Bab 11 : Tasbih ☆

632 45 0
                                    

"Astaghfirullah," ucap Jaka spontan kala ia memmbuka tirai pembatas ruang tamu dan dapur mendapati Asih berdiri menghadapnya dengan datar.

Tatapan Asih beranjak turun dari wajah Jaka ke arah Yusuf yang sedang ia timang.

"Asih Yusuf tidak bergerak, tubuhnya juga lebam-lebam. Mungkin dia sakit, kita harus bawa ke .... "

"Berikan pada Asih, Mas!"

Jaka menurut, memberikan Yusuf dalam gendongannya yang tampak tegang dan kaku seperti mayat hidup pada Asih. Ia cemas dan juga khawatir, takut terjadi apa-apa pada anaknya itu.

"Asih, kita harus bawa Yusuf ke Puskesmas."

Asih tak memggubris, ia membelakangi Jaka membuat dahi laki-laki itu berkerut bingung.

"Asih apa yang kau lakukan kita harus cepat kalau tidak .... "

Oee ... oee ....

Jaka tertegun, tangisan bayinya terdengar nyaring di telinga. Perlahan Asih berbalik padanya, menyerahkan Yusuf ke gendongan Jaka kembali.

Ia menatap bayi yang kini menggeliat di gendongannya. Ini aneh, padahal tadi ia lihat ada lebam-lebam di tubuh sang anak, lantas kenapa ... semuanya menghilang seolah tak berbekas.

"Tidak perlu di bawa ke puskesmas. Yusuf memang terkadang seperti itu."

"Tapi kita perlu periksa juga dik, bagaimana kalau ada apa-apa?"

"Mas tidak dengar perkataan Asih? Yusuf baik-baik saja!" sengit Asih berucap, berjalan melewatinya.

Jaka hanya bisa terpaku di tempat sembari menatap sang anak yang kini sudah terlelap lagi.

***

Sudah beberapa hari ini Ustadz Ahmad tak melihat Jaka keluar dari rumah. Bertanya pada Gayatri, sang putri juga tak melihat Jaka pergi ke warungnya.

Para warga juga mengaku tak pernah melihat Jaka beberapa hari ini. Laki-laki itu tak keluar dari rumah hingga membuat Ustadz Ahmad merasa cemas.

Sejak insiden di danau beberapa hari lalu, Jaka memang tak nampak batang hidungnya sekalipun.

"Saya khawatir Pak Ustad," ucap Tono kala mereka duduk-duduk di surau setelah menunaikan shalat ashar. "Dulu, Jaka itu rajin ke masjid bahkan tak pernah ketinggalan shalat di saf pertama."

Ustad Ahamd berdehem. Ia juga punya kekhawatiran yang sama seperti Tono. Ia juga tahu kalau Jaka dulu sangat menjaga sholatnya di masjid. Tapi beberapa hari ini tak pernah ia lihat datang ke surau

"Bagaimana kalau dia sudah dicelakai Asih Pak Ustadz. Secara dia selalu bilang kalau dia tinggal bersama Asih tapi kita gak pernah lihat Asih benar-benar ada."

"Hush!" Tono memperingatkan Udin. Lelaki tiga puluh tahunan itu menutup mulutnya dengan rapat.

"Saya juga khawatir takut terjadi apa-apa padanya." Ustad Ahmad buka suara kemudian.

Kedua orang itu mengangguk-angguk. Masing-masing diam dengan pikiran masing-masing.

"Bagaimana kalau kalian datang ke rumahnya!"

"Kami Pak Ustad?"

"Iya, siapa lagi? Mau, kan? Hitung-hitung pahala. Bawa dia untuk shalat di sini. Kita tidak tahu apa yang terjadi di sana saat ini padanya. Setidaknya untuk melihat keadaannya saat ini."

Udin dan Tono saling pandang, keduanya menyiratkan ketakutan. Namun satu sisi juga kahawatir pada salah satu warga Desa Bagan Batu itu.

Hanya beberapa saat setelahnya kedua lelaki itu saling mengangguk. Membuat Ustadz Ahmad bernafas lega. Ia mengeluarkan sebuah tasbih dari kantungnya.

Tingkah Aneh Istriku ~ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang