4. Promise

144 23 1
                                    

Aryah dan rekam tim futsalnya memasuki sebuah Cafe. Ini adalah rekomend dari Arul, teman sefutsal Aryah. Katanya yang punya Cafe adalah satu kelasnya, jika mereka ke sana dan datang ramai-ramai kemungkinan besar mereka akan mendapat diskon minuman. Mendengar kata diskon tim futsal yang diketuai Aryah mengangguk setujuh dan disinilah mereka, masuk bergantian melalui pintu yang setiap di buka terdengar bunyi lonceng.

Aryah masuk palibg terakhir. Saat masuk mata pria itu menyapu Caffe. Keningnya berkerut saat menatap Nabila duduk berdua dengan Hamzah di pojok caffe. Dengan langkah berat Aryah menghampiri mereka.

"Bila," panggil Aryah yang sudah mendekat ke meja Nabila.

Nabila tersentak kaget saat melihat kedatangan Aryah. Gadis itu langsung bangkit dan berjalan menghampiri Aryah lalu menahanya. Nabila tau apa yang akan terjadi jika dia tidak menahan Aryah.

"Kamu ngapain disini?" tanya Nabila panik.

Aryah menatap kesal ke arah Hamzah yang fokus pada minumanya. Pria itu terang-terangan memperlihat rasa tidak sukanya pada Aryah ternyata. "Seharusnya aku yang tanya, kamu ngapain di sini? Berduaan sama Hamzah? Katanya kamu mau jagain adik-adik kamu, kan?"

Nabila diam. Ia bingung jawaban seperti apa yang harus ia berikan pada Aryah. Di tambah lagi dengan tangkapan basah. Tak mungkin Aryah akan percayah jika Nabila bilang mereka kebetulan bertemu.

"Kamu tau gak seberapa khawatirnya aku pas tau kamu gak pulang sama teman-teman kamu!" seru Aryah masih tak menyangka Nabila tega membohonginya.

Seluru tatapan di dalam caffe langsung mengarah pada Aryah. Hanya sedetik, lalu mereka kembali fokus pada kepentingan mereka. Berbeda dengan meja tim futsal Aryah yang masih fokus menatap sang ketua terlibat masakah dengan kekasihnya.

"Tega kamu bohongin aku," lanjut Aryah menghempaskan tangan Nabila namun gadis itu kembali menahanya.

Rasanya hati Nabila sakit saat Aryah mengucapkan kata-kata itu padanya. Benar, dia memang jahat. Sangat jahat!

Nabila mengeleng cepat. Dia mengenggam erat jemari Aryah. "Aku gak ada niatan buat bohongin kamu," ujar Nabila. Bahunya bergetar menahan tangis yang sebentar lagi akan meledak. Kalau sudah menyangkut Aryah, Nabila adalah gadis tercengeng sejagat raya.

"Terus ini apa namanya?!" tuding Aryah lagi. "Aku gak masalah kalau kamu mau jalan sama teman cowo kamu, tapi apa harus Hamzah? Kamu tau, kan, aku gak suka kamu deket-deket dia," jelas Aryah menatap Hamzah tajam.

Namun yang ditatap masih tetap tenang sambil memperhatikan cangkir minumanya.

"Aryah Please!" lagi Nabila mencoba untuk menenagkan pria itu.

"Lepasin," ucap Aryah menghempaskan tangan Nabila lagi.

Pria itu menarik kerah seragam Hamzah membuat seluru tatapan kembali ke meja mereka.

Runtuh sudah bertahanan gadis itu. Air matanya jatuh begitu saja. Yang ada dalam pikiranya adalah apakah Aryah meninggalkanya setelah ini? Tak diam Nabila menggusap kasar air matanya lalu menahan tangan Aryah sekali lagi.

"Aku bilang berhenti Aryah!" tegas Nabila. Bahkan ketiga remaja itu tidak memperdulikan tatapan mata beberapa mengunjuk cafe yang menatap mereka heran.

"Kamu belain dia?" tanya Aryah tidak mrnyangkah.

Hamza menarik kedua tangan Aryah agar terlepas dari kerah seragamnya. Pria itu menarik Nabila lalu menyembunyikanya dibalik tubuh jakungnya yang sepurna. "Lo tau kenapa waktu itu gue gak balas perbuatan lo?" tanya Hamzah menatap tajam ke arah Aryah yang menatap Nabila.

Aryah menatapnya. Pria itu mengepal tanganya dengan rahang yang mengeras.

"Karna dia masih milik lo, tapi sekarang dia bakal jadi milik gue," ungkap Hamzah tersenyum tipis. Merayakan hari keberhasilanya dan menikmati waktu terpuruk seorang Aryah Pranata.

Nabila's Secret Husband [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang