6

6.8K 332 1
                                    

Kalo ada taypo tolong beritau aku ya.
____
Setelah sah menjadi pasangan suami istri pada tanggal 20 Januari 2023 kemarin, keesokan harinya Nabila diajak Adam untuk tinggal di Jakarta. Tepatnya di rumah yang sudah Adam siapkan sebelum mereka menikah. Tidak ada kata libur lama-lama untuk mereka khusus nya Adam, pekerjaannya sebagai pilot menuntut untuk selalu profesional, Adam belum mau mengambil jatah cuti tahunannya. Dia sangat mencintai Profesi nya. Mungkin Nanti ia akan ambil jatah cutinya untuk mengajak Nabila berlibur.

Setelah menempuh perjalanan hampir 4 jam lebih mereka sampai di Jakarta tepatnya di rumah milik Adam. Nabila memandangi rumah dua lantai di depannya, rumah dengan cat putih bertema minimalis. Terdapat bekas taman kecil dengan rumput yang mengering di depannya serta garasi yang muat hanya untuk satu mobil.

"Kamu masuk duluan, saya mau ambil koper di bagasi. " Adam menyerahkan kunci rumah kepada Nabila.

Nabila mengngguk dan segera membuka pintu jati di depannya. Kesan pertama yang Nabila lihat dari rumah ini sama seperti rumah impian nya. Ruang tamu yang sederhana dengan Aqarium besar tanpa ikan sebagai penghalang antara ruang keluarga dan ruang tamu.

Ruang keluarga yang amat nyaman dan langsung terhubung dengan dapur. Ada meja makan dengan 6 kursi sebagai pembatasnya. Rumah yang sengaja di desain tanpa penghalang dan hanya mengandalkan furnitur saja.

"Kamarnya ada di atas."

Nabila mengerjap kaget. Terlalu sibuk melihat-lihat isi rumah ini sampai tidak merasakan bahwa Adam telah berdiri di belakangnya, dengan menarik dua koper miliknya dan juga milik Nabila.

"Eh, iya mas," Dengan perasaan yang kbali gugup Nabila membuntuti Adam naik ke lantai dua rumah ini.

"Disini ada 2 kamar, ini kamar saya, " Adam membuka salah satu kamar utama. Kamar Yang di cat putih membuat kamar terkesan lebih luas. Kasur berukuran besar dengan bedcover berwarna abu-abu. Sungguh tidak menarik perhatian Nabila, karena sangat amat polos tapi tertata rapih seperti kamar laki-laki dewasa kebanyakan.

Nabila hanya diam di depan pintu ketika Adam masuk ke kamar itu dengan menyeret kedua koper.

"Kenapa? Kamu gak nyaman?" tanyanya ketika melihat Nabila hanya diam saja.

"Eenggg- Aku , Aku bingung aja mas. "

"Saya tau ini baru buat kita. Kalo kamu masih merasa canggung Kamu tidur di kamar itu saja kalo mau." Tunjuk Adam pada ruangan yang pintunya tertutup tepat di depan kamar ini. "tapi kamarnya tidak seluas kamar saya."

Nabila menunduk merasa bersalah. "Maaf."

Alih-alih menjawab, Adam menarik koper yang di pegang Nabila kemudian menariknya menuju kamar yang akan ditempati Nabila.

"Makasih mas. "

Tanpa banyak bicara Adam mengangguk dan kembali ke kamarnya.

Nabila membereskan semua barang barang yang di bawanya dari Bandung. Kamar yang cukup nyaman meski tidak sebesar kamar milik Adam. Tetapi setidaknya Nabila cukup nyaman tidur sendiri, dia tidak harus selalu merasa canggung karena Adam tidak ada di ruangan yang sama dengannya. Biarpun Adam hanya diam saja tanpa banyak bicara tetapi cara laki-laki itu menatap Nabila selalu membuatnya gugup. Setidaknya dia harus menghindari Adam untuk sementara sampai Nabila merasa terbiasa.

Sebelum merebahkan diri di kasur Nabila membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Berpikir bahwa mulai sekarang hidupnya tidak lagi sama, membuat Nabila bersedih hati. Semesta telah merebut mimpinya, tanpa dia sadari bisa jadi jalan pernikahan ini termasuk jalan yang Allah kasih untuk menggapai impiannya.

🌎

"Astaghfirullahalazim." Nabila bangun dengan keadaan tubuh yang masih memakai mukena. Dia tertidur lagi sehabis sholat subuh tadi. Alhasil dia bangun kesiangan. Jika dulu di rumahnya hal ini sudah menjadi kebiasaan dan tidak akan jadi masalah. Tapi sekarang dia sudah menjadi seorang istri dan bukan tinggal di rumah sendiri.

Nabila buru-buru membereskan mukena kemudian mengikat rambutnya menjadi satu tanpa bantuan sisir. Nabila memelankan langkah ketika sudah mencapai undakan tangga terakhir, karena dia dapat melihat Adam yang tengah membuat kopi menggunakan mesin kopi yang ada di dapur.

Nabila menghampirinya kemudian memperhatikan suaminya itu. Adam terlihat fresh karena sudah mandi. Kaos putih dan celana cargo coklat yang panjang hanya selutut itu sangat amat menyegarkan pandangannya, di tambah Adam memiliki bulu-bulu kasar yang memenuhi dagu hingga sisi-sisi pipinya yang belum di cukur.

"Kenapa?" Tanya Adam ketika sadar sedang di perhatikan.

"Eh," Nabila mengerjap kaget. "Ada yang bisa di bantu nggak?"

Adam menggeleng, membawa cangkir kopinya ke meja pantry.

"Mau kopi? atau kamu mau bubur? Biar saya pesen buat sarapan?"

"Mau bubur," Nabila ingin menolak tawaran Adam karena masih merasa malu tapi perutnya tidak bisa berbohong. "kalo kopi nggak mau gak suka."

Adam diam tidak menjawab. Dia malah sibuk bermain dengan ponselnya. Nabila yang merasa di abaikan memilih kembali ke kamarnya untuk mandi. Beberapa menit kemudian Nabila sudah selesai mandi, rambut panjang nya ia biarkan tergerai karena masih sedikit basah. Nabila terlalu malas untuk mengeringkan rambut dengan bantuan hairdryer.

Ternyata dua porsi bubur ayam sudah ada di meja makan dengan Adam yang sedang duduk di kursi, lagi-lagi dia hanya fokus bermain handphone.

Nabila mengambil 2 sendok dan dua gelas air minum lalu meletakan nya di meja, kemudian dia duduk di kursi di samping Adam.

Menyadari Nabila sudah di sampingnya Adam langsung meletakan handphone nya. Membuka kemasan bubur dan memberikan satu untuk Nabila.

"Terimakasih."

Nabila membuka bubur yang ternyata masih hangat terbukti dari sisa asap yang mengepul. Kemudian mengaduknya menjadi satu membuat warna buburnya berubah tidak putih lagi.

Sedangkan Adam setelah menuang kuah buburnya, langsung memakan bubur itu tanpa di aduk terlebih dahulu. Adam memandang bubur punya Nabila yang telah diaduk kemudian dimakan dengan lahap oleh perempuan di hadapannya.

Nabila yang sadar Adam memperhatikannya berhenti mengunyah. "Aku makan bubur emang di aduk lebih enak."

"Saya gak nanya," sahut Adam yang kembali makan buburnya dengan tenang.

"Yaa, kirain mas Adam jijik sama bubur yang di aduk. "

"Memang." Sahut Adam jujur.

"Hah?" Nabila mengerjap kaget. Kemudian berdiri dengan spontan. "Aku makan di kamar aja kalo gitu," Nabila tidak enak hati.

"Mau kemana? duduk," Tegas Adam.

Melihat ekspresi datar dari suaminya membuat Nabila menurut dan kembali duduk. "Katanya jijik liat bubur Aku yang di aduk. "

"Bukan berarti saya mau kamu pergi. "

"Tapi kan sam-"

"Cepat habiskan, jangan banyak bicara Nabila."

Nada tegas tanpa terbantahkan dengan iris mata yang menyorotnya tajam itu membuat Nabila kicep dan kembali memakan buburnya "Iya mas."

ACCEPT  THE FACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang