22

4.7K 222 2
                                    

SEBELUMNYA MAAF JIKA ADA KESALAHAN KATA ATAUPUN HAL YANG GAK MUNGKIN TERJADI DALAM CERITA INI HANYA CERITA FIKSI!!!

SELAMAT MEMBACA 🫶🏻
__

Matahari pagi ini seperti biasanya selalu hangat dengan pancaran sinarnya. Sebelum perintah di jalankan nya pesawat, Adam menyempatkan diri mengirimkan pesan kepada Nabila dan juga keluarganya.

Jika teringat pada kejadian tadi subuh, sebenarnya Adam juga ingin selalu berada di dekat Nabila. Apalagi sekarang hubungan nya kian jauh lebih membaik dengan istrinya itu. Tetapi sebagi seorang pilot, tanggung jawabnya bukan hanya menemani Nabila terus. Mengantar penumpang dengan baik dan selamat hingga tujuan adalah tanggung jawab besar yang Adam pegang. Menjadi seorang pilot memang tidak mudah. Tetapi ini adalah mimpinya. Meskipun rasa takut itu selalu ada mampir dalam hatinya, Adam selalu percaya dengan apapun yang terjadi semua karena kehendak Allah SWT.

Cuaca nampak bagus hari ini tidak ada tanda-tanda apapun. Selain langit biru tanpa awan. Persiapan pemberangkatan sudah sepenuhnya dilakukan. Aba aba take-of sudah di siarkan. Hingga pesawat sudah terbang dengan stabil.

"Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad." Lantunan sholawat terucap lirih dari mulut Adam "Ya Allah lindungi hamba, lindungi penumpang yang ada didalam pesawat ini. Bawa kami mendarat dengan selamat sampai tujuan tanpa cacat. Ya allah hamba serahkan semua kepada mu."

Pesawat sudah mengudara di ketinggian 315 FL. Adam masih mengendalikan pesawat dengan baik dan tenang. Namun 30 Menit berlalu cuaca yang tiba-tiba memburuk tidak membuatnya berpikir negatif. Tetapi keanehan yang dirasakan tidak bisa dipungkiri bahwa Adam merasa takut.

"Captain, apa anda merasakan sesuatu?" tanya Kai. Seorang kopilot yang membantu Adam menerbangkan pesawat itu tampak khawatir kentara dari wajahnya yang tegang.

"Ya!" jawab Adam.

"Bagai mana ini?"

Adam berusaha tenang. Dia tidak membiarkan pikirannya diambil alih oleh kepanikan. Lewat Mikrofon/Publik Adress System Adam memberitahukan agar semua penumpang duduk di kursi nya masing-masing dan mengenakan sabuk pengaman dengan benar.

Selepas pemberitahuan itu di siarkan lewat mikrofon, pesawat mengalami turbulensi cukup keras. Dikarenakan cuaca buruk yang tiba-tiba tanpa prediksi.

"CAPTAIN!" Kai berteriak. "Mesin pesawat Mati." Pemuda berumur 24 tahun itu nyaris menangis karena ketakutan. Pesawat bergerak tanpa bisa mereka kendalikan.

🌎

Kekhawatiran Nabila yang mengganjal hatinya tentu saja tidak pergi begitu saja. Ia merasa akan ada hal yang tidak dia inginkan. Terlebih entah mengapa Nabila merindukan Adam padahal belum lama di tinggal. Apalagi suaminya itu tidak membalas pesannya.

"Ayu, apa yang pernah kamu sesali dalam hidup kamu?" tanya Nabila di sela-sela kesibukan nya merajut.

Cuaca siang yang biasanya panas, kali ini tidak seperti biasanya karena hujan turun beberapa menit yang lalu membuat halaman rumah terasa lebih basah dan lembab.

"Tidak ada bu," jawab Ayu tenang. Ayu sudah bisa merajut karena diajari Nabila.

Mendengar itu Nabila menatap Ayu kaget. "Kok bisa?"

"Kalo saya menyesal, nanti saya mengeluh. Kalo saya mengeluh, nanti saya tidak bersyukur."

Ayu gadis remaja yang menjadi temannya setiap hari dirumah itu jauh lebih dewasa dari usianya. Pikiran yang selalu terbuka dan selalu menerima apapun mengingatkan nya pada suaminya yang belum membalas pesannya sampai saat ini. Adam selalu sabar tidak pernah mengeluh atas sikap Nabila yang semaunya sendiri, Betapa Nabila ingin bertemu dengan suaminya.

"Kamu sabar banget dong berarti ya?"

Ayu tersenyum malu mendengar ucapan Nabila. "Nggak gitu. Aku sering ngeluh kok tapi dalam hati aja. Abis itu minta maaf sama Allah."

"Kalo saya marah marah. Susah banget ya ngilangin kebiasaan buruk."

"Iya, pelan-pelan aja nanti bisa kok bu."

Nabila mengangguk membenarkan. Tidak sedikit pun merasa tersinggung karena di nasihatin oleh orang yang lebih muda darinya.

Syal rajut yang sedang dirajut nya sudah selesai. "Lihat yu! Bagus nggak? Mas Adam suka nggak ya?"

Perhatian Ayu sepenuhnya di alihkan kepada Nabila yang sedang membeberkan syal rajut di tangannya. "Bagus bu. Pak Adam pasti suka."

"Harus suka!" Syal rajut berwarna coklat gelap buatan Nabila akan menjadi hadiah pertama untuk Adam darinya.

Nabila mengambil handphone disampaikannya yang semula terbalik dengan mode silent tanpa sengaja kepencet Nabila. Layar gelap itu tiba-tiba menyala, puluhan notifikasi yang muncul mampu membuat matanya memanas.

Nabila buru-buru berlari menyalakan televisi. Begitu layar itu menyala, menampilkan berita terkini yang mampu membuat Nabila mengeluarkan isakannya. Benda pipih yang berada di genggamannya kembali menyala pertanda ada telpon masuk. Nabila langsung mengangkat nya.

"Ma?" Lirih Nabila dengan sisa isak tangis nya.

"Nabila." Di sebrang telpon Mama-ibunya Adam sama kacaunya seperti Nabila. "Tenang dulu ya nak, Mama mau kerumah kamu sekarang sama Papah."

Nabila tidak mampu menjawab, selain menunduk sambil terus terisak. Ayu yang melihat itu memberanikan diri untuk memeluk Nabila menyalurkan kekuatan yang dia bisa agar Nabila tetap tenang.

"Ayu mas Adam. Hiks"

"Iya bu. Ibu tenang dulu kita tunggu kabar baiknya."

ACCEPT  THE FACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang