BAB 10

721 105 12
                                    

10. Putus

Happy Reading

Semalam, Bulan pulang dengan selamat berkat pemilik cafe tersebut yang mengantarkannya ke rumah sakit. Kondisi Ibunya mulai membaik dengan dilepasnya alat bantu pernapasan. Kata dokter Ibunya akan segera sadar, Bulan pun berharap demikian. Setelah bersiap-siap memakai seragam Bulan pun keluar dari kamar inap Ibunya untuk berangkat sekolah.

"Ibu Bulan berangkat dulu. Cepat sembuh ya," ujar Bulan mencium kening Ibunya lalu menutup pintu dengan pelan dan berlari siap menyambut hari.

Pagi yang cerah dengan udara dingin yang begitu menusuk kulit. Matahari dengan sinarnya pun belum menampakan diri dari arah ufuk timur dan Bulan yang tengah berdiri di depan pintu gerbang sekolah, menunggu satpam sekolah yang belum menunjukan batang hidungnya. Gadis itu sengaja berangkat lebih pagi untuk bertanya pada Mauren soal dirinya yang tiba-tiba menjauh sejak kemarin sekaligus menghindari Shaka. Bulan berharap agar hari ini Shaka sibuk latihan skating maka hidupnya akan tentram tanpa rasa sakit hati.

"Maaf, Neng Bulan udah nunggu lama?," tanya Pak satpam sedikit sungkan karena Bulan datang lebih awal.

"Enggak, Pak. Bulan baru datang tadi kok. Ya udah Bulan masuk dulu. Permisi, Pak," jawab Bulan sopan lalu berlalu masuk ke sekolah.

Berjalan pelan menyusuri koridor sekolah yang begitu sepi, hanya ada satu dua siswa yang berjalan di koridor selain Bulan. Bulan memasuki kelasnya dan duduk disalah satu bangku yang dekat dengan jendela.

Semakin siang kelas mulai ramai. Anak-anak berdatangan dan masuk ke kelas. Sambil menunggu Mauren, Bulan memilih membaca novel yang ia pinjam dari perpustakaan.

Dengan muka yang tertekuk, Mauren memasuki kelasnya dan melempar sembarang tasnya ke meja membuat perhatian Bulan teralihkan dari novel.

"Tunggu, Ren. Gue mau bicara," sahut Bulan menarik Mauren untuk duduk kembali.

"Tentang apa?," tanya Mauren masih memasang muka sebalnya.

"Lo kenapa menghindar dari gue sejak kemarin?," jelas Bulan untuk mempertanyakan kesalahan yang dia perbuat pada Mauren.

"Gue enggak menghindar cuman lagi sebel aja sama lo dan Jay," ujar Mauren sudah mulai tenang.

"Loh, kenapa? Lo suka sama Jay ya?," tanya Bulan sambil tertawa dan menunjuk Mauren dengan jari telunjuknya dan menoel pipi chubby Mauren.

"Apaan sih lo? Gue enggak suka Jay, kok," elak Mauren sambil menyingkirkan tangan Bulan.

"Ngaku aja deh lo suka Jay. Lo cemburu kan? Tenang aja gue enggak ada hubungan apapun sama Jay hanya sebatas teman aja. Suer," balas Bulan menunjukan dua jarinya membentuk pose peace.

"Bener, ya? Iya deh gue ngaku kalau suka Jay," jawab Mauren akhirnya pasrah tidak bisa mengelak lagi.

"Tuhkan, untung gue peka. Sekarang lo jangan menghindar dari gue lagi, ya. Lo kan sahabat terbaik gue," ucap Bulan menunjukan kesedihannya.

"Hmmm...okedeh," jawab Mauren kembali tersenyum lagi karena Mauren juga tidak dapat berpisah dari Bulan, sahabatnya.
"Tapi ada syaratnya, lo harus bisa bikin gue deket bareng Jay terus lo jangan terlalu dekat sama Jay. Biar gue enggak salah paham lagi," jelas Mauren pada Bulan.

"Oke, deal. Gue bakal bikin Jay suka juga sama lo," sahut Bulan tersenyum sumringah karena bisa berbaikan lagi dengan Mauren.

"Yesss, makasih Bulan. Janji, ya?," tanya Mauren membuat janji dengan jari kelingkingnya. Bulan pun mengangguk semangat dan menautkan kelingkingnya pada Mauren sebagai janji persahabatan.

Toxic and Love Ft. Sunghoon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang