Part 12 || Vailenten?

1.5K 194 4
                                    

"Bagaimana?" Ucap Maxiel menuntut Deo yang baru saja keluar dari ruang UGD

"Woa-woa, santai bro. Tidak ada masalah yang serius, tapi sepertinya dia sedikit punya masalah akan pernafasannya. Jadi, nanti kusiapkan hal yang harus kau butuhkan nantinya." Ucap Deo

Maxiel menghela nafas lega begitu pula dengan keempat anaknya yang lain. Mereka dibuat terkejut ketika Avixel tiba-tiba berteriak untuk menyiapkan mobil sambil menggendong Kiel yang sudah tak sadarkan diri.

Maxiel bertanya pada Avi tapi dirinya hanya diam tak bersuara. Jadilah ia akan menanyakan nanti. Anak yang lain juga tak berani mendekati Avixel ketika keadaan nya lagi seperti ini. Siapa yang tahu jika hewan buas itu tiba-tiba mengamuk?

Jadi lebih baik mereka diam saja untuk saat ini, dan bisa meminta Kiel menjelaskan ketika ia sudah bangun nanti.

"Sudah bisa dijenguk, bukan?" Tanya Artha pada Deo

"Tent--"

Ceklek

"What the hell? Ada apa dengan anakmu yang satu itu?" Deo kesal karena ucapannya tadi terpotong oleh Avixel yang tiba-tiba saja langsung masuk ke dalam ruangan tanpa permisi

Maxiel hanya mengedikkan bahu nya acuh, mereka lebih memilih masuk ke dalam ruangan meninggalkan Deo seorang diri diluar.

"Keluarga gendeng."

*********

Avixel masuk dan mendekati ranjang tidur Kiel dengan perlahan. Mendapati adik yang selalu ia acuhkan keberadaan nya, bahkan tak segan-segan untuk menyiksa nya. Tidur Kiel tampak sangat nyenyak.

Avixel mengelus pipi lembut Kiel dengan pelan, lalu memegang tangan mungil Kiel, " Maafkan aku." Lirih Avi

Ceklek

Maxiel melihat Avixel menatap Kiel dengan lembut, tersirat raut wajah khawatir juga penyesalan mendalam. Maxiel berpikir bahwa Avixel sudah berdamai dengan masa lalu, dan akan ikut menyayangi Kiel.

"Apa sudah bangun?" Tanya Maxiel, Avixel menggeleng

Avixel menunduk, "Gentanio Valire." Ucap Avi dengan nada dingin

Atmosfer dalam ruangan ini menjadi sangat berat sekali sekarang, setelah Avi mengeluarkan satu nama itu.

"Kenapa?" Tanya Maxiel

"Pembunuh bunda." Ucap Avi lagi

Max mengepalkan tangannya, " Apa benar?" Ucap Max dengan rahang yang mulai mengeras

"Ya."

Maxiel langsung ingin keluar dari ruangan tapi ditahan oleh suara yang dikeluarkan Avixel, " Tak perlu, aku sudah menyuruh mereka menangkapnya."

Maxiel terduduk di sofa besar, dan mulai meraup wajahnya dengan kasar. Jadi benar? Dugaannya kalau Genta lah yang membunuh istrinya? Sial. Kenapa Genta? Apa kau terlalu dibutakan oleh masa lalu juga dendam?!

Keadaan dalam ruangan sedikit lebih kacau, karena pembicaraan ini. Meninggalnya bunda suatu topik yang sangat sensitif disini.

Mereka semua menyesal. Menyesal telah menyiksa anak kecil yang tak tahu menahu perihal ini. Mereka dengan sembarangan menuduh anak kecil yang bahkan tak mengerti apapun itu. Hal bodoh macam apa yang telah mereka lakukan pada malaikat mungil itu?

Mereka menatap Kiel yang tertidur, raut wajah menyesal mereka yang paling kentara.

Dahi Kiel mengerenyit, Kiel bergerak gelisah dalam tidurnya. Wajahnya mulai sedikit dipenuhi dengan keringat yang keluar. Avixel menyadari itu

Light, Azkiel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang