Jaka terpaku dengan wajah melongo.
Meninggal?
Ia masih ada di sini, kenapa orang-orang menyatakannya begitu.
Maka, dalam sekejap saja. Berita tentang Jaka menyebar dan warung itu semakin ramai. Banyak orang-orang dengan wajah yang Jaka kenal maupun tidak ia kenal mulai berdatangan. Mereka bisik-bisik sembari menatapnya.
"Saya masih hidup, Mak. Kalau tidak saya tidak mungkin ada di sini. Mak Ita, Mak Sri, kalau tidak percaya bisa pegang tangan saya," ucapnya sembari mengulurkan tangan.
Mak Ita dan Mak Sri saling berpandangan. Keduanya saling dorong untuk menyentuh tangan Jaka. Hingga Mak Sri terbelalak saat menyentuh kulitnya yang hangat.
"Manusia Mbak Yu," tukasnya pada Mak Ita. Wanita tua itu juga ikut menyentuh.
"Akang ini memang manusia, Wak. Duit yang dikasi sama Tri juga asli, gak berubah jadi daun." Si gadis berhijab lebar itu menjelaskan.
" ... pantas maghrib tadi bertemu di jalan, memang Jaka toh .... "
" ... iya sempat takut, kirain hantu tadi .... "
" ... beneran Jaka ternyata .... "
Jaka mendengar bisik-bisik itu dengan raut bingung. Sejenak tahulah ia kenapa orang-orang berlari menghindarinya saat ia memasuki kampung tadi. Mereka mengira ia sudah tiada sama seperti Mak Ita.
Dari dalam kedai muncul seorang laki-laki berkopiah karena mendengar keributan yang terjadi.
"Ada apa ini?"
Jaka sontak tersentak melihat laki-laki itu. Guru ngajinya dahulu-Ustadz Ahmad-yang tinggal di Desa sebelah. Mungkin satu tahun lalu saat Jaka merantau, laki-laki yang rambutnya sudah memutih itu pindah ke sini.
Kalau begitu, berarti gadis hijab lebar yang melayaninya membeli tadi adalah putri bungsu Ustadz Ahmad. Gayatri.
Dahulu sembari mengajar ngaji, gadis itu sering ditimang-timang. Maka dengan takzim karena bertemu, Jaka mengulurkan tangan untuk menyalam gurunya itu.
"Assalammu'alaikum Abah, apa kabar?" tukasnya membuat Ustadz Ahmad terkejut. Laki-laki itu menatap Jaka dengan alis bertaut.
"Loh, sampeyan ini Jaka?"
"Nggeh, Abah."
Ustadz Ahmad menatap warga yang berkerumun. Tahulah dia apa yang telah terjadi hingga menimbulkan keributan seperti ini.
"Kamu sehat Jaka?" ucap Ustadz Ahmad kemudian. Bisik-bisik dari para warga terdengar kembali.
"Sehat Abah, alhamdulillah."
"Bukannya kata Gito kamu udah meninggal, Jaka!" cetus salah satu warga membuat alis Jaka bertaut. Ia menatap Ustad Ahmad bingung.
"... iya kata Gito ...."
"... udah meninggal katanya ...."
"... kecelakaan di tempat kerja ...."
"Betul Jaka, Gito bilang kamu kecelakaan di kota," ucap Mak Ita masih dengan wajah tak percaya. Ia menatap warga lain yang juga mengangguk-angguk setuju
"Saya gak pernah kecelakaan, Mak. Alhamdulillah masih sehat walafiat. Satu tahun lalu saya memang hilang komunikasi dengan Gito. Karena ponsel saya hilang saat di perantauan. Mungkin saat itu dia mengira saya hilang kabar dan sudah tiada. Bahkan satu tahun juga saya sudah tak berkomunikasi dengan Asih."
Mendengar nama Asih disebut. Makin ribut warga Desa, angin semilir berhembus membuat mereka berbisik-bisik persis dengungan lebah.
"Sekarang Gito di mana, Mak? Biar Jaka meluruskan padanya, takut salah paham."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tingkah Aneh Istriku ~ END
TerrorJaka yang baru pulang merantau merasakan ada yang aneh dengan tingkah istrinya. Begitu pendiam dan jarang tersenyum seperti Asih yang dulu. Bahkan tak jarang berperilaku tak lazim. Begitupula dengan perlakuan para warga padanya. Temannya, Gito juga...