Yang pertama dilihat oleh Gilang ketika masuk ke rumah tersebut, adalah ruang keluarga yang tidak berubah sejak Gilang terakhir kali kesana, tetapi mulai hari ini dia akan selalu melihat ruangan tersebut.
Diajaknya Gilang ke kamar tidur yang akan menjadi tempat dia istirahat selama tinggal di rumah Fania. Di sebelah ruang keluarga, bersebrangan dengan kamar mandi dan halaman belakang yang membuat jendela kamar menunjukkan pemandangan halaman belakang.
Seperti yang telah Gilang kira, kamar tersebut sudah diisi dengan barang-barang yang sebenarnya telah Gilang sudah punya. Tentunya Gilang tidak bisa menolak kasur lengkap dengan bantal dan gulingnya, dua lemari pakaian, dan meja kantor lengkap dengan kursi kantor yang bisa diputar. Belum lagi ac yang menempel rapi di dinding dan penerangan dari kamar tersebut bisa diatur menggunakan smartphone.
"Ini, buat aku?"Gilang mengkonfirmasi.
"Iya lah, barang-barang kamu nanti yang gak dipake ditaruh di gudang aja"
Gilang masih belum percaya Fania membelikan perlengkapan sebanyak ini. Gilang tahu barang-barang seperti ini mudah bagi Fania untuk membelinya, tapi hanya untuk membujuk Gilang untuk tinggal bersamanya hanya demi scene yang lancar, menurut Gilang terlalu banyak dan membuat Gilang serasa berhutang kepada Fania. Gilang sendiri ingin bertanya kepada Fania apakah dia harus membayar untuk semua yang dia lihat sekarang, tapi Gilang simpan pertanyaan tersebut untuk nanti, melihat wajah Fania sekarang yang sangat gembira, takutnya pertanyaan tersebut merusak mood Fania hari ini.
Lanjut dengan pindahannya, menaruh barang yang tidak dipakai di gudang di sebelah dapur, mengambil barang-barang yang tersisa dan menaruhnya di kamar barunya. Sekarang semua barangnya telah berada di kamarnya dan yang dilakukan sekarang adalah menata dan menaruh setiap barang di tempatnya. Gilang akan melakukan kegiatan tersebut tetapi Fania memanggilnya dari luar kamar.
"Lang, makan dulu yuk"
Tentu Gilang menghentikan kegiatannya yang sekarang dari menemui Fania di dapur, lengkap dengan pizza dan minumannya.
"Ayo, makan!"
Gilang agak malu-malu mengambil sepotong pizza dari kotaknya dan menikmati pizza tersebut bersama Fania yang sepertinya lebih lapar daripada Gilang karena dia memakan pizza tersebut lebih cepat dari Gilang.
"Fania, aku mau tanya sesuatu boleh gak?"
"Boleh"Fania mengambil potongan kedua padahal potongan pertama Gilang belum habis.
"Kamu beri aku barang sebanyak ini, aku harus ganti gak?"Padahal tapi Gilang ingin keluarkan pertanyaan ini untuk lain hari, tapi sepertinya momen sekarang cocok untuk Gilang untuk menanyakan hal tersebut.
"Lho, kok kamu tanya begitu"Fania bingung
"Ya gimana ya, aku kan jadi gak enak dapat kamar sebagus ini dan barang sebanyak ini tapi aku gak ngasih kamu apa-apa?"
"Lho, kan aku yang minta kamu tinggal sama aku, jadi ya aku harus nyediain tempat yang nyaman buat kamu"
"Tapi, aku harus ganti ini semua gak?"
"Gak perlu, kamu udah mau jadi submissiveku aja itu udah lebih dari semua yang aku berikan ke kamu sekarang"Kata-kata yang mungkin di masa depan akan menjadi cringe jika diingat-ingat. Maklum, kedua manusia jomblo ini baru pertama kali pacaran.
"Se-Femdom itukah kamu sampai-sampai harus ngeluarin banyak uang dan tenaga hanya demi dapetin aku?"
"Gak tau sih, tapi lihat Kak Bilang dengan pasangannya, terus lihat pasangan femdom di twitter, jadi pengen kayak mereka"
"Emang se-romantis itukah mereka?"Gilang juga tahu tentang pasangan-pasangan femdom di twitter tersebut, tapi Gilang juga ingin tahu apakah Fania memang seingin itu menjadi seperti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fania, My Mistress
Teen Fiction"Kalau kamu mau pacaran sama aku, ada syaratnya" "Syarat? Apa syaratnya?"tanya Gilang. "Syaratnya adalah kamu harus jadi submissive aku" "Submissive?"tanya Gilang seperti orang polos walaupun sebenarnya dia tahu segalanya. Dan disaat itulah hubungan...