Pacar gue

0 0 0
                                    

Putra melirik jam berkali-kali. Ia mendongakkan kepala nya berulang kali, tak menemukan sosok gadis yang ia cari dari tadi.

Putra berdiri di samping motornya sambil bergerak gelisah. Ia sudah setengah jam berdiri, namun Olifia belum menunjukkan wajah nya sama sekali.

Sedangkan diluar gerbang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu, seluruh mahasiswa sudah berhambur keluar.

"Permisi, kak."

Putra menoleh ke belakang, tepat di belakangnya seorang gadis berdiri sambil tersenyum.

"Bener rupanya kak Saputra. Lagi ngapain, kak?" Tanya nya. Jujur saja, Putra bingung kenapa dia bisa mengetahui namanya, sedangkan Putra bahkan belum pernah melihat parasnya sama sekali semenjak menginjakkan kaki di kampus ini. Tapi, yah ini dunia kampus. Kadang penuh kejutan.

"Lagi nunggu orang." Jawab Putra seadanya dengan senyum kecil, memberi kesan ramah padahal sama sekali tidak terkesan ramah.

"Siapa, kak? Kak Irfan, Kak Nanda, Kak David sama Kak Arif, kan bukan anak FISIP?" Putra membelalakkan mata.

"Buset, nih anak jelmaan apa gimana?"

"Gua ngga bilang lagi nunggu mereka." Jawab Putra ketus. Dia jadi kesal.

"Hmm, gitu. Kak Putra ngga capek berdiri terus hampir satu jam?" Tanya nya lagi. Putra semakin malas untuk menanggapi, dia menghela nafas.

"Ngga."

"Aku ada minum nih, Kak, masih tersegel. Kakak mau?" Tawarnya.

"Ngga usah, makasih." Tolak Putra. Dia sudah merasa lelah, kalau bukan karena ada gadis ini disini, Ia pasti sudah berubah lempeng karena baterai sosial yang sudah habis. Baterai sosial Putra memang sedikit berbeda, soak. Alias, jikalau ia berbicara dengan orang yang tak ia kenal baik, itu cenderung membuatnya lelah karena harus berbicara extra atau terdiam yang bukan kebiasaannya.

"Karena kak Putra sendiri, mau ditemenin ngga?" Tawarnya lagi.

Putra tersenyum. Ia menaiki motornya, duduk dan menatap gadis itu dengan tatapan dingin namun masih melengkungkan senyuman kecil.

"Lo."

"Iya, kak?"

"Nama lo."

"Tasya, kak." Jawabnya sambil tersenyum manis. Tampak senang karena Putra menanyakan namanya.

"Oke." Ujar Putra lagi seadanya. Putra menatap ke depan, Olifia tengah berjalan dengan langkah girang. Wajahnya berseri, ia melambai kala melihat Putra.

Wajahnya berubah terkejut saat ia melihat seorang gadis yang tak dikenal berdiri di samping motor besar milik Putra.

"Hai, Put." Sapa Olif saat mendekat, ia lalu menoleh ke seorang gadis yang menatapnya, mereka saling bersitatap.

"Halo. Siapa ini, Put?" Olif menyapa, sambil bertanya.

"Tasya." Jawab Putra sambil mengenakan helm, ia lalu memberikan helm pink kepada Olif. "Adik tingkat lo." Mendengar tuturan Putra, wajah Tasya berubah sedikit takut.

"Ohh. Kita satu jurusan? Halo, Tasya, gue Olifia." Olifia memperkenalkan diri dengan ramah. "Suer, Put. Lo pasti lama banget nungguin gue, ada kendala tadi sama dosennya. Untung Tasya temenin."

Olif bersungut-sungut mengingat kejadian nya saat di kelas tadi.

"Makasih ya, Tasya, udah temenin pacar gue. Kapan-kapan kita makan bareng, ya, di kantin." Olifia memberi jempol sambil tersenyum.

"Ayo." Ajak Putra, Olif mengangguk lalu naik dan duduk di jok belakang motor.

"Bye, Tasya. Makasih ya sekali lagi." Olif melambai riang, Tasya ikut melambai dengan ekspresi ternga-nga.

Sedetik kemudian, Tasya mematung sambil menatap motor yang sudah pergi jauh.

"Gue barusan ngapain?"

***

Putra & YoghurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang