Part 3 || Perasaan apa ini?

2.6K 318 7
                                    

Baru saja terbangun dari tidak sadarnya, ia sudah mendengar hal-hal yang tak pantas untuk di dengar anak seumuran nya. Azki hanya bisa memutar bola matanya malas mendengar hal itu, lagipula mengapa orang ini malah berada di sini sih?

Jujur saja bagi Azki sekarang, keberadaan mereka sangat amat tidak berguna. Azki bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Dulu pun begitu.

Azki haus, ia bangun secara perlahan mengabaikan perkataan yang dikeluarkan oleh orang yang sedang duduk di sofa besar itu. Meraih gelas yang berada di samping nakas itu,

Tangannya tremor saat sudah memegang gelas itu, hampir saja gelas itu akan terjatuh ke bawah, tangan Azki satu nya lagi sangat cepat untuk meraih gelas itu agar tidak pecah ke bawah

Lalu Azki meminum air tersebut hingga kandas tak tersisa. Ia benar-benar haus ternyata. Perbuatan itu tak lepas dari mata sang empu yang berada di sofa. Mata nya terus memperhatikan bagian-bagian kecil yang bocah laki-laki itu lakukan

Saat Azki menaruh gelas itu kembali, Azki menatap laki-laki yang berada di sofa besar itu, " Apa kau kenal dengan Narendra ?" Tanya Azki

Tadi saat bertemu Kiel, ia lupa menanyakan apakah dunia yang ia tempati ini adalah dunia asli, atau dunia novel, atau dunia buatan lainnya?

Huh, tadi ia malah sangat fokus pada bunda nya.

Laki-laki itu malah tampak acuh tak acuh mendengarkan omongan nya, sudahlah berbicara dengan mereka adalah hal paling tidak berguna di dunia ini. Lebih baik ia mencari di internet saja kalau begini.

Oke sekarang balik lagi ke tempat ini, sekarang dirinya hanya tinggal berdua di ruangan yang sebesar ini. Lagipula ini kamar rumah sakit atau penthouse sih?! Besar sekali untuk satu ruangan.

Azki atau sekarang yang bisa dipanggil dengan sebutan Kiel, ia hanya akan menghabiskan waktu yang ada untuk bersantai saja. Lagipula ia mau ngapain disini? Tidak ada apapun yang bisa ia lakukan. Untuk sekarang.

Kiel menghela nafas kasar karena bosan yang melanda. Laki-laki itu malah asik bermain dengan handphone yang dipegangnya.

Ceklek

Kiel menoleh ke arah pintu yang terbuka, terpampang sosok pria bertubuh jangkung dengan rahang tegas, alis tebal, mata tajam, oh tak lupa dengan jas formal kebanggaan nya itu.

Pria itu melirik Kiel, " Pulang." Ucapnya dengan nada datar

Kiel mengerenyit sedikit tak suka, hei ia baru saja sadar, oke? Ia juga pasti harus menjalani beberapa perawatan lagi. Kenapa harus cepat-cepat pulang? Lagipula ia sangat menyukai bau obat-obatan di rumah sakit , tapi tidak dengan meminum obat-obat pahit itu.

" Kenapa aku harus pulang? Aku baru saja sadar, bukan?" Tanya Kiel dengan nada tersirat sedikit kesal

Mata nya sedikit membulat mendengar laki-laki kecil ini membalas ucapan diri nya dengan nada seperti itu. Begitu pula dengan laki-laki yang sedang terduduk di sofa besar itu.

" Kau selalu menyusahkan orang." Ucap pria itu

" Kalau begitu tinggalkan saja aku disini." Jawab Kiel dengan begitu santai melontarkan ucapan seperti itu

" Heeh? Kau yakin tidak akan menangis setelah itu?" Ejek laki-laki yang terduduk di sofa tadi berdiri, sedikit tertarik dengan arah pembicaraan ini

" Tidak. Dan tidak akan pernah. Kalau kalian ingin membuang ku juga tak masalah. Toh, aku ini anak pelacur dan pembunuh, bukan?" Ucap Kiel lagi-lagi dengan santai nya melontarkan perkataan itu

Keduanya seketika terdiam tak berkutik mendengar hal yang bahkan tak pernah mereka sangka akan keluar dari mulut bocah di depannya ini.

"Lagipula aku sudah lelah, jadi bersikap lah sesuai kemauan kalian. Dan aku, juga akan bersikap semau ku. Aku... ingin kalian pergi dari hidupku." Ucap Kiel menyelesaikan kata nya sambil membuat gerakan tangan seolah menyuruh mereka untuk cepat pergi

Light, Azkiel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang