"Sini biar gue yang bawa," tawar Hamzah menarik tas Nabila saat mereka baru turun dari mobil. Tampilan gadis itu begitu kacau, rambutnya yang berantakan dan seragam yang lusuh membuat orang-orang mungkin berfikir ada gembel baru di lingkungan apartemen.
Nabila masih diam. Dengan pelan Hamzah mengapai tasnya lalu menarik Nabila pelan untuk segera mencapai apartemen.
Hamzah membuka pintu apartemen lalu mempersilahkan Nabila masuk lebih dulu. "Obatin dulu lukanya," ujar Hamzah lagi saat melihat Nabila hanya terus-terus ke kemarnya.
Nabila mengeleng, wajahnya begitu lusuh membuat Hamzah bingung ia ingin tertawa namun kasihan juga. Hamzah meraih tangan gadis itu lalu membawahnya ke sofa. "Obatin dulu," ucapnya tak mau dibantah.
Hamzah bangkit mengambil kotak obat lalu kembali menghampiri Nabila. Pria itu mengobati tangan Nabila yang tergores begitupun kedua lututnya. Bibirnya bahkan bengkak sekarang dan pipinya lebam.
Sangat pelan Hamzah menempelkan salep di sana namun Nabila terus saja meringis sakit.
"Sakit?" tanya Hamzah prihatin membuat mata memerah Nabila semakin berkaca-kaca. Gadis itu mengangguk pelan.
Hamzah mendekat lalu kembali menempelkan salep ke bibir Nabila dan dilanjut meniupi bibir gadis itu agar rasa perihnya hilang. "Masih sakit?" tanya Hamzah lagi dan Nabila mengeleng.
Hamzah mengangguk ia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Nabila agar ia lebih mudah meniupi bibir gadis itu. Namun semakin dekat Hamzah meniupinya membuat jantungnya semakin bergemuruh saja.
Tenang Zah, lo bisa, lo bisa Zah! Cegah hati Hamzah tau apa yang akan Hamzah lakukan jika dia tidak mengingatkan dirinya.
"Assalamualikum!"
Nabila dan Hamzah menoleh bersamaan menatap kedatangan Dewa dan Malvin yang menatap kaget ke arah mereka.
"Hamzah!" teriak Malvin mendorong Hamzah menjauh dari hadapan Nabila. Sedangkan Dewa sudah memeriksa setiap luka yang dibalut plaster di tubuh gadis itu.
"Hamzah yang lakuin?" tanya Malvin tak percaya namun Nabila justru diam menahan tangis.
"Bu-bukan gitu," bela Hamzah masih duduk dengan posisi jatuhnya. "Sumpah, gue gak cium dia kok," jelas Hamzah panik.
"Hamzah ini KDRT, Pasal 44 ayat 1 menjelaskan, Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf A dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak lima belas juta rupiah. Lo mau di penjara 5 tahun?" tanya Dewa dengan wajah yang entah bagaimana dijelaskan. Intinya dia marah.
Hamzah mengangah lalu ia mengelus dadanya lega. Untunglah Dewa berpikir lain.
"Hamzah!" teriak Malvin karna Hamzah tak kunjung menjawab.
"Huwah!" teriak Nabila menangis keras membuat ketiga saudara itu langsung menatapnya panik.
"Mana yang sakit?" tanya Malvin cepat.
"Semuanyaaa!" tutur Nabila masih menangis histeris.
Dewa berdecak sebal dan dengan entengnya ia menjambak rambut lurus Hamzah membuat pria itu memekik kesakitan. "Bilang, lo mau gue apaan nih anak? Gue jadiin sate aja, mau?" tanya Dewa membuat Hamzah terus mencoba melepaskan diri.
"Bukan gue," jelas Hamzah membela diri.
"Terus adek gue kenapa nangis gini?" tanya Dewa garang.
"Adek lo gue bego, bukan dia!" teriak Hamzah masih mencoba melepaskan diri.
"Bukan Hamzah," jelas Nabila yang sudah meredahkan tangisanya.
Dewa menatap Hamzah yang sudah memberinya tatapan nyalang. Dewa tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya lalu melepaskan rambut Hamzah yang sudah dia tarik tanpa ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabila's Secret Husband [REVISI]
Teen FictionNabila si cewe pemberani! Gelar yang ia dapatkan karna tak kenal takut dengan siapapun. Bagi Nabila hanya satu yang perlu ia takuti yakni Tuhan pencipta alam semesta, karna motto itu juga Pak Tarno selaku guru Bk harus naik darah setiap minggunya ka...