Putra & yoghurt (2)

0 0 0
                                    

"Kayaknya kita batal aja deh, beli yoghurtnya." Ujar Olif lemas kala usai makan. "Udah larut juga. Kasih orang lain aja."

Putra tersenyum kecil, sempat-sempatnya Olif memikirkan orang lain saat ia sendiri ingin memiliki sesuatu.

"Yaudah. Yuk, pulang."

Melihat reaksi Putra yang sama sekali tak keberatan membuat Olif semakin sedih. Namun, perasaan sedih itu ia tutup rapat-rapat. Ia tahu Putra benci dengan yoghurt, tapi ia tak sangka Putra sebenci ini dengan hal yang ia sukai. Batinnya.

"Pak Saleh. Kita udah selesai nih, pak." Putra lebih dulu bangkit dan berjalan menuju tempat kasir yang diduduki oleh Pak Saleh.

"Eh, udah? Gimana atuh, sedap ngga masakan saya?" Pak Saleh bertanya dan menatap pada Olif. Olif tersenyum manis lalu mengangguk semangat.

"Banget! Enak banget, Pak. Saya bakal rajin kemari sama Putra atau Orang tua saya. Nanti, saya bilangin juga sama temen-temen kalo ada warung makan seenak ini!" Celoteh Olif semangat. Pak Saleh tertawa senang.

"Iya, rajin-rajin kemari. Biar berkah warung saya didatengin bidadari kayak neng Olif." Olif tertawa, Putra tersenyum melihat Olif yang sudah dengan cepat akrab dengan pak Saleh.

Usai membayar, Mereka keluar dari warung makan tersebut. Olif tampak lemas, mengetahui bahwa ia tak mendapat promo besar di toko dessert.

Putra melirik Olif, tersenyum simpul.

Usai mengenakan helm dan memastikan Olif duduk dengan nyaman, Putra melajukan motornya. Tidak ada percakapan selama perjalanan, Olif hanya menatap kosong bangunan-bangunan yang lewat sambil memeluk pinggang Putra dengan erat.

"Kok diem?" Tanya Putra saat berada di lampu lalu lintas yang berwarna merah. Olif menggeleng seraya tetap memeluk pinggang Putra dengan erat.

"Lain kali kita beli ya." Olif hanya mengangguk, tak berbicara. Putra mengelus pelan tangan Olif yang berada di pinggangnya, lalu kembali melesat saat lampu lalu lintas berubah hijau.

***

"Udah sampe." Lapor Putra saat ia sudah berada tepat di depan gerbang rumah Olif.

Olif melepaskan pelukan dari pinggang pacarnya dan berdiri di samping motor Putra dengan wajah cemberut.

"Kenapa lagi?"

"Yoghurt." Ujar Olif, ia lalu melengkungkan bibirnya kebawah tanda sedih. Putra menahan senyumnya agar tak tertarik ke atas.

"Yoghurt mulu, kembung lagi tau rasa lo."

"Itu kan kemarin!"

"Ya, terus gimana, Olifia? Kan lo yang nyuruh pulang aja?" Tanya Putra heran, Olif masih dengan wajah cemberutnya.

"Ya, kan, lo bisa gitu ngga setuju? Lo segitu bencinya dengan yoghurt, ya?" Tanya Olif. Putra mengangguk. Memunculkan raut tak percaya dan mulut yang terbuka dari gadis itu.

"Benci banget, Lif." Ujar Putra singkat.

"Jahat bener!" Pekik Olif tak terima. Putra melepaskan helm nya lalu menatap Olif lamat-lamat.

"Lo pilih gua atau yoghurt?"

Olif mengatup bibirnya rapat-rapat.

"Tuh. Dan lo masih nanya kenapa gua benci ama yoghurt, Lif?" Putra menoleh ke depan sambil mengacak rambutnya sedikit.

"Tapi, Put. Lo sadar ngga sih, kita ribut soal yoghurt melulu?" Tanya Olif polos, sekaligus mengalihkan pembicaraan. Putra menoleh dengan mata berkedip, khas orang tak habis pikir.

"YA KARENA SIAPA COBA?!"

"YA LO LAH, SANGKUT PAUTIN MULU DENGAN YOGHURT KEBANGGAAN GUE!"

"Heh, gua tanya sekali lagi ya, Olifia Utami. LO PILIH GUA ATAU YOGHURT?!" Sewot Putra, tak habis pikir dengan pacarnya yang maniak yoghurt.

"GILA AJA!? YA YOGHURT LAH!" Mata Olif membesar. Ia kemudian berkacak pinggang.

Putra tau itu akan terucap dari bibirnya. Ini bukan sekali dua kali ia berkata seperti ini. Putra kebal, memiliki rival sebiji yoghurt bukanlah perkara mudah. Benar kata David, Putra akan terus kalah oleh sebiji yoghurt.

"Masuk sana." Ucap Putra final. Ia memakai helm nya, menyalakan mesin motornya dan segera meluncur pulang.

Olif kembali dengan wajah cemberutnya, lalu masuk ke dalam rumah dengan sebal.

Ia melangkahkan kaki nya menuju lantai dua, berniat langsung masuk ke dalam kamar.

"Neng Pia." Olif menoleh ke sumber suara. Bi Inah memanggilnya.

"Kenapa, Bi?"

"Itu ada bungkusan di kulkas. Tadi ada yang dateng. Ngga salah namanya Mas Irfan." Jelas Bi Inah, Olif membalikkan tubuhnya berjalan mendekati Bi Inah.

"Irfan? Panji maksudnya?"

"Kurang tau, Neng. Mending cek sendiri." Bi Inah menunjuk dapur. "Ada notes kecil juga ya di atas kulkas."

Olif mengangguk. Ia kemudian berjalan ke dapur dan mengecek kulkas.

Ia mengeluarkan kantung plastik putih itu, lalu membuka nya.

Tiga buah kotak berwarna kuning dengan tulisan yoghurt & dessert terpampang di atasnya. Olifia menutup mulutnya, mata nya menatap tak percaya.

Ia lalu menoleh ke note kecil yang berada di atas kulkas.

Ia lalu menoleh ke note kecil yang berada di atas kulkas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Stop ngambek, nih buat lo.
Ini disuruh Putra tau, Lif.
Beliau ini kocak, bucin ama yang bucin yoghurt, Kuat banget temen gua.
Promo buy 1 get 2 nih, suka lo kan.
Makasih ke Putra yak, sori tulisan gue jelek."

***

Author's note:
Kayak janggal gitu chap sebelumnya jadi buat chap tambahan, dehh. klik bintang pojok kiri jangan lupa ya tsayyy;)

Putra & YoghurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang