Menangkap Tikus Hutan pt.2

25 10 5
                                    


Denon mempersilahkan orang itu masuk dan laki-laki itu berjalan masuk mendekati Emor dengan langkah santai. "Selamat siang yang mulai, kita bertemu lagi," sapa pria itu dengan ramah. Emor pun juga menyambut pria itu dengan baik. Raut wajah yang semula serius sekarang menampakan sebuah senyuman yang jarang terlihat belakangan ini.

"Selamat datang sahabatku Ron Dealtar, sihlakan duduk dulu." Ron menyambut permintaan Emor dengan senang hati.

"Waaah tampaknya aku datang di saat yang tidak tepat," kata Ron dengan melihat banyaknya tumpukan kertas di atas meja yang belum sempat di bereskan.

"Tidak sama sekali. Malah aku berencana akan memanggilmu setelah tugasku usai," ucap Ron lalu mengeluarkan sihir untuk membereskan tumpukan kertas agar lebih rapi.

"Jadi tampaknya kita berjodoh, bukan begitu yang mulia?" celetuk Ron yang berhasil mencairkan suasana.

"Hahahaha kata-katamu itu sungguh menggelikan, apa kau mau minum sesuatu?"

"Kalau tidak keberatan aku mau secangkir darah segar," pintanya santai.

"Baiklah, Denon tolong ambilkan pesanannya dan juga untukku juga."

"Baik yang mulia." Denon menyiapkan dua cangkir lalu menuangkan darah yang di minta dari dalam sebuah botol seperti wine tak lama minuman itu sudah terletak di atas meja. Ron dan Emor meminum darah itu sedikit demi sedikit.

"Ternyata kau masih bisa mendapatkan darah segar di tengah wabah sedang menyebar ini bagaimana kau mendapatkannya?" tanya Ron memancing.

"Itu adalah darah sisa yang aku punya dan aku menghematnya untuk tamu spesial sepetimu datang, apa aku salah?"

"Sudah ku duga kau berbeda dari cecurut itu," gerutu Ron yang membuat Emor sedikit tersentak.

"Kau pasti kaget dari mana aku mengetahui soal khasus yang sedang panas-panasnya di sini. Semua itu sudah tercium olehku saat kabar burung soal obat-obatan menghilang dan tidak tersebar padahal wabah sudah mulai melanda dan aku tidak tinggal diam dan langsung meminta surat izin darimu untuk membantu penduduk, jangan bilang kau tidak menyadarinya?" raut wajah Ron berubah serius.

"Tak mungkin aku tidak mengetahui ulah bawahanku sendiri dan bukan berarti aku hanya duduk diam melihat rakyatku menderita."

"Lalu sekarang apa yang kau lakukan wabah sudah makin memburuk apa jadinya kalau aku dan pasukanku tidak datang?" Ron mulai menaikan nada bicaranya.

"Walau mereka licik bukan berarti mereka bodoh, tenang saja aku sudah merencanakan semuanya dan selama ini aku diam-diam menyelidiki langsung di mana tempat obat-obat itu disimpan dan sihir apa untuk membuka segelnya, siapa yang mengedarkannya dan siapa yang membelinya. Kau tak ingat kalau aku pandai menyamar bukan?" menyombongkan kekuatannya.

"Yaaah soal itu aku tak bisa berbohong, bahkan kau juga bisa menjadi wanita cantik yang bohay pfffft," celetuk Ron yang membuat Denon ikut tertawa walau tidak kentara.

"Kau belum pernah merasakan setruman sihirku ya?"

"Hehe aku hanya bercanda dan ini adalah bukti-bukti yang kami dapat selama melakukan penyelidikan aku tidak tau apa ini bisa membantumu?" Ron memberikan sebuah map berwarna hijau gelap.

Emor melihat semua kertas itu dengan sihir pemindai jadi dengan cepat ia bisa mengetahui semua isinya tanpa harus mengacak-acak. "Hemm, semua sangat membantu terima kasih banyak ini akan menambah kuat bukti yang aku punya berarti kita tinggal bertindak. Aku minta padamu sebisa mungkin jangan sampai ada pertumpahan darah tapi jika mereka masih bungkam kau tau apa yang harus kau lakukan?" menaikan satu alisnya.

"Tenang saja soal itu serahkan saja padaku, aku akan membuat mereka mengatakan semuanya." Ron mengeluarkan sebuah sihir merah dari kepalan tangannya yang siap ia gunakan bila di perlukan. Emor dan Ron membicarakan rencana apa yang harus di lakukan selanjutnya dengan serius tanpa ada yang tertinggal.

**

Tanggal mainpun datang semua sudah bersiap menjalankan rencana, para prajurit siap memantau kondisi yang ada, jika ada pergerakan yang mencurigakan mereka akan langsung bereskan sesuai perintah. Sedangkan Renon, dan Ron menyamar untuk masuk ke rumah seseorang penjabat yang mereka sudah curigai saat masuk ke dalam dan semua berjalan dengan baik tanpa ada rasa curiga sama sekali. Mereka berdua menjadi kedua sahabat sang pejabat yang sekarang sudah tertidur pulas karena mabuk berat dengan ikatan sihir yang tak akan bisa di patahkan. Di dalam sang penjabat itu menyambut Ron dan Renon dengan tangan terbuka walau sedikit kaku tapi bisa langsung di jalankan dengan baik.

Di balik tangan Ron dia sudah bersiap akan menggunakan sihir kejujuran tapi Renon menghalanginya karena dia tak mau kalau penyamaran mereka akan cepat ketahuan karena permainan tidak akan menjadi seru. Renon sangat ingin melihat wajah orang itu ketakutan dan alasan apa yang akan dia katakan kali ini. Apa mereka bakal di ajak keliling dulu sampai pusing? Wkwk. Dengan penciuman tajam Renon ia bisa mengetahui di mana letak obat-obatan itu di letakkan dan semua persis seperti yang di katakan Emor.

"Tampaknya baru-baru ini rumahmu habis di renofasi ya?" tanya Ron memulai perbincangan.

"Tentu saja, karena aku bosan dengan desain interior yang itu-itu saja jadi aku ubah sedikit, kau suka kan?" kata laki-laki dengan perut buncit dengan kumis tebalnya itu sebut saja dia Gorn.

"Iya tentu saja aku suka semua terlihat berkilau dan menakjubkan," jawab Ron sembari mencoba tersenyum walau hantiya sudah dongkol.

"Tampaknya bisnismu berjalan lancar bukan begitu sobatku? Sesuai dengan yang kita rencanakan bukan?" kata Renon menyelidik.

"Hahaha iya, belakangan ini aku bisa menikmati kekayaanku dengan sangat baik tentu saja kalian akan dapat jatahnya nanti," terangnya santai dengan menyenderkan punggungnya sampai perut buncit itu hampir terlihat. Melihat tingkah laki-laki tua itu Ron tidak tahan lagi tanpa di sadari ia mulai di kuasai emosinya membuat penyamaran mereka terbongkar. Catatan Ron tak suka berlama-lama untuk berbasa-basi. Sekarang sebuah sihir mengikat tubuh gepal milik Gorn yang membuatnya sulit bernapas.

"Apa – apaan ini? Kau bukan?"

"Benar aku bukan sobatmu yang menjijikan itu dan juga aku tak butuh uang kotor hasil usahamu itu, mau sebesar apapun itu," bentak Ron mulai naik pitam.

"Tak usah bohong aku yakin kau juga akan tergiur dengan bau uang eeeek." Sihir itu semakin menguat membuat uratnya hampir pecah.

"Ron hentikan jika kau membunuhnya sekarang semua ini akan sia-sia tenangkan dirimu dulu, ingat janjimu," jegat Renon dengan memegang pundak Ron. Sihir itu pun mulai melonggar sedikit tapi tidak Ron hilangkan.

"Baiklah karena nasi sudah jadi bubur, sekarang katakan di mana kau menimbun semua obat-obat itu?" kata Renon datar.

"Jika aku katakan kalian tidak akan mudah menemukannya karena semua itu aku sembunyikan di tempat yang tak ada seorangpun menemukannya."

"Apa kau bilang?!" Ron mulai mengikat lagi sihirnya.

"Bunuh saja aku dengan begitu kalian tidak akan pernah menemukannya hahaha."

"Pfffft ..." Ron tidak bisa menahan kegelian di perutnya dan akhirnya tawanyapun meledak.

"Hahahaha! Sungguh lucu sekali, kau pikir kami bodo tidak mengetahui semua itu, malah aku memang berencana akan membunuhmu kalau mendapat izin dari yang mulia." Ucapan Ron membuat Gorn terkaget tidak percaya kalau usahanya telah di ketahui oleh raja. Walau begitu Gorn masih sempatnya tersenyum miring membuat kedua sejoli itu membelalak.

"Sungguh?" dengan tatapan mengintimidasi.

Kira-kira di mana Gorn menyembunyikan semua barang hasil selundupannya itu? Mari kita lihat next chapternya ya jangan lupa vote dan sharenya dong kalo mau masih lanjut. 

Two Different World [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang