Nabila masih diam menatap gedung di hadapanya. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam namun Hamzah belum keluar juga.
Helaan nafas Nabila terdengar semakin berat. "Tega banget gak ngajak-ngajak ketemu Steven," ucap Nabila sebal. Gadis itu juga menepuk-nepuk nyamuk yang mengerogotinya sekarang. Itu karna dia duduk di taman depan gedung dan mungkin saja banyak sarang nyamuk di taman ini.
Entah mengapa Nabila seperti ini. Dia kesal saat Hamzah mengabaikanya. Nabila tidak suka saat pria itu tersenyum dengan gadis lain apalagi pada Karamel.
Nabila memegang jantungnya. Hanya dengan mengingat Hamzah jantungnya begitu bergemuru, beda halnya dengan Aryah. Nabila merasa nyaman saat dengan pria itu tapi jika bersama Hamzah Nabila rasa jantungnya benar-benar bekerja dua kali lebih cepat.
Apa jangan-jangan gue suka Hamzah? batin Nabila mulai berfikir aneh-aneh.
"Lo ngapain situ?"
Nabila diam di tempat. Tubuhnya kaku setelah mendengar suara briton Hamzah yang tak jauh darinya. Buru-buru Nabila memakai topi dan kaca matanya. Tak lupa tudung hoodinya juga ia pakai agar Hamzah tidak mengenalinya.
"Lo ngapain?" tanya Hamzah berdiri di depan Nabila.
Nabila menunduk lagi. Sudah sangat jelas dirinya ketahuan namun gadis itu masih mempertahankan ketidaktahuanya.
"Nabila!" tarik Hamzah membuat Nabila berdiri di hadapan Hamzah.
Nabila menatap takut kearah Hamzah. "H-hai, Zah. Lo ngapain di sini?" tanya Nabila basa-basi lalu melepas topi dan kaca matanya. Secepat mungkin gadis itu mengubah raut wajahnya yang tegang menjadi biasa saja. Seakan pertemuan mereka hanya pertemuan tanpa kesengajahan.
"Lo yang ngapain di sini?" tanya Hamzah balik. "Lo gak tau sekarang security lagi nyurigain lo karna bicara sendiri? Lo mau diusir karna dikira gila?" tanya Hamzah tidak memilter ucapanya. Dan jujur saja hati Nabila meringis mendengarnya.
"Mereka sampai mantau pake cctv," sambung Hamzah. Ia sebenarnya tidak tau Nabila ada di sini tapi saat pelayan mengambil kembali gelang yang menjadi syarat tamu VIP seperti dirinya. Tak sengaja ia melihat wajah Nabila di layar pantauan. Sebab itulah Hamzah tau gadis itu mengikutinya.
Nabila diam. Ia tidak tau jawaban seperti apa yang harus ia katakan pada Hamzah.
"Ikut gue," ucap Hamzah menarik tangan Nabila lalu mereka menuju ke mobil.
Lima menit berlalu Nabila masih tidak mengeluarkan sepata-kata apapun terhadap pertanyaan Hamzah tadi.
"Gue tanya lagi, lo ngapain kesini? Lo ikutin gue?" tanya Hamzah memicingkan mata curiga.
"Kurang kerjaan banget, gue ikutin lo," tolak Nabila cepat. Gadis itu menatap segalah arah, menghindari kontak mata dengan Hamzah.
"Terus? Ngapain ada di sini?"
"Lo kira ini gedung milik lo? Siapapun bisa kesini kali."
Hamzah menoleh menatap Nabila yang menghindari tatapnya. Lagi, keheningan menyelimuti keduanya.
"Boleh gue tanyak sesuatu sama lo?" tanya Hamzah. Tatapnya masih terkunci ke arah Nabila.
"Apaan?" tanya Nabila cepat.
"Tato di pundak kiri lo... itu bunga Krisan putih yang artinya kematian, kan?" tanya Hamzah membuat Nabila menatapnya dengan mata sedikit terbuka.
"Kok, lo tau gue punya tato?" tanya Nabila. Perlahan ia mundur menyilangkan tanganya ke dada. Menatap penuh waspada pada Hamzah.
"Lo sendiri yang kasih liat," tutur Hamzah tak mau disalah pahami.
"Gue? Kapan?" tunjuk Nabila pada dirinya. Jujur ia tidak ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nabila's Secret Husband [REVISI]
Teen FictionNabila si cewe pemberani! Gelar yang ia dapatkan karna tak kenal takut dengan siapapun. Bagi Nabila hanya satu yang perlu ia takuti yakni Tuhan pencipta alam semesta, karna motto itu juga Pak Tarno selaku guru Bk harus naik darah setiap minggunya ka...