Siapa Dia?

16 5 6
                                    

Ron dan Yeji baru saja sampai tepat di gerbang pintu masuk lalu disambut hormat oleh dua penjaga, sebelum melangkahkan kaki Ron bertanya sedikit soal kejadian yang terjadi tapi mereka hanya bisa memberi sedikit informasi saja karena ini masih kabar yang belum terlalu jelas ceritanya. Ron hanya mengangguk paham lalu melanjutkan perjalanan menuju tepat Renon berada, saat suara yang familiar terdengar di telinganya pria berambut coklat itu langsung menyabut sobatnya itu dengan pelukan singkat lalu berlanjut ke percakapan mengenai kejadian tadi. Renon menjelaskan sesuai dengan keterangan yang ia dapat dari Kiya dan cerita itu berhasil membuat dirinya merinding seketika karena sepengetahuannya kekuatan rahasia itu hanya dimiliki oleh sebagian serigala saja dan tak bisa di dapatkan dengan cara cuma-cuma kecuali ia mempunyai keturunan dari serigala perak. Sebenarnya bagi orang awam mereka tidak terlalu mempercayai soal keberadaan serigala perak dan di anggap sebagai dongeng kuno namun tidak bagi Ron dan Renon.

Saat ayahnya sedang berbincang-bincang Yeji mendekati tempat tidur Hyunjin dengan mata bergetar. "Bagaimana bisa kau terluka lagi padahal kau baru saja mulai berlatih setelah beberapa minggu, tolong jawab aku jangan diam saja."

Tangisan Yeji pecah hingga membuat pendangan Ron teralihkan lalu memeluknya dengan erat. "Ssssst tenanglah anakku, Hyunjin sedang tidur saat ini jangan membuatnya terbangun."

"Dia akan bangun kan yah?" tanyanya sesegukan.

"Itu pasti, Hyunjin anak yang kuat dia pasti lekas bangun," mengelus kepala anaknya lembut.

"Bagaimana dengan yang lain aku dengar ada orang asing diantara mereka?" tanya Ron.

"Iya di yang ada di sana, dia mengalami patah tulang dan beberapa memar," sambil memandang pria asing itu.

Ron mendekati pria itu lalu memeriksa tubuhnya dengan kedua telapak tangannya dan wajahnya seketika menjadi berkerut, Renon yang memperhatikannya tampak kebingungan dengan wajah polosnya. Ron lalu menjelaskan hasil pemeriksaannya kalau pria ini mendapat serangan sangat besar berbeda dari petarungan yang biasa ia rasakan yang tidak seberapa parah. Ron pun meminta untuk menyelidiki soal DNA Hyunin untuk memastikan kalau perkiraannya ini salah, tanpa menolak Renon langsung mengiyakan permintaan Ron.

"Kami bisa memeriksa DNAnya tapi itu memerlukan waktu beberapa hari tuan," jelas Hilow meyakinkan.

"Tidak mesalah asal aku bisa memastikannya, lalu bagaimana dengan keadaan Noya apa dia masih belum sadar?" tanya Renon.

"Dia dalam pengaruh obat bius sebentar lagi pasti akan bangun namun ia memiliki trauma atas kejadian tadi jadi dia belum bisa di tanyakan informasi," jelas pemuda berbaju hijau itu.

"Benar, kondisi saat ini lebih penting dari pada informasi itu paling tidak kita bisa mencari tau setelah tes DNAnya keluar," ucap Ron menatap kedua mata Renon.

**

Di sebuah perkemahan dalam hutan seseorang laki-laki dengan berjubah coklat berjalan tergesah-gesah menuju ke sebuah tenda berukuran cukup besar milik pemimpin mereka. "Saya mohon lapor ketua."

"Kenapa kau terlihat panik ada apa?" tanya sang pemimpin yang bernama Gior.

"Saya tidak bisa melacak keberadaan Niki saat ini, dan semua prajurit sudah mencarinya tapi tak ada yang menemukannya ketua," jelasnya sedikit tergesa-gesa.

"Yaaaa ampun anak itu berulah lagi, sudah ke berapa kalinya dia membangkang perintahku," mendobrak meja di sebelahnya membuat yang lain terkejut.

"Maafkan atas kelalaian saya ketua sungguh saya mohon maaf," katanya sambil bersujut dengan tubuh bergetar kuat.

"Haaaaah ini bukan salahmu Hervi, berdiri lah," perintahnya dengan tegas.

"Kapan terakhir kali kalian melihatnya?" tanya Gior lagi.

"Kami melihatnya sedang berpatroli di sekitar tebing lalu ia menghilang dalam sekejap," jelas salah satu prajurit.

"Kami sudah mencoba melacak mananya tapi masih samar-samar," jelas prajurit berambut ikat satu.

"Aku tak bisa meninggalkan pos sekarang karena di sini lebih genting dari pada anak itu. Kau tolong lacak sampai dapat dan yang lain kembali ke tempat masing-masing," tegasnya membuat yang lain langsung keluar dari tenda.

"Kenapa firasatku tak enak begini apa dia dalam bahaya?" gumam Gior dengan memegang keningnya.

**

Di ruang perawatan pria asing itu mulai membuka matanya dan berusaha mengembalikan pandangannya yang buram, tubuhnya masih terasa berat dan sulit untuk di gerakan dan masih terasa sakit pada beberapa bagian, rasanya di injak 10 gajah. Ia mencoba untuk duduk namun masih belum kuat sampai seorang tabib berlari ke arahnya dengan wajah panik lalu memintanya untuk tidak terlalu banyak bergerak. Pria itu bertanya apa yang terjadi beberapa hari yang lalu dan tabib itu menjelaskan yang ia tau saja, seketiak wajahnya memucat dan berkeringat mengingat kejadian yang terjadi di depan matanya itu seperti mimpi buruk yang sangat menakutkan. Ia masih ingat wajah Hyunjin yang dipenuhi amarah dengan wajah di selimuti mana berwarna biru langit serta lambang di dahinya.

"Anda tidak apa-apa? Sebentar biarkan saya menenangkan tubuh anda jangan bergerak," tabib itu mengeluarkan sihir penenang hingga membuat wajah pucat itu memudar.

"Kau sudah bangun rupanya, bagaimana keadaanmu?" tanya Kerson.

"Dia baru saja bangun lalu wajahnya tiba-tiba memucat tapi sekarang ia sudah merasa baikan," jelas tabib itu.

"Baguslah. Bisakah kau membiarkan kami berbicara berdua?" pinta Kerson.

"Baik tuan, saya pemisi," tabib itu menjauh dari Kerson.

Dalam beberapa saat Kerson terdiam tanpa bersuara dan hanya memandangi wajah pria asing yang terlihat masih muda itu sambil menaiki satu alisnya. Padahal dia terluka parah tapi keadaannya seperti baik-baik saja batinya lalu mencoba memegang lengan kiri pria lalu ia mengerang kesakitan. "Oh maaf aku kira kau sudah pulih."

"I iya ti tidak a apa-apa," jawabnya gugup.

Tampaknya dia ketakutan karena melihat tubuhku yang besar ini lihat saja bola matanya yang seolah menghindar dari tatapanku batin Kerson lalu menghela napas panjang. "Kau tak perlu takut padaku, aku hanya datang untuk memastikan keadaanmu saja."

"Oh iya terima kasih atas kepedulian anda," jawabnya sopan.

"Sebenarnya aku penasaran dari mana asalmu dan siapa namamu lalu bagaimana kau bisa sampai terlibat kecelakaan seperti ini, tapi aku tak bisa mengatakannya karena kau masih belum pulih dan aku yakin kau tak ingat kejadian beberapa hari yang lalu karena kepalamu pasti terbentur keras," jelas Kerson.

Sejujurnya aku masih ingat jelas kejadian itu tapi jika aku memberi tahunya apa aku akan di bunuh saat ini juga? Batinya dengan menggigit bibir bawahnya tanpa sadar tangannya mulai bergetar kuat. Kerson menyadari itu dan memcoba untuk menenangkannya walau ia terlihat panik bukan main. Catatan sebenaranya Kerson tak pernah terlihat sepanik ini walau ada bom atom di depan matanya. Orang yang mengenalnya pasti sangat senang melihat wajah panik milik pria bertubuh tegap ini.

"Sebelumnya aku minta maaf telah masuk ke sini tanpa izin. Emm,  sebenarnya aku ..." ucap pria itu ragu-ragu dengan mengepalkan tangannya agar merasa lebih tenang.

Two Different World [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang