33. Support System

95 10 0
                                    

Nabila diam mengelus perutnya. Pagi sekali Hamzah dan Nabila pergi meninggalkan kediaman Hamzah. Karna hari ini Hamzah juga harus ke sekolah.

"Udah jangan didengerin," ucap Hamzah tau apa yang membuat hati Nabila tidak senang.

Tadi Malvin telah mengatakan bahwa Lusi menelfonya kemarin malam dan marah-marah akibat kehamilan Nabila. Dan Hamzah tau sepertinya Nabila mendengar itu semua.

Nabila mengengguk saja.

Sebenarnya tadi sebelum meninggalkan rumah Hamzah sempat bertengkar dengan Lusi, Hamzah mengatakan ini semua bukan salah Nabila, Dewa juga menjelaskan mengapa semuanya terjadi. Walaupun Lusi masih tidak terima tapi Dewa terus memberitahu kepada Ibunya bahwa Nabila tidak seperti itu. Ini semua kesalahan yang tidak bisa mereka hindari.

Hamzah juga mengatakan kepada Ibunya, jika dia dihadapkan dengan dua kali pilihan yang sama. Dia akan tetap menikahi Nabila.

***

Hamzah membuka pintu ruang osis. Dia kaget melihat kedatabgan Yesa, Tirsa Aryah dan Arul yang sedang duduk canggung di sofa dalam sana.

Ini jam istirahat, seharusnya mereka semua sedang di kantin sekarang. Arul menghembuskan nafas gugup. Duduk di hadapan Tirsa membuat jantungnya berdegup begitu cepat. Lain dengan Aryah. Karna dia memang cukup Akrab dengan kedua gadis ini.

"Ruang osis gak semenakutkan itu yah," jelas Yesa menatap ruangan itu.

"Lo pada, ngapain di sini?" tanya Hamzah heran.

Tirsa bangkit. Dia menatap tajam ke arah Hamzah. "Yah mau bantu Nabila lah, lo kira gue kayak lo yang tinggal diem aja? Dasar penhecut!" maki Tirsa.

Lagi, Arul terpesona untuk kesekian kalinya. Gadis itu terlihat begitu berwibawah dan entah dari mana juga angin serta bunga-bunga yang menghiasi Tirsa di mata Arul.

"Iler lo netes tuh," senggol Aryah membuat Arul langsung menutup rapat mulutnya sambil mengerjab canggung.

Hamzah menghembuskan nafas lelah. Lalu ikut gabung dengan mereka. "Maaf, gua jadi pengecut," ucap Hamzah membuat Tirda mendadak merasa bersalah.

"Gue udah punya rencana," tutur Aryah membuat seluru tatapan mengarah ke arahnya.

"Serius?" tanya Arul dan Aryah mengangguk.

"Lo Rul, sama Tirsa harus pacaran," ucap Aryah enteng seakan apa yang dia ucapkan adalah hal yang biasa.

Prak!

Geprakan meja itu membuat keempat remaja yang duduk tenang langsung tersentak kaget.

"Mata lo pacaran!" teriak Tirsa tidak terima. "Lo kira kalau gue pacaran sama dia bakal bikin satu sekolah heboh? Hah?" tanya Tirsa tidak mengerti. Padahal dirinya sendiri tidak seterkenal itu.

"Dengerin dulu napa Tir," ucap Yesa memegangi telinganya yang sakit. Jangan tanyakan Arul yang menunduk malu sambil mengulum senyum. Dia tidak apa-apa kalau harus pura-pura menjadi pacar Tirsa.

"Ide lo gak masuk akal," ucap Tirsa tidak semarah tadi.

"Lo gak tau Tir? Arul nih, terkenal loh. Udah anak unggulan, ketua tim futsal sekolah kita, mukanya juga ganteng. Dia kurang apa?" puji Aryah membuat Arul semakin melayang.

"Ide lo emang gak cocok buat masalah sekarang," tentang Yesa membelah Tirsa yang sudah mengangguk cepat.

Senyum Arul runtuh seketika. Aryah juga langsung menunduk tidak tau harus mengucapkan apa lagi. "Terus kita harus gimana?" tanya Aryah kemudian.

Riuh suara mulai terdengar ramai. Entah apa tapi itu semua berhasil menarik perhatian kelima remaja yang sedang kumpul di ruang osis. Yesa bangkit ia mendekati jendela lalu mengeser horden pelan.

Nabila's Secret Husband [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang