Olifia Utami

1 0 0
                                    

"Dia yang bocorin." Aluna, salah satu anggota HIMA menunjuk kepada seorang gadis berkuncir. "Dia yang bocorin tentang event kita."

Seisi ruangan sunyi, mata gadis itu membulat sempurna di depan jari telunjuk Aluna.

"Na, jangan asal nuduh. Ngga mungkin Olif yang bocorin, dia baru join sama kita seminggu lalu." Mahesa menurunkan tangan Aluna.

"Nyatanya emang gitu, Hes. Lo ngga percaya?" Bukan hanya Mahesa, seisi ruangan disana juga tak percaya dengan tuduhan Aluna. Olifia adalah anak yang baik, dan sangat mudah berbaur. Dia juga anak baru, tidak mungkin melanggar perjanjian.

Aluna mengeluarkan ponselnya, dan membuka rekaman suara.

Semua mahasiswa yang ada di ruangan itu terdiam sempurna. Bahkan Mahesa, ia membuka sedikit mulutnya tanda tak percaya.

"Benar, kan? Ini emang ulah dia. Gue dari awal juga udah kurang setuju ni cewe join orga. Bisanya cuma bacot malah join."

"Na." Alif menyanggah dengan cepat. "Jangan kelewatan, ini teguran keras buat lo."

Aluna kini diam.

Alif kini menatap Olifia yang diam, ia tak tertunduk, bahkan tak menyanggah. Ia... biasa saja. Tak ada ekspresi yang berarti yang Olif tunjukkan. Ia bagai menonton sebuah drama dengan dia lah pemeran utamanya. Dia yang disalahkan.

"Olif, bisa jelasin?" Tanya Alif kini, tak berniat meng-anak emas-kan Olifia meski ia adalah gebetannya. Dalam hal organisasi, Alif memiliki sifat ketua yang baik. Adil.

Olif mengangguk, "bisa, Al."

Olif kini menghadap ke arah semua anggota, bersiap mengeluarkan suara.

"Pertama, gue mau bilang sesuatu untuk Aluna. Sumpah, lo cringe banget sampe diam-diam buntutin gue sama pacar gue di parkiran dan ngerekam obrolan gue. Lo dimana waktu itu? Semak-semak? Poor you." Aluna mengernyit, sedikit panik. "Kedua, Mahesa told me that i can't tell anyone because this gonna be a surprise for all of college students. Even my boyfriend. Gue ngga pernah mengingkari janji gue."

"Ketiga, lo pikir dengan menuduh gue gini, lo bakal aman? Didn't you know, Na? Gue punya temen dari Sastra Inggris." Mata Aluna membesar. "Arif ngerekam semua yang lo omongin waktu kelas. Lo mau gue keluarin video rekamannya? How dare you said that i'm a traitor when actually you were?"

Olifia menatap Aluna murka, begitu pula dengan seisi ruangan. Menatap tak percaya dan marah pada Aluna.

"Na, kok bisa-bisanya lo nuduh Olif begitu?" Gadis bernama Poni menunjukkan raut wajah sedih.

"Iya, Na. Ternyata lo gini ya orangnya." Seseorang ikut menimpali. Alif bangun dari duduknya, membuat seisi ruangan luas itu terdiam.

"Alif, G-gue bisa jelasin..." Alif menggeleng.

"Lo bisa, tapi, karena lo udah menuduh seseorang melakukan sesuatu yang sebenernya elo dalang nya, you haven't a chance. You lost it, Na." Alif kembali menggeleng dengan raut kecewa.

"Gua yakin gua udah bilang saat rapat, kalau pembocoran info ini bukan hal yang fatal. Lo ngga bakal dikeluarin, kita tim. Tapi, ini masalah kepercayaan. Gua percaya sama lo semua, dan gua sangat menghormati orang yang jujur dan bertanggung jawab." Alif melantangkan suaranya. Ia berbicara pada seluruh mahasiswa di ruangan itu, kini kembali ke Aluna.

"Tapi, salah satu rekan kita, Aluna tidak mengindahkan dan paham akan hal itu."

"Gua sangat menyesal mengatakan ini. Aluna Kardelia, mahasiswa Jurusan Sastra Inggris, lo akan libur dari kegiatan organisasi selama satu bulan. Setelah itu, lo bebas kembali ikut kegiatan, atau tinggalin HIMA." Final Alif. Aluna masih disana menatap dengan mata berkaca-kaca, ia lalu menunduk.

Tak berapa lama ia keluar dari ruangan itu, menyisakan suasana lengang.

"Gua harap semua yang ada disini belajar sesuatu tentang hari ini, dan ngga lakuin hal yang sama. Untuk yang udah berprasangka buruk kepada Olifia, gua sarankan untuk minta maaf." Alif menatap Olifia, sang empu hanya tersenyum tipis.

Alif meninggalkan ruangan rapat itu, meninggalkan ruangan yang sudah ramai dengan pernyataan maaf kepada Olif.

Olif tersenyum, sedikit menenangkan beberapa temannya.

"Olif." Olif menatap ke samping, tempat pintu masuk berada. Senyum Olif merekah saat melihat sosok tinggi berbalut kemeja flanel hitam. "Gua udah capek nunggu diluar, jadi gua masuk."

"Enteng bener lo masuk ke sini." Mahesa sedikit terkekeh.

"Sebelum lo masuk, gua udah lebih dulu nginjakin kaki disini, Hes. Gua cuma mau jemput pacar gua." Putra menatap Olif yang mendekat, ia mengembangkan senyumnya. Gemas, Putra mengacak surai gadisnya dengan lembut.

"Duluan, Hes." Putra mengangkat tangannya, sapaan selamat tinggal. "Titip salam ke Alif."

Olif ikut melambai ke anggota yang lain, dibalas hangat dengan ikut melambaikan tangan mereka. Beberapa sedikit terpana dengan sosok Putra yang baru mereka lihat rupa nya.

Olif pulang dengan senyum yang mengembang.

***


Author's note; Halo! Ayo pencet bintang di pojok kiri bawah yaa ><

Putra & YoghurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang