18. MASALAH BARU

27.1K 1.3K 87
                                    

"Kita telat, Rin." ujar Mutia seraya menggoyang-goyangkan gerbang sekolah yang telah terkunci. Meskipun keberadaan satpam ada di pos, dia tidak akan membuka gerbang itu sampai bel istirahat berbunyi.

"Kita loncat dari tembok belakang, Rin." ajak gadis itu seraya menarik pergelangan tangan Karin.

Mendengar itu, Karin sontak melepaskan tangan Mutia. ia menggeleng-gelengkan kepalanya, "aku nggak mau, aku takut."

Mutia tidak menghiraukan ucapan Karin, dia terus menarik tangan gadis mungil itu. "aku nggak mau, Mutia. aku mau nunggu di depan gerbang aja. kalau kamu mau loncat tembok belakang, loncat aja. aku nggak apa-apa di sana nunggu pak satpam bukain gerbang." tutur Karin seraya menunjuk kearah gerbang yang telah berjarak jauh darinya, setelah Mutia menarik paksa.

"Kok gitu? Setia Kawan dong, Rin!" gerutu Mutia. Gadis itu baru teringat kalau sahabatnya ini anti sama yang namanya bolos ataupun manjat tembok.

Karin menggelengkan kepalanya. "Nggak mau! aku takut, aku mau nunggu di depan gerbang."

Setelah mendengar itu Mutia pasrah dan memilih untuk mengikuti Karin kemanapun.

Mutia berjalan lontang lantung dengan bibir manyun. "emang dasar! anak tanpa kasus, ya, gini." batin Mutia kesal kepada Karin yang terlihat pasrah dan duduk di depan gerbang.

Mereka hanya bisa pasrah hingga Bel istirahat berbunyi, mereka berdua yang tadinya hanya diam dan bermain-main sendiri pun segera berdiri saat dibukakan gerbang oleh penjaga satpam disana. "Bagaimana neng, seger kan. kek ikan asin di jemur."

Mutia masih memanyunkan bibirnya, ia tampak kesal dengan ejekan dari satpam sekolahnya.

"Nggak lucu, pak!" setelah mengatakan itu, Mutia memalingkan wajahnya dari pak satpam, wajah Mutia tampak kesal dan memerah karena sinar matahari yang benar-benar terik.

Mereka berdua berjalan menelusuri lorong setiap kelas, semua siswa-siswi di setiap kelas keluar karena bel istirahat. Mutia senyum menyapa siswi maupun siswa yang dia lewati hingga mereka berhenti di Mading sekolahnya.

Mading sekolah mereka berada tepat di antara kelas XII IPA dan XII IPS. Mutia dihadang oleh seorang lelaki yang mereka berdua kenal, laki-laki dengan rambut berwarna dark brown.

"darimana aja? kok baru masuk sekolah." tanya cowok itu seraya bertolak pinggang.

Langkah Karin seketika terhenti. Ia terdiam sejenak menatap sepatunya. ia malas untuk menatap wajah lelaki yang menghadangnya.

Cowok itu memegang dagu Karin lalu menatapnya dengan datar, "dari mana aja, cantik? hm" imbuhnya lagi seraya memainkan rambut Karin.

"nggak kemana-mana," singkat Karin.

"Setelah pulang sekolah, tunggu gue, mau ngobrol bentar." bisiknya telat di telinga Karin.

"Mau ngapain, lo?!" bentak Mutia seraya mendorong tubuh laki-laki itu, Mutia menatap dengan mata yang tajam.

"Jangan pernah deketin, Karin, lagi!" imbuhnya dengan tatapan tajamnya, Mutia menarik tangan Karin agar menjauh dari hadapan laki-laki sialan ini.

laki-laki itu tersenyum dan memukul lengan Mutia dengan keras. Karin sontak terkejut dengan apa yang dilakukan laki-laki sok keren yang ada didepannya.

"Sialan, lo!" teriakan Mutia terdengar hingga ke kelas XII IPS 1 dimana itu kelas terkenal dengan predikat juara satu murid sangat-sangat amat nakal.

Mendengar teriakan itu semua anak-anak XII IPS 1 pun keluar dengan didepannya seorang laki-laki berpangkat Sebagai Ketua OSIS.

"APA LAGI MUTIA!" teriakan Vano si ketos itu menggema di lorong Mading.

Vano berjalan dengan beberapa lainnya berada di samping dan dibelakang tubuhnya, mendengar suara itu, Mutia sedikit termangu menatap wajah dari anak-anak kelas IPS 1. "Dia," Mutia menunjuk kearah laki-laki itu.

WHAT'S GOING ON WITH ME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang