Tok… tok… tok….
Pintu itu diketuk dengan keras. Wanita yang tengah menyanggul rambutnya itu berjalan dan membuka pintu. Begitu dilihatnya siapa yang berdiri di sana, wanita itu segara menutup pintunya kembali.
“Tunggu, Asih!“
Pintu itu tertahan, Asih membuka pintu tersebut. Sejenak ia meringis, bau alkohol yang kuat tercium dari arah Gito.
“Kenapa Kang? Saya, kan, sudah bilang jangan datang lagi. Kenapa Akang masih keukeuh?“
Gito menghela nafas, ia menatap Asih sembari mengusap wajahnya dengan kasar.
“Saya hanya berikan penawaran Asih, kali saja kamu ….“
“Saya menolak, Kang. Sudah pernah saya katakan, bukan? Mau sampai beberapa tahun pun Akang menunggu saya tak akan pernah terima cinta Akang. Saya masih cinta dengan Mas Jaka. Saya juga sudah punya anak dari dia.“
“Tapi Jaka sudah meninggal, Asih! Apa yang kamu harapkan dari orang yang sudah tidak ada? Menikahlah dengan saya, anak kamu masih kecil. Dia butuh seorang Ayah.“
“Maaf, Kang, saya gak bisa!“ ucap Asih sembari menutup pintu rumahnya. Namun Gito menahan dengan kakinya.
“Berulangkali kamu tolak saya. Padahal saya sudah baik sama kamu. Setiap kamu minta tolong saya selalu ada buat kamu!“ Gito membuka pintu dengan tangannya semakin lebar. Asih mati-matian menahan pintu tersebut.
“Lepas Kang Gito! Akang sudah gila? Lebih baik Akang pulang sekarang!“
“Memangnya apa kurang saya dibanding Jaka? Saya bahkan lebih berkecukupan dari dia!"
“Ini bukan soal harta, Kang. Lagipula sekaya apapun akang saya tetap gak bisa terima Kang Gito!“
“Kenapa, hah!?“ Gito menghentak pintu. Terbuka lebar hingga Asih tersentak. Wanita itu beringsut mundur ke belakang.
“Kenapa kamu gak pernah terima saya? Dari dulu, saya selalu menyukai kamu, Asih. Bahkan lebih dulu dari Jaka. Tapi kenapa kamu menolak saya dan menerima cinta dia!“ Gito teriak sembari mengacak-ngacak rambutnya.
“Bahkan, saya harus dengan rela melihat kamu menikah dengan sahabat saya sendiri. Orang yang saya sukai menikah dengan sahabat saya. Dan kamu! Gak pernah melirik saya sedikit pun!"
Laki-laki itu berteriak kesetanan, melemparkan beberapa barang-barang yang ada di sana hingga Asih mundur ketakutan.
“Saya gak mungkin menikah dengan orang yang tidak saya cintai, Kang.“
“Tapi kamu bisa belajar mencintai saya! Apa itu tidak bisa kamu lakukan? Tolong hargai perasaan saya, Asih!“
“Kang Gito, sadarlah! Jangan bertingkah seperti ini! Ini bukan cinta, tapi obsesi! Sadarlah Kang Gito, Akang sahabat suami Saya, Mas Jaka!“
Gito tak lagi mengindahkan kata-kata Asih. Laki-laki itu berjalan mendekatinya sembari menatap tajam. Matanya tampak kosong dan bernafsu.
Asih yang ketakutan berjalan mundur hingga punggungnya membentur pintu kamar. Ia menoleh ke belakang, secepat kilat mencoba masuk, tapi Gito berhasil menahan pintu itu kembali.
Yusuf, bayinya yang berada di atas ranjang menangis. Asih menatap, ia buru-buru mengambil bayinya tersebut tapi Gito menahan tangannya.
“Lepas, Kang!“ teriaknya meronta. “Lepas Kang Gito!“ tukas Asih lagi, tapi Gito mendorong tubuhnya hingga terhempas di atas ranjang.
Yusuf, bayi itu terus menangis tanpa henti. Gito yang sudah kesetanan membekap wajah bayi itu dengan bantal hingga suaranya tak lagi terdengar.
“Kau! Gara-gara kau Asih tak mau menerimaku.“
KAMU SEDANG MEMBACA
Tingkah Aneh Istriku ~ END
HororJaka yang baru pulang merantau merasakan ada yang aneh dengan tingkah istrinya. Begitu pendiam dan jarang tersenyum seperti Asih yang dulu. Bahkan tak jarang berperilaku tak lazim. Begitupula dengan perlakuan para warga padanya. Temannya, Gito juga...