Sihir penyembuh adalah sihir tertua dari semua kekuatan yang pernah ada di bumi dan juga sihir yang di pelajari oleh semua di bumi untuk membantu seksama yang sedang butuh bantuan apa itu hanya luka kecil atau yang parah sekalipun. Awal mula munculnya sihir penyembuh dari seorang penyihir hebat yang datang ke bumi karena merasa terpanggil karena pada saat itu kondisinya sedang sangat genting di mana peperangan terjadi sangat luas dan tidak sedikit korban berjatuhan di mana-mana. Sihir itu akhirnya terus di turunkan kepada mereka yang terpilih termasuk nenek Natal yang terus di sebarkan kepada tetua sebelumnya hingga ke generasi Natal.
Sihir ini bersifat kekal dan tumbuh di dalam tubuh jika tak bisa di kendalikan dengan baik maka akan berakibat fatal dan bisa mengancam nyawa seperti air yang jernih mulai tercemar limbah berbahaya dan terus mengalir bila di biarkan saja dan itu akan berefek pada keturunan seterusnya. Untungnya Natal belajar banyak dari ibunya untuk menguasai control terdalam miliknya agar bisa menyebar keseluruh tubuh dengan baik seperti mainan dengan remot control yang bisa di arahkan kemana saja yang dia mau. Semua itu mempunyai tingkatan sendiri dari yang awal sampai yang paling besar semua Natal ajarkan kepada anak-anak muda yang ada di Moonlit Cliff. Dia selalu mengajar dengan bawahannya yang sudah dia percaya untuk mengajarkan ilmunya, dan mereka sekarang sedang berada di sebuah rumah batu tempat di mana mereka sering berlatih bersama.
"Nona, apa anda sedang tidak sibuk hari ini?" tanya salah satu bawahannya yang bernaya Haya.
"Hari ini aku sedang senggang jadi aku bisa mengajar dengan leluasa sampai sore," kata Natal santai.
"Apa Hyunjin baik-baik saja di tinggal sendirian?" berbicara berbisik.
"Tenang saja saat ini dia sedang bersama ayahnya, jadi dia tidak akan menganggu ..." Natal belum sempat melanjutkan ucapannya Hyunjin sudah datang sambil berteriak memanggil namanya dengan gemas.
"Ibu ... ibu ...kau di mana?"
"Baru saja di bilang." Natal memukul keningnya sambil menggelengkan kepalanya pasrah.
"Apa anda perlu bersembunyi?" bisik Haya.
"Tidak perlu, jika aku sembunyi yang ada dia membuat keributan di sini, tolong ambil alih ya?" beranjak dari tempat duduknya untuk menemui Hyunjin.
"Ya ampun Hyunjin jangan berlari nanti kau jatuh," teriak Renon dengan wajah khawatirnya.
"Tampaknya kalian sedang bermain kejar-kejaran ya?" tatap Natal sambil berkacak pinggang.
"Tidak, kami tadi sedang memanjat pohon tapi Hyunjin lepas kendali. Hehe maaf ya?" menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Tidak masalah memang begitu mengurus anak apalagi Hyunjin masih kecil. Anak manis kau mau melihat ibu mengajar?" tanya Natal sambil mengelus rambutnya.
"Eh apa tidak apa-apa? Bagaimana kalau dia mengacau?"
"Tenang saja dia akan aman denganku, kau bisa kembali bekerja."
"Baiklah, sampai jumpa semua." Semua yang ada di sana memberi hormat kepada Renon.
"Sekarang ayo melihat-lihat," Natal mengendong Hyunjin sambil melihat orang-orang berlatih, matanya sekarang sedang membulat sempurna sangking takjupnya saat sebuah sihir biru lembut keluar dari telapak tangan dan mengobati luka bekas sayatan atau terkena gigitan yang cukup dalam.
"Ibu, kenapa dia tidak terluka tetapi tetap di obati?" kata Hyunjin dengan wajah polosnya.
"Sebenarnya dia sedang sakit tetapi tidak terlihat karena ada di dalam sini," Natal menunjuk dada mungil milik Hyunjin.
"Di dalam tubuh?"
"Benar sekali, nanti kalau kau sudah remaja akan ibu kasih lihat." Hyunjin hanya mengangguk pelan dengan senyumannya, setelah itu mereka melanjutkan berkeliling sambil Natal jelaskan beberapa hal dan akhirnya itu membuat anak memiliki mata biru menyala itu tertarik. Hyunjin juga mempunyai rambut silver yang halus yang membuat orang-orang di sekitarnya ingin merasakan betapa lembut rambutnya itu, serta pipinya yang gembul dengan bibir pink yang imut.
**
Di kediaman Yeji saat ini dia sedang bergelantungan di pohon sambil melihat banyak pasukan berlatih dengan pengeliatannya dia mencoba mempelajari beberapa gerakan sambil memperaktekannya dan gabung sebuah sihir merah tiba-tiba keluar dari tangannya yang hampir mengenai salah satu prajurit untungnya menyingkir dengan cepat. Sekarang laki-laki itu kebingungan siapa yang baru saja menyerangnya dan matanya tertuju pada Yeji yang sedang berada di atas pohon tak jauh dari dia berlatih. Ia mencoba mendekat dan seolah-olah tidak melihat gadis berambut hitam itu di sana sambil menggerutu kesal yang membuat Yeji meringkup dengan sayapnya seperti kepompong.
"Sepertinya tadi aku melihat arah sinar itu dari sini apa itu kau Nona Yeji?" tanya Yohan sambil bersandar di pohon.
"Emm iya, aku tidak sengaja maafkan aku Yohan," ucap Yeji sambil menyembunyikan wajahnya membuat laki-laki muda itu gemas.
"Tidak apa-apa, lagi pula anda baru pertama kali mencoba bukan?"
"Iya, tadi aku mencoba mengikuti gerakanmu tapi malah sihirku melesat sendiri."
"Bagaimana kalau aku ajarkan agar tidak melesat seperti tadi?"
"Apa boleh? Aku takut kena marah Ibu."
Yohan melihat ke sekitar untuk memastikan tidak ada yang melihat mereka sekerang lalu berbisik pada Yeji "Sssttt, asal kita saja yang tahu tidak masalah bukan, ini rahasia antara kita saja ya?"
"Yaaa baiklah," mengangguk pelan. Akhirnya Yohan mengajari gerakan dasar yang muda untuk di gunakan oleh anak seusia Yeji yang baru belajar, gadis kecil bermata merah menyala itu tak luput dari Yohan dan terus mengikuti gerakan satu demi satu walau sempat hampir mengenai laki-laki berambut panjang itu untungnya dia mempunyai gerakan reflek yang cepat jadi serangan hanya mengenai dahan pohon. Tak terasa mereka berlatih sampai sore hari sampai langit jingga terlihat jelas di hadapan mereka membuat Yeji terpukau dengan keindahannya sampai lupa kalau tangannya terkena sihirnya sendiri.
"Nona coba ku lihat tanganmu." Yeji memberikan kedua tangannya tadi kepada Yohan untuk di sembuhkan.
"Yohan apa yang kau lakukan?" dengan mata yang bergetar.
"Aku hanya menyembuhkan tanganmu dengan kekuatan penyembuhku, jadi tenang saja ini tidak akan sakit hanya seperti di sengat listrik sedikit jadi tahan sebentar ya?" dengan spontan sebuah sihir biru lembut keluar dari telapak Yohan hingga membuat Yeji terkaget melihat yang barusan ia lihat. Tak lama telapak tangan yang sakit tadi berubah seperti semula lagi.
"Ba bagaimana kau melakukannya?"
"Ada seseorang yang mengajarkanku sihir ini jadi saat aku terluka, aku bisa menyembuhkan sendiri kecuali ..." ucapan Yohan menggantung membuat Yeji makin penasaran hingga membuat kepala mungilnya miring ke kanan.
"Kecuali luka yang ada di dalam tubuhku, aku tak bisa mengobatinya kalau bukan tabib yang melakukannya."
"Kalau begitu aku akan belajar sihir ini juga agar bisa mengobatimu dan yang lain kalau sakit," senyuman Yeji terukir manis di wajah manisnya membuat Yohan terharu mendengarnya.
"Baiklah, berlatilah dengan sungguh-sungguh dan jangan pantang menyerah," Yohan mengepalkan tangannya memberi semangat kepada gadis pemilik mata merah dengan kuncir satu itu.
makasih yang udah baca cerita ini, semoga hari kalian menyenangkan ya. Jangan lupa vote dan sharenya semua :) sorry ada kesalahan sedikit udah aku benerin
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Different World [Revisi]
FanfictionPada awalnya kedua klan srigala dan vampir saling hidup damai tapi berubah menjadi mencekam, perang terus terjadi tanpa ada kata 'Damai' korban berjatuhan tanpa henti kesedihan merengut semua, dendam belum terbalas akan kah ada kata 'Damai' di kemud...