18. White Krisantum

87 15 0
                                    

Hamzah memutar pelan kakinya, dan benar. Kakinya tidak terasa sakit lagi. Pijitan Nenek kemarin begitu ajaib hingga bisa membuat kaki Hamzah terasa lebih ringan dari biasanya.

Pria itu berjalan pelan setelah dari toilet sekolah dan pas sekali dia berpapasan dengan Aryah yang membuatnya seperti ini. Walaupun lukanya tidak parah, entah mengapa Hamzah begitu dendam.

Aryah berjalan mendekat pada Hamzah membuat pria itu siaga. Siapa tau saja Aryah ingin memukulnya kan. Mengingat mereka berdua tidak saling menyukai.

"Lo gak apa-apa?" tanya Aryah diluar dugaan Hamzah.

Hamzah diam menatap Aryah dengan tatapan bingung. Dia kira pria itu akan mengucapkan banyak hal yang membuat darahnya mendidih. "Gak apa-apa," ucap Hamzah cepat.

"Sorry buat yang kemarin, gue beneran gak sengaja," tutur Aryah lagi terlihat bersalah.

"Gue bilang gak apa-apa," ucap Hamzah mencoba melangkah pergi namun ocehan Aryah membuat Hamzah berhenti. Pria itu berbalik menatap Aryah yang kembali berdiri dihadapnya.

"Gue tau, lo sama Nabila punya sesuatu yang lebih, kan?" tanya Aryah mulai mengintrogasi.

"Kenapa tanyak gue? Tanya saja sama Nabila," ucap Hamzah terlihat tenang padahal tanganya terkepal kuat sama dengan apa yang sedang Aryah lakukan. Kedua mata tajam itu beradu sengit seakan ingin menunjukan siapa yang terbaik di antara mereka.

"Gue cuman mau bilang, gue gak masalah kalau lo deket sebagai temen sama Nabila, tapi. Jangan perna berharap lebih. Kalau sampai lo macam-macam sama dia, gue gak bakal murah hati sama lo," tutur Aryah begitu tegas.

Aryah tersenyum manis lalu menepuk pelan bahu Hamzah. "Ingat kata-kata gue," ucapnya dan berjalan menjauh.

Hamzah menatap sinis kepergian pria itu. Secepat mungkin Hamzah mengelus kasar bekas tepukan Aryah dari bajunya. Seakan mengusir seribu kuman yang telah Aryah tempelkan padanya.

Sedanhkan di sisi lain Nabila sibuk bergosip ria. Entahlah idol mana lagi yang mereka gosip di jam istirahat ini.

"Bil, pacar lo nyariin," tutur Lora menegur Nabila yang sedang asik mengobrol bersama Tirsa dan Yesa.

"Sana temuin pangeran lo itu," ejek Yesa cengah.

"Baik, tuan putri kalian pergi dulu yah," ucap Nabila membungkuk ala tuan putri lalu berjalan keluar kelas.

"Aryah," sapanya dengan nada imut.

Aryah menyerahkan ponselnya. Membuat Nabila menerimanya lalu menatap foto dirinya dan Hamzah dari layar itu. Nabila menatap Aryah dengan mata terbuka kaget. Lagi dan lagi. Dia ketahuan untuk kesekian kalinya.

"Bisa jelasin semuanya?" tanya Aryah tenang.

"Aku sama Hamzah cum-"

"Temen!" potong Aryah.

Nabila mengeleng cepat. Ia tidak atau apa yang harus dia katakan pada pria itu.

Aryah menarik pelan Nabila membawahnya ke tempat yang jauh jauh lebih sepi. "Jelasin semuanya, aku tau kamu banyak sembunyiin sesuatu di belakang aku."

"Aryah denger aku baik-baik. Aku sama Hamzah gak seperti yang kamu pikirin Aryah."

"Iya! kalian lebih dari apa yang aku pikirin, kan?" tanya Aryah meninggikan volume suaranya. "Kalau kamu punya masalah cerita sama aku. Apa susahnya sih Bil?"

Mata Nabila memanas. Bibirnya mulai bergetar karna Aryah baru saja membentaknya. Ini kali pertama Aryah bersikap seperti itu.

"Kenapa nangis? Harusnya aku yang sakit bukan kamu!" hardik Aryah lagi.

Nabila's Secret Husband [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang