memutar bola matanya.

y/n in Borderland Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang