25

5.1K 251 10
                                    

VOTE DULU DONG!!
Maaf kalau masih ada typo

"Mah, pah maafin Adam." Adam hendak bersujud di kedua kaki orang tuanya. Tetapi Pak Maulana menahan bahu Adam dan membawanya berdiri mensejajarkan dengan dirinya.
           
"Kamu gak salah!" Pak Maulana menatap putra semata wayangnya prihatin, putranya nampak sangat kacau saat ini. "Kamu sudah menyelamatkan banyak orang. Kamu jangan menyalahkan diri kamu sendiri."
           
Sudah tidak tahan Adam menjatuhkan diri kedalam pelukan pak Maulana. Menangis dalam pelukan hangat itu. Ibu Nai yang melihat itu ikut menangis merasakan kepedihan yang di alami putranya sebelum kemudian ikut memeluk putranya. "Kamu keren, kamu hebat anak mamah hebat. Terimakasih sudah menjadi pahlawan bagi banyak orang."
           
Nabila hanya berdiri melihat momen mengharukan di depannya. Ini adalah kali pertama Nabila melihat suaminya rapuh seperti itu. Nabila dapat merasakan ketakutan Adam.
           
"Kamu belum makan, kan? Ayo kita cari rumah makan yang masih buka," ajak ibu Nai.
           
Adam mengangguk, menarik pergelangan tangan Nabila lembut. Menyelipkan jari-jemarinya pada jari letik Nabila yang lebih kecil darinya. Kemudian menarik Nabila pelan mengikuti kedua orang tuanya.

🌎
           
Pukul 10 malam Adam dan juga Nabila sudah berada di kamar hotel. Sudah cukup larut untuk mereka kembali ke jakarta malam ini dan memilih menginap di hotel terdekat begitupun orang tua Adam. Nabila masih menggunakan baju yang dipakai nya dari rumah. Adam dia belum mengganti seragamnya. Mereka hanya duduk bingung mau melakukan apa, Adam sebenarnya sudah gerah dan ingin mandi tapi dia tidak punya baju ganti, Nabila juga sama halnya seperti Adam.
           
"Kamu bawa handphone?" tanya Adam.
           
Nabila menggeleng. "Aku lupa mas, mana inget hape aku panik mikirin kamu."
           
Adam tersenyum, dadanya kembali menghangat mendengar ucapan Nabila. "Aku pinjem hape Mama aja kalo gitu." Adam hendak bangkit dari duduknya untuk ke kamar ibunya namun Nabila menahannya.
           
"Ngapain? Udah malem ini mas."
           
"Kamu pasti gerah? Kita pinjem hape ibu aja buat pesen baju."
           
"Gak usah. Di lemari pasti ada handuk kimono pakai itu aja mas besok pakai baju ini lagi buat pulang."
           
"Yakin? Kamu gak apa-apa tidur cuma pakai itu?"
           
Tanya Adam. Dia khawatir kalo nanti Nabila tidak tidur dengan nyaman.

"Gapapa Mas."
           
"Yaudah Aku cek dulu." Adam berjalan ke arah lemari, membukanya dan melihat handuk dan dua kimono di dalamnya. "Ada ini, kamu mau mandi duluan?"
          
"Kamu dulu aja Mas. Kamu pasti lebih gerah."
           
Adam menurut, membawa handuk serta kimono nya ke kamar mandi. "Aku mandi dulu."
          
"Perlu aku bilang hati-hati nggak mas?"
           
Adam hanya tertawa sebelum dirinya hilang tertutup pintu kamar mandi.
           
Nabila sekarang baru sadar bagai mana nanti dia melihat Adam hanya berbalut kimono saja. Aish, membayangkan nya saja Nabila sudah malu. Kenapa pula tadi dia sok menahan Adam untuk meminjam hape ibunya. Bodoh Nabila memukul-mukul kepalanya pelan.
           
"Kenapa di pukul?" Tau-tau Adam sudah berada di sebelahnya menahan tangan Nabila agar berhenti memukul kepalanya.
           
"Eh, mas ud- astagfirullah Mas!" Nabila buru-buru menunduk tidak mau melihat dada Adam yang sedikit terbuka. Menunduk Nabila malah melihat lutut dan betis Adam yang telanjang karena handuk kimono yang di kenakan Adam hanya panjang selutut. Astaghfirullah Nabila memilih memejamkan mata.
           
"Kenapa?" tanya Adam heran melihat Nabila yang memejamkan mata dan tiba-tiba gugup.
           
"Malu! Mas kamu harus menghilang hari pandangan aku sekarang!"
           
"Hah? Mana bisa!"
           
"Cepetan mas, aku nggak mau lihat kamu dulu!"
           
"Iya, saya kebelakang kamu. Sana kamu mandi dulu."
           
"O-oke." Nabila berlari ke kamar mandi tanpa mau menengok ke arah Adam. Pipinya sudah memerah karena malu.
           
Adam hanya terkekeh. Kemudian dia merapikan tempat tidur menata bantal untuk mereka tiduri dan berbaring di sisi sebelah kiri. Menunggu Nabila selesai mandi. Sebenarnya Adam tidak nyaman dengan pakaian tidur seperti itu tetapi untuk malam ini dia harus menahannya.
           
Hampir saja mata Adam terpejam kalo saja suara pintu berdecit menggangunya. Adam tertegun melihat Nabila dengan kimono yang ternyata lebih pendek dari miliknya. Buru-buru Adam memalingkan wajah tidak mau melihat Nabila. "Rambut kamu udah kering?" Pertanyaan yang muncul dari Adam memecahkan kecanggungan diantara mereka berdua.
           
"Udah setengah kering."
           
"Saya matiin lampu ya? "
           
"Iya mas."
           
Tanpa mau melihat Nabila, Adam menekan saklar lampu di samping ranjang. Mematikan lampu kamar dan hanya menyisakan lampu tidur saja yang temaram. Adam melirik Nabila masih berdiri di depan pintu kamar mandi. Astaghfirullah menurut Adam, Nabila malah makin aneh kalo lampu nya temaram. Adam mengubah posisi tidur nya menghadap kiri memunggungi Nabila yang sialnya kalo Nabila merebahkan diri di sampingnya Adam akan langsung melihat nya. Dan kalo Adam mengubah lagi posisi tidurnya menghadap kanan, yang ada dia malah melihat Nabila yang sedang berdiri di depan pintu kamar mandi.
           
Mendengar suara langkah kaki berjalan mendekatinya, Adam buru-buru memejamkan mata. Merasakan pergerakan pada ranjang sekaligus bau sabun menyeruak masuk indra penciumannya yang sukses membuat Adam berdebar. Adam mengucapakan istighfar berkali-kali padahal yang merebahkan diri di samping bukan hantu melainkan Nabila istrinya.
           
Adam rasanya ingin berbalik memunggungi Nabila tapi sangking gugupnya, badannya menjadi susah bergerak.
           
"Mas?" panggil Nabila.
           
Adam membuka matanya dan ternyata Nabila sedang menatapnya. Nabila buru-buru terlentang, menghindari tatapan Adam. Tiba-tiba saja Nabila kembali gugup.
          
"Eghem," Nabila berusaha menghilangkan sedikit rasa gugupnya. "Hari ini pasti berat banget buat kamu mas. Aku nggak bisa buat apa-apa selain doain dan nemenin kamu hari ini. Makasih ya, kamu udah nepatin janji buat pulang ke Aku lagi."
           
Masah bodo dengan gengsi Adam melawan rasa gugupnya, melempar guling yang ada di tengah-tengah mereka asal. "Nabila. saya mau peluk kamu, sini deketan tidurnya."
           
Nabila melirik Adam sejenak ragu meski begitu dia menurut, mendekat masuk dalam pelukan hangat suaminya yang langsung melingkarkan tangan di pinggangnya. Adam menarik selimut untuk menutupi tubuhnya juga tubuh Nabila.
           
Sejenak mereka terdiam menikmati momen mendebarkan sekaligus menghangatkan. Sebelum Nabila dapat mendengar bisikan. "Saya akan selalu pulang untuk kamu. Karena saya mencintaimu. saya sayang kamu Nabila," ujar Adam tulus.
            
"Mas aku gak salah denger kan?" Nabila menjauhkan diri membuat pelukannya terlepas. Ditatapnya wajah Adam yang serius menatapnya.
           
"Saya takut tidak punya waktu lagi untuk mengatakan ini, karena saya tidak tau apa yang akan terjadi hari esok. Pengalaman ini, kejadian tak terduga hari ini membuat saya sadar bahwa saya gak bisa kalo harus nahan diri lagi untuk mengatakan bahwa saya menyayangimu, saya mencintai kamu Nabila. Dan saya takut tidak punya waktu lagi untuk mengatakannya." Adam terdiam sejenak mengusap air mata Nabila yang tiba-tiba menetes. "Mungkin kata I love you saja nggak akan cukup untuk saya mengungkapkan perasaan ini, tapi akan saya pastikan kamu adalah satu-satunya wanita yang akan  selalu berada di samping saya selamanya. Saya bersyukur kamu hadir di hidup saya."
           
"Hiks, maaf aku nangis, aku terharu mas."
           
Jujur dari lubuk hatinya yang paling dalam bukan ini jawaban yang mau Adam dengar dari Nabila. Namun meski begitu Adam tersenyum mengusap air mata Nabila yang membasahi pipinya. Adam tidak bisa memaksa perasaan Nabila.  "Aku juga."
           
Adam tertegun. Dia paham apa maksud Nabila, namun dia akan memastikan sekali lagi. "Aku juga apa?"
           
"Aku juga sayang sama kamu mas. Aku khawatir kamu kenapa-napa."
           
Adam tersenyum tangannya masih berada di pipi Nabila dan mengusapnya lembut. "Alhamdulillah, terimakasih ya Allah. Terimakasih Nabila."
           
Cukup lama keduanya terdiam menikmati kenyamanan dari momen yang membahagiakan itu sambil berpelukan, kemudian tiba-tiba Adam mengangkat wajahnya memandang Nabila dalam. Pandangan Adam turun pada bibir Nabila di usapnya bibir Nabila menggunakan ibu jari Adam lembut. Adam kembali menatap mata Nabila meminta ijin. Seakan paham maksud dari suaminya, Nabila mengangguk mengijinkan.
           
Adam semakin mendekatkan diri, mengikis jarak diantara mereka, mengecup kening Nabila terlebih dahulu. Kemudian memiringkan kepalanya memangut-- bibir tipis Nabila yang tidak lama kemudian mendapatkan balasan dari si tuan rumah. Ciuman itu berlanjut. Dan Malam itu, Adam yang memulai, Adam yang meminta haknya sebagai suami pada Nabila. Menyatukan penyatuan mereka di malam pergantian hari buruk pada hari baik. Karena memang sejatinya tidak ada hari buruk, semua hal terjadi bukan kebetulan tetapi sudah tuhan persiapkan. Buktinya hari ini bukan hanya hal yang tidak menyenangkan yang didapat Adam. Ada hal menyenangkan yang di dapatkannya yang bahkan tidak Adam sangka akan seindah ini. Bersama Nabila Adam siap menghadapi hal-hal yang telah Allah atur untuknya.


Ya Allah maaf🙏🏻😭
Maaf temen-temen maaf ya🫠

ACCEPT  THE FACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang