Author POV.
Sebenarnya, ini adalah pekan akhir untuk Jefazel dan teman-teman seangkatannya belajar dengan efektif di sekolah mereka.
Pasalnya, ini adalah semester 6 yang menguras tenaga dan kekuatan mental untuk menghadapi berbagai ujian akhir. Di tambah, ujian untuk masa depan.
Ada yang berambisi masuk PTN yang mereka inginkan, mendaftar kedinasan dengan berbagai tes yang tak bisa di bilang gampang, juga berbagai keahlian yang UU akan menunjang masing-masing dari mereka semua.
Pekan terakhir ini, sekolah mereka mengadakan kegiatan rutin setiap tahun nya, yaitu pekan olahraga. Di akhir-akhir masa sekolah kelas 12, dan di waktu mendekati ujian akhir, sekolah mereka memang kerap kali dengan rutin setiap tahun nya selalu mengadakan pekan olahraga. Tujuan nya, untuk membuat para siswa lebih santai dan tidak terlalu tertekan dengan suasana yang memang sangat menegangkan itu.
Banyak sekali bidang olahraga yang di lombakan, namun center dari pekan olahraga ini sudah jelas adalah pertandingan basket.
Pasalnya, sekolah ini memang berisikan siswa-siswa dengan kemampuan basket di atas rata-rata. Jadi pertandingan ini adalah yang paling sengit dan di nantikan oleh warga sekolah.
Jefazel tentu nya dengan semangat menjadi pemimpin di tim nya. Walaupun, semua sahabat nya itu juga tak kalah mahir, namun mereka semua mempercayakan Jefazel sebagai pemimpin nya kali ini.
Ini sudah dalam babak penyisihan, dan kelas Jefazel tentu nya sudah masuk ke babak semi final. Namun pertandingan mereka mungkin akan di gelar lagi nanti sore. Setelah babak penyisihan selesai semua.
"Jef, Lo yang anter si oca, gih." Ucap Hanif yang baru saja mendudukan diri di sebelah Jefazel.
"Kok gue?" Tanya Jefazel bingung.
"Kan Lo yang tadi lempar bola nya." Hanif menjawab sambil mengibas-ngibaskan kaos olahraga nya itu.
"Ya kan gue udah minta maaf, lagian dia nya juga oke oke aja." Jefazel masih mencoba menghindari permintaan Hanif itu.
"Mana ada anjir, kaki nya jadi memar." Jawab Hanif cepat.
"Serius?"
"Ah gue males di ceng-cengin kalo bonceng si Rosa, lu pada kan mulut nya kaya comberan." Lanjut Jefazel.
"Kagak bakalan anjir, serius." Hanif kembali menjawa cepat.
"Ah gue mau main lagi abis ini, ambisi gue masih meletup-letup." Jefazel masih mencari cara agar bisa terhindar dari permintaan Hanif.
"Kita main sore anjir, sekarang masih babak penyisihan kelas sebelas." Jonathan yang kini menjawab.
"Duh gimana ya." Jefazel menghela nafas berat.
"Udahlah cepet." Mario mendorong bahu Jefazel untuk segera berdiri.
Saat baru saja Jefazel mendirikan tubuh nya untuk menjalani permintaan Hanif dengan berat hati, Tiyo tiba-tiba membunyikan suara nya yang sedari tadi hanya berdiam itu.
"Ca... Kamu itu bagaikan matahari di hidup aku..."
"Anjing Tiyo!!!" Jefazel dengan segera memberikan pukulan, timpukan, juga sambitan tanpa ampun pada Tiyo yang masih tidak bisa meredakan tawa pecah nya itu.
"Udah ah gue gamau, bangsat Lo semua!" Jefazel menahan malu nya setengah mati, kejadian saat mereka masih menjalani masa pengenalan lingkungan sekolah itu kembali di ingatkan oleh Tiyo, moment paling memalukan dalam hidup nya.
"Makasih ya ca udah selalu menyinari hidup aku..." Lagi dan lagi Tiyo mengeluarkan kalimat yang paling Jefazel benci itu.
Itu adalah potongan kalimat dari puisi yang ia buat saat awal masa pengenalan sekolah, 3 tahun yang lalu. Saat ia pertama kali menyatakan perasaan cinta monyet nya itu pada gadis yang bernama Rosa, atau akrab di sapa dengan sebutan Oca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyembuh & Angkasa { Jaehyun Karina }
FanfictionKalena Moon Monaco, gadis yang sedari kecil tinggal dengan ruang lingkup hangat, selalu memberikan atensi yang baik, juga memberikan apresiasi pada sekecil apapun yang ia lakukan. Jefazel Praksa Dirgantara, lain dengan Kalena yang tumbuh dengan han...