Seseorang sedang melihat ke arah layar yang menunjukkan beberapa orang yang sedang makan bersama sambil bercanda ria. Ia menatap dengan dingin layar itu sambil mengetuk-ngetuk kan salah satu jari tangannya pada meja bertuliskan, C.E.O AVIXEL , disebuah papan nama.
Ya, dia tuan Avixel Drivixy Binara. Sang putra sulung keluarga Binara. Kini ia sedang berada di perusahaannya sendiri. Perusahaan yang ia bangun, tanpa campur tangan dari siapapun. Bahkan ayahnya sendiri.
Avi memutar kursi nya lalu menghadap keluar jendela, tatapannya memandang kosong langit-langit cerah diatas. Entah apa yang dipikirkannya.
Tok tok
Ceklek
"Permisi, tuan." Ucap seseorang yang baru saja masuk
Avixel memutar kursinya kembali dan menatap orang itu dengan wajah datarnya, " Ada apa?" Ujar Avixel dengan dingin
Seseorang itu menunduk lalu memberikan sebuah berkas berisikan beberapa lembar kertas juga beberapa foto. Entah apa isi foto juga bacaan itu.
Avixel meneliti itu semua dengan seksama. Ia membuka lembar kertas itu satu demi satu, agar tak terlewatkan sedikitpun. Setelah beberapa menit membaca semua berkas itu, Avixel memandang dingin entah kemana.
Sang bawahan yang masih berdiri dihadapannya itu pun, terasa sangat gemetar akan hawa yang dikeluarkan sang majikan. Ia tahu mengapa bisa jadi seperti ini, ia sudah lebih dulu membaca berkas itu sebelum diberikan kepada majikannya.
Keluarga Binara, menjadi seperti sesuatu yang sangat mudah dipermainkan oleh beberapa bajingan kecil yang tersesat dalam sebuah dendam.
Avixel meremas kertas itu dengan keras, harga dirinya seperti sudah sangat jatuh. Karena hanya ulah satu bajingan ini.
"Cepat temukan dia, hidup ataupun mati." Ucap Avixel dingin
"B-baik, tuan." Ucap sang bawahan lalu segera pergi
Kembali ke Avixel, Ia mengacak-acak rambutnya sendiri dengan kasar. Ia mendapati semua jawaban yang sedari dulu ia butuhkan, tapi mengapa? Mengapa hatinya menjadi sakit dan sangat merasa bersalah? Raut wajah Avixel sangat buruk saat ini.
Ia jarang mengekspresikan perasaan nya atau bahkan ia sangat jarang merasakan hal seperti ini.
Avixel meraup wajahnya dengan kasar, "Maafkan aku." Ucap Avi dengan rasa sesal yang mendalam
*********
"Mukamu seperti keset tidak disetrika." Ucap Kiel dengan menunjukkan raut wajah jijik
" Apa?! Wajahku tampan begini, kamu sebut begitu!" Kesal Adrion karena tak terima dibilang seperti itu oleh Kiel
Kiel memutar bola matanya malas, malas selalu meladeni drama yang dibuat Adrion tiap bertemu dengannya. Apakah si Adrion ini tidak ingin menjadi seorang aktor saja, daripada seorang dokter, hah?! Aktor papan bawah lebih cocok untuk dirinya daripada dokter.
"Kasihan ayah, sudah mendidikmu setinggi ini tapi yang kau bisa hanya menunjukkan drama murahan tiap harinya." Ucap Kiel dengan santai sambil menonton acara televisi
Adrion mencubit mulut jahannam Kiel, " Berani kamu bilang seperti itu padaku, hm!?" Ucap Adrion dengan nada rendah
Kiel menoleh dengan kaku, ia tak tahu bahwa ucapannya akan menyakiti kakaknya ini, "Maaf aku hany---
"Aku tidak terima kamu bilang begitu padaku, hiks..." Ucap Adrion dengan raut muka tidak biasa
Pletakk
Kiel menyentil dahi Adrion dengan keras, " Aduh... sakit Kiel!" Protes Adrion
"Makanya jangan banyak bertingkah!" Kesal Kiel, lama-lama habis juga kesabarannya jika terus bertemu dengan Adrion
KAMU SEDANG MEMBACA
Light, Azkiel
Ngẫu nhiên[ JUST BROTHERSHIP NOT BL!] Fyi, cerita ini blm tamat+gabakal dilanjut🗿🙏 Azakiel Putra Narendra, seorang anak tunggal kaya raya yang ditinggalkan bunda nya karena diambil oleh sang semesta. Kini ia hanya tinggal bersama ayahnya. Kehilangan bunda n...