Setingkat Lebih Kuat

15 9 6
                                    


Dari kejauhan Ryunjin terus memperhatikan Yeji, ia terus menilai gerakannya dan sesekali bergumam sendiri seperti menonton perkelahian yang seru, tak lama Ryunjin mulai bosan dan mencoba membuat suasana lebih menarik lagi. Tangannya mulai mengeluarkan duri-duri kecil sebesar telunjuk nan tajam mencoba untuk di arahkan pada gadis yang tengah berlatih itu. Maaf nona aku mencoba sedikit kemampuanmu ini tidak akan mengagetkan batin Ryunjin mulai meluncurkan serangan dengan kecepatan sedang namun angina membuatnya melaju cepat. Dengan posisi siap Yeji menyadari serangan itu dan langsung memutar badan dalam sekali ayunan tangan semua duri itu berhenti dan jatuh ke tanah. Untuk serangan kedua Ryunjin mencoba sedikit lebih dekat lalu meluncurkan serangan Yeji sempat diam mematung tapi ia bisa menghentikan sebelum terlambat.

"Hah hah hah wah hampir saja," membuang napas legah.

Prak prak park prak! Suara tepuk tangan Ryunjin.

"Oh kau rupanya yang menyerangku tadi," kembali ke posisi berdiri.

"Benar, saya ingin melihat perkembangan anda ternyata nona sudah setingkat lebih kuat, itu hebat," puji Ryunjin sambil tersenyum.

"Terima kasih aku masih harus banyak berlatih lagi."

"Bukanya anda biasanya bersama kak Yohan, kemana dia?"

"Dia sedang ada tugas jadi aku berlatih sendiri," menggaruk pelipisnya.

Selama beberapa detik terjadi keheningan yang cukup canggung hingga Ryunjin kembali membuka obrolan. "Emm ... kalau anda tidak keberatan saya mau menjadi teman berlatih."

"Wah aku sangat senang kalau kau mau pasti akan lebih seru nanti," ucap Yeji bertepuk tangan.

"Tapi saya harus meminta izin ibu anda lebih dulu."

"Oh tidak perlu biar aku saja yang bilang nanti dan berbicaranya santai saja denganku lagi pula umur kita tidak beda jauh," pinta Yeji dengan tegas.

"Apa tidak apa-apa?" tanya Ryunjin ragu.

"Tentu saja, ayo kita mulai latihan lagi," Yeji menggandeng tangan Ryunjin.

"Apa sebaiknya kamu istirahat dulu."

"Aku masih mau latihan sebentar lagi sebelum sore." Akhirnya mereka melanjutkan latihan sebelum langit senja menghampiri.

**

Pada tempat Hyunjin berlatih suasana sedang serius, Jake masih mengajari soal mengontrol kekuatan pusat Hyunjin dengan kedua tangan Jake menyentuh punggung bocah berumur 7 tahun itu selama 20 menit. Sembari melatih ia juga mencari pusat kekuatan Hyunjin ada hal yang membuatnya terkejut yaitu pusat kekuatan muridnya ini tidak hanya terletak pada satu tempat saja melainkan dua di jantung dan kedua tangannya baru kali ini Jake menemukan pusat kekuatan ganda. Sebelumnya itu hanya dimiliki oleh orang-orang terpilih saja dan sekarang hanya ada dua serigala yang mempunyainya, mereka yang mempunyai kelebihan ini bisa menjadi ancaman bagi musuh bila diketahui dan Hyunjin juga bisa menjadi incaran. Akhirnya Jake merahasiakannya hingga situasi memungkinkan untuk dikatakan.

"Kak, apa ada yang salah?" tanya Hyunjin sambil konsentrasi.

"Oh tidak ada, tetap lah fokus," pintanya masih menutup mata.

"Jika kakak lelah kita bisa sudahi saja latihannya."

"Tidak sama sekali justru sekarang ini aku menemukan sesuatu yang menarik dan kau sudah mengalami perkembangan walau hanya beberapa jam saja," jelasnya dengan suara pelan.

"Benarkah? Apa yang menarik itu katakan padaku," tanya Hyunjin meliuk-liukan badannya.

"Belum bisa ku beri tau sekarang untuk saat ini aku rahasiakan dulu."

"Aaaaah begitu ya. Kalau begitu aku sudah bisa mempelajari jurus lainnya?" tanyanya lalu membalikan badan.

"Kalau itu kita masih belum bisa karena kekuatanmu masih belum stabil jadi bersabar ya," ucap Jake tersenyum sayang.

"Baiklah guru, ayo kita mulai berlatih lagi," kembali ke poisi awal.

"Kau belum lapar mau berburu?"

"Aku mau," soraknya gembira.

**

Malam harinya Jake dan Hyunjin berada di hutan untuk mencari makan malam hari ini entah apa yang akan mereka dapatkan nanti, kedua mata mereka sudah mengarahkan ke seluruh penjuru hutan untuk mencari buruan yang segar. Tapi sayangnya mala mini belum terlihat satupun mangsa yang mendekat membuat perut Hyunjin terus bergemuru sejak tadi suara itu membuat Jake terkekek geli. Jake mulai kasihan melihat murid kesayangannya itu kelaparan akhirnya dia mengajak Hyunjin pindah lokasi tapi tetap belum mendapatkan apapun wajah mereka semakin berkerut. Tak jauh dari sana ada semak-semak yang bergetar Jake meminta Hyunjin berdiri di belakangnya, ia mulai mencoba mendekat perlahan dengan mengendap-endap.

Kraok! Ular mengigit kaki Jake yang membuat serigala besar itu meraung kesakitan. "Kakak tidak apa-apa?"

"Aku hanya merasa kepalaku sangat pusing, sebaiknya kau pergi dari sini sebelum ular itu menggigitmu juga." Pandangannya mulau buram.

"Aku tidak akan meninggalkan kakak, aku akan membawa ular itu pergi," tatapan Hyunjin mulai merubah mematikan.

"Tidak Hyunjin kau pergi saj," tubuh Jake lunglai lalu terjatuh karena rajun ular berbisa itu mulai menyebar tapi dia masih berusaha untuk melawannya.

"Kakak tetap disini biar aku yang melawannya." Hyunjin langsung berdiri tepat di depan ular kobra itu mencoba untuk mengikuti gerakan kepalanya yang mulai siaga menyerang, satu serangan mulai diberi ular itu tapi Hyunjin dapat menghindar dan terus sampai 5 kali. Akhirnya ular itu mulai geram bisanya menyembur keluar namun Hyunjin dapat menahan denga membentuk perisai akhirnya bisa itu tidak mengenainya. Bagaimana cara mengetahui kelemahan ular itu tanpa membunuhnya? Batin Hyunjin masih mencoba mengelak dari serangan. Di pikirannya terbesit satu cara untuk bisa mengetahuinya walau ragu dia mencobanya.

"Kau boleh juga serigala kecil tapi apa kau bisa menghindar dari ini?" sang ular menggeliat mendekati Hyunjin dengan cepat.

"Haha kau lah yang tak bisa menghindar dariku, maaf kalo ini membuat tubuhmu gepeng seperti keripik." Hyunjin melompat dari pohon ke pohon hingga ke atap lalu menyerang ular itu dari atas sasarannya adalah kepala ular itu.

Satu serangan membuat ular itu terdiam cukup puas dengan serangannya tapi pertarungan ini belum berakhir sampai di sini karena dia masih bangkit kembali seola mempunyai banyak nyawa. "Hahaha hanya itu seranganmu bocah sayangnya tempurung kepalaku cukup kuat untuk menahan seranganmu itu."

"Yaaah karena baru sekali bagaimana kau sampai 5 kali serangan? Hup." Hyunjin kembali lagi akan menyerang dari atas tapi sialnya ular itu mematuk kaki kanannya.

"Ups maaf ya," katanya tanpa dosa.

"Cih ini hanya gigitan kecil aku tidak akan tumbang."

"Yaaah walau kau bisa menahannya tapi itu tidak akan lama nak sssstttt," menjulurkan lidahnya.

"Emm boleh aku bertanya?" tanya Hyunjin tiba-tiba.

"Apa yang mau kau tanyakan?"

"Apa ular punya jantung?"

"Hahaha pertanyaan konyol sekali, tentu saja aku punya."

"Di mana letaknya?" kata Hyunjin pura-pura polos.

"Ada di bagian tengah tub, hey! kau mencoba mencari kelemahan ku ya?"

"Tidak aku hanya ingin tau saja, haha tapi bohong," Hyunjin tiba-tiba menghilang dari hadapan sang ular dalam sekejap seperti ninja, si ular mulai kebingungan mencarinya ke segala arah namun tak ada tanda-tanda darinya.

"Haha kena kau ular bodo," ucap Hyunjin menyeringahi dari temoat persembuanyiannya.

"Di mana kau anak manis mendekatlah pada papa sssstttt," kata ular itu mulai mencari-cari di balik pepohonan. 

"Kau tak akan menemukanku pak ular," suara Hyunjin bergema. kira-kira di aman Hyunjin sembunyi ya?

Two Different World [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang