Kembung

1 0 0
                                    

Things about Putra's gf:

Things about Putra's gf:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

————

"Gua bilang juga apa."

"Berisik!" Putra menatap dengan datar Olif yang meringkuk kesakitan.

"Kebanyakan makan tuh susu fermentasi."

"Gue cuma kembung."

"Bisa-bisanya lo masih belain tuh barang."

"Mending lo beliin gue obat. Perut gue sakit banget, Put. Bantu pacar lo ini, plis." Olif kini merubah posisinya menjadi duduk. Masih meringis.

Putra menghela nafas, ia mengeluarkan kresek putih dari saku jaket nya. Ia sudah membeli obat pereda nyeri sebelum ke rumah Olif.

Saat Olif menelepon, Putra terperanjat kaget karena ia berteriak sambil merintih sakit. Putra mencibir dan menuju apotek sebelum beranjak ke rumah Olif.

"Nih, minum."

"DARI TADI KEK, MALAH NGOMEL LO! Aduh." Putra mencibir. Mengambil air minum di meja belajar Olif dan menyodorkan obat dan air untuk di minum.

Setelah selesai, Olif merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Makasih nya mana?"

"Makasih." Putra kembali mencibir lalu berjalan menuju kasur tempat Olif terbaring, duduk di sebelah tubuhnya.

"Udah enakan?"

Olif menggeleng. Obatnya masih belum sempurna bekerja.

"Jangan makan yoghurt lagi."

"Dih, lo siapa?"

"Gua pacar lo, bego."

"Pacar kok larang kesukaan pacarnya. Presiden lo?"

Putra memijit pelipis seraya mengusap muka nya kasar.

"Put." Putra menoleh, mata Olif dan Putra bertemu. Putra menaikkan satu alis, bertanya-tanya.

"Apaan?"

Olif menggulum bibirnya, menatap ke arah lain. "Kalo gue pindah ke Malaysia, lo... setuju ngga?"

Putra menatap dengan nanar yang sulit diartikan. Karena tak ada jawaban, Olif kembali menatap Putra yang masih setia menatapnya sejak tadi.

"Malah ngawur."

"IH! GUE SERIUS!"

Putra diam. ia lalu mengalihkan pandangannya. Ia kemudian menatap ke lantai. Melihat itu, Olif lalu beranjak dari tidurnya mengubah posisi menjadi duduk di samping Putra.

Putra tahu, Olif diam-diam mengikuti beasiswa untuk bersekolah ke Malaysia. Posisi Putra menjadi bingung dibuatnya.

Ia ingin mendukung pilihan gadisnya, tapi, rasanya tak ingin juga ditinggal.

Meski benci yoghurt, Putra tak ingin Olif jauh-jauh dari dirinya. Olif terlalu berharga.

Sekali lagi, meski benci yoghurt, Putra tetap ingin Olif ada di dekatnya. Tidak dapat Putra bayangkan jikalau beasiswa Malaysia itu memilih Olifia menjadi salah satu yang lolos, Putra harus apa tanpa Olif? Siapa yang akan membelikan Olif yoghurt?

Putra sadar, teman-teman nya yang lain benar. Putra terlalu bucin. Namun, tak apa kan? Toh Olif pacarnya. Olifia itu gadisnya. Apa salahnya ia bucin?

Putra adalah tipe yang jikalau sudah ada hubungan, ia akan mempertahankannya. Ia akan memberi segalanya. Meski ia benci yoghurt. Ia tetap memberi Olif apa yang ia mau, meski itu yoghurt.

Putra menganggap yoghurt adalah musuhnya. Rivalnya. Namun, karena itu yang membuat Olifia senang kenapa tidak?

"Jangan ngawur ah, Lif." Ujar Putra lagi.

"Iya, gue ngawur tadi."

"Jangan lagi."

"Iya."

"Janji?"

"Iya."

"Awas lo."

"Iya."

Putra kemudian membelalakkan mata saat Olif memeluknya dari samping.

"Gue bercanda, Put. Maaf."

"Hm."

Pelukan Olif berlangsung beberapa menit, sampai ia merasa sedikit pegal, akhirnya Olif melepaskan pelukannya.

"Tumben lo peluk-peluk." Putra bersuara, agak heran dengan sikap Olif yang mendadak manis

"Hm? Mau aja. Ngga boleh?" Olif menatap Putra dengan alis terangkat satu.

"Y-ya, boleh." Putra gelagapan sendiri, dia jadi salah tingkah. Olif tersenyum miring, ide liciknya keluar.

"Kita ngga mau aku-kamu an, Put?" Putra menoleh, Olif menatap dengan senyum licik.

"Ngga."

"Kan lo suka?"

"Ngga. Ngga suka."

"Jahat banget kamu, Ay!"

"ARGH UDAH, OLIF!"

***

Putra & YoghurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang