05 - [Sibuk ya?]

47 7 0
                                    

Author POV.

Sore hampir malam Jefazel akhirnya tiba di rumah selepas merayakan kemenangan tim nya itu. Ia sangat bangga, karena bisa menenteng sebuah piagam penghargaan sebagai juara tim juga pemimpin tim terbaik.

Walaupun setiap hari ia merasa malas ketika harus pulang ke rumah dan di hadapkan oleh suasana-suasana yang membuat nya selalu merasa asing, namun kali ini ia sangat semangat dan ingin segera makan di rumah.

"Semoga gue di sisain makanan." Ucap nya dalam hati.

Cklek.

Keadaan rumah sepi, itu membuat diri nya terheran. Karena, pasalnya rumah mereka selalu ramai di akhir pekan ketika sore hari, saat seperti ini biasanya orang tua juga kakak semata wayang nya itu akan berkumpul di ruang keluarga, hanya bertiga.

Plak

Jefazel terkejut ketika tiba-tiba ayah nya itu datang menghampiri, lalu menghadiahi nya dengan sebuah tamparan keras. Jefazel terdiam sambil menatap tak percaya, belum lagi piagam yang ada di tangan nya itu berangsur jatuh bersamaan dengan tamparan keras itu mendaparat di pipi nya.

"DASAR ANAK BERANDAL!"

"Kenapa kamu hari Senin bolos?! Mau jadi apa? Mau jadi pembersih sekolah diem di gudang? Hah?!"

"Jangan jadi so jagoan, Jefazel!"

"Hidup kamu tuh beban dan ga punya mimpi!"

"Kamu tuh jauh beda sama Koko kamu, yang bergelimang prestasi dan citra baik!"

"Kamu tuh anak ga punya mimpi, yang cuma layak jadi pelayan cafe!"

Jefazel terdiam, entah mengapa kali ini ia rasa semua perkataan ayah nya itu sangatlah berlebihan dan membuat diri nya hancur.

Mata nya memanas, dada nya naik turun dengan ritme yang cepat karena menahan amarah dan rasa kesal yang tak bisa di ungkapkan.

Di belakang ayah nya yang sudah murka itu, ada Ibu dan Kakak nya yang hanya bisa menonton kejadian memalukan untuk seorang Jefazel.

Jefazel menatap Ibu nya dalam, sebelum ia kembali menunduk.

"Maaf Pi, karena harus punya anak kaya Jefa." Ucap nya lirih, sambil menunduk dan mencoba meraih sebuah penghargaan yang tadi sempat jatuh ke lantai itu.

Hanya suara lirih yang bisa ia keluarkan. Ia berhasil meredam amarah dan bentakan yang bisa saja keluar dari mulut nya itu.

Lalu ia sedikit membungkuk untuk melewati ayah nya.

Jefazel berjalan ke arah tangga dengan perasaan hancur dan jiwa yang sudah di hantam mati.

Entahlah, dari belasan tahun perkataan menyakitkan yang selalu ayah nya lontarkan pada diri nya, perkataan kali ini benar-benar membuat benteng pertahanan nya seperti hancur lebur begitu saja.

"Gapapa Jef, udah biasa. Lo keren kok."

Ucap nya bergumam dalam hati.

Lalu Jefazel memilih untuk membersihkan diri nya terlebih dahulu. Setelah menggunakan pakaian, ia kembali mengambil penghargaan yang baru saja ia raih itu.

"Terus bertahan ya, Jef. Setidaknya sebentar lagi Lo bisa hidup tanpa hinaan lagi kok." Ucap pria itu sambil tersenyum dan meletakkan penghargaan itu di samping sebuah foto keluarga yang di potret sekitar 17 tahun yang lalu.

Ya, foto itu di ambil saat diri nya masih kecil. Foto keluarga lengkap yang hanya saat itu saja ia rasakan. Sampai saat ini, sudah 19 tahun usia Jefazel, tidak pernah ia ikut serta dalam pemotretan keluarga.

Penyembuh & Angkasa { Jaehyun Karina }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang