3

6.6K 327 0
                                    


Beberapa hari ini Nabila sibuk menjaga toko roti milik Bu Andin. Menghabiskan harinya disana Karena bu Andin tengah sibuk mempersiapakan pernikahannya yang akan di selenggarakan di Bandung tepatnya di Rumah Ayah dan Ibu. Meskipun hanya Akad nikah saja, tetapi entah kenapa ibu repot-repot mempersiapkan segalanya agar semua berjalan dengan lancar meski sederhana. Tentu saja semua itu di bantu oleh calon ibu mertuanya. Mereka benar-benar kompak.

Nabila menghitung pemasukan dan pengeluaran hari ini, tidak lupa mencatat nya di buku kas. Hari ini juga waktunya karyawan toko gajian. Karena toko bentar lagi tutup Nabila menyiapkan semuanya. Menggaji karyawan dan pulang ke rumah.

"Neng Nabila mau nikah ya? Ibu Do'ain semoga suaminya kelak baik seperti Pak Rahman." Ucap bu Ning ketika giliran nya menerima upah. Bu Ning adalah karyawan paling lama dan orang yang paling dekat dengan ibu di toko ini. Karena beliau sudah kerja dari awal toko roti ini di buka. Dan Nabila sudah mengenalnya dengan baik.

Nabila tersenyum. "Aamiin, makasih bu Ning. "

Sebelum pulang ke rumah Nabila mampir dulu untuk membeli kue serabi di depan komplek perumahan nya untuk di makan di rumah. Amang-amang penjual yang sudah jadi langganan nya sejak kecil.

"Nuhun mang, kembaliannya ambil saja. " Ucapnya memberikan uang 50 ribu.

Nabila Berjalan kaki dari gerbang komplek menuju rumah sambil membaca beberapa pesan yang masuk di handphonenya. Terutama di grup teman-temannya semasa SMA. Mereka menceritakan tetang kehidupan kerja dan membanggakan diri karena sudah bekerja di perusahaan besar. Membuat Nabila iri karena ingin merasakan sibuk bekerja juga. Meski teman temannya juga bilang kalo kerja itu cape.

Nabila terus berjalan sambil membaca pesan-pesan itu Ditangannya kirinya Menjing-jing kue serabi yang di beli nya barusan. Rambut panjang yang biasanya tergerai kini terikat semua menjadi satu.

Sesampainya di rumah Nabila melihat Ibu dan bu Nai tampak sedang mengobrol di temani teh tawar di ruang keluarga. Nabila menghampiri mereka untuk ikut bergabung. Kebetulan Nabila sudah ditunggu dari tadi oleh keduanya.

"Kamu ini dari kecil suka banget jajan kue serabi." Ucap ibu Andin ketika melihat Nabila mulai memakan kue serabi yang di belinya tadi.

"Enak, ibu mau?"

Ibu Andin menggeleng sebagai jawaban, kemudian mengambil sebuah undangan di atas meja dan memperlihatkan kepada Nabila.

"Bagus kan desain undangan nya?"

Nabila menghentikan kunyahannya. Fokusnya teralihkan pada undangan yang di pegang Ibu Andin. Undangan berwarna putih tulang dengan hiasan sederhana itu tanpak mewah dengan ukiran bunga menggunakan tinta emas. "Iya bu."

"Syukur deh kalo kamu suka."

Nabila hanya tersenyum kemudian kembali mengunyah kue serabinya.

"Persiapan pernikahan sudah hampir selesai tinggal kamu coba kebaya pernikahan lalu sebar undangan." Jelas Bu Nai.
Nabila mengangguk mengiyakan, jujur sebenarnya Nabila belum siap dengan semua ini.

"Besok kamu ikut ibu coba kebayanya di butik. Adam belum bisa nemenin soalnya dia belum bisa libur. Liburnya 2 hari menuju pernikahan. Maafin Adam ya Nabila belum bisa ketemu kamu. " Ucap bu Nai.

"Gak apa-apa bu Nabila ngerti kok. "

Bu Nai tersenyum senang mendengar jawaban Nabila yang sangat tulus. "Hari ini kami mau sebar undangan nya. Pernikahan kalian akan di laksanakan senin depan. "

"Satu minggu lagi? " Tanya Nabila memastikan.

"Iya. Kamu mau undang siapa aja? biar Nanti ibu tambahin undangannya."

Nabila menggeleng. "Nabila nggak undang siapa-siapa."

Tatapannya menunduk sedih, kue serabi kesukaannya tidak terasa enak lagi di lidahnya. Kenapa secepat ini.

"Nabila boleh lihat poto calon suami Nabila gak?" Setelah menimang akhirnya pertanyaan itu meluncur dari bibir nya. Meskipun ia malu untuk mengatakan itu. Tetapi ia juga penasaran akan sosok calon suaminya.

"Kamu belum tau?" Tanya bu Nai kaget.

Nabila menggeleng pelan. Sedangkan bu Andin tertawa sambil menepuk jidatnya pelan. "aduh, maaf nai aku lupa ngasih tau. Abis Nabila juga gak nanya. "

"Gimana toh, masa mau nikah tapi belum tau wajah calon suami nya." bu Nai mengeluarkan poto berukuran 4x3 dari dalam dompet nya dan memberikan nya kepada Nabila. "Ini poto anak saya Bila, kamu boleh menyimpan nya. "

"Makasih bu." Nabila menerimanya, memandangi poto di tangannya. Poto berukuran kecil yang menampilkan gambar seorang laki-laki berseragam lengkap dengan atribut yang tentu saja tidak asing baginya.
Adam Malik Maulana laki-laki berumur 28 tahun calon suaminya adalah seorang pilot.

NextPart4

ACCEPT  THE FACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang