bagian tak berjudul

278 32 12
                                    

Jangan lupa vote komen ya
Bismillah dulu
Kalah ada typo tandai

*
*
*

Sore di hari minggu ini ila tengah duduk bersandar pada kursi yang berada di depan kamarnya.  Ia menatap jalan yang bisa dikatakan ramai tapi tidak terlalu ramai.

Dapat dilihat jalanan cukup lenggang kali ini,  ila menarik nafas lalu mengembuskan secara kasar.

"kenapa ya,  oma gak pernah suka sama mama.  Dan selalu nyuruh papa cerai dari mama"

"oma juga selalu banding-bandingin aku sama dita. Selalu banggain dita sedangkan aku selalu di caci sama oma.  Padahal kan kita sama-sama cicitnya,  tapi perlakuan oma ke aku seakan-akan aku bukan keluarganya"

Pikiran ila terus malayang,  kata-kata sarkas dari omanya terlintas dan berputar di otaknya.

"alah leora bisa apa sih, udahlah arga ceraikan saja istri kamu"

"ini juga. Udah gede bukannya mandiri malah makin manja sama arga. Coba liat dita. Dia mandiri punya banyak prestasi. Gak kayak ila yang kerjaannya pacaran terus"

"kamu leora bisa gak si negdidik anak.  Atau cuma bisa buatnya aja"

Jika difikir-fikir leora dan ila tidak pernah berbuat salah kepada omanya.  Tapi entah mengapa oma seperti memiliki dendam kesumat dengannya dan mamanya.

Ila selalu berusaha mengambil hati omanya namun yang di dapat bukanlah pujian tapi cacian dan kata-kata pedas yang selalu ila dan leora dapatkan

Ceklek

Ila menoleh mendapati sang mama yang masuk dengan membawakan segelas susu rasa coklat, leora meletakkan nampan yang berisi susu diatas meja yang terdapat di sebelah ila

Leora menarik kursi dan mulai menduduki nya,  menatap sang anak yang terlihat murung sejak kepulangannya dari rumah sang mertua. 

Mama bara mengadakan makan malam bersama keluarga besarnya. Sebenarnya leora sudah menolak dengan alasan sakit perut tapi arga memaksa karna merasa tidak enak dengan keluarganya yang lain. Jadi terpaksa mereka harus pergi juga.

Dan ya hasilnya sama seperti sebelum-sebelumnya cacian dan makian yang didapatkan setiap kali ada acara keluarga

Sebenarnya leora lelah dengan sikap keluarga arga yang tidak menghargai dan menerimanya. Di keluarga arga hanya mama dan papa mertuanha yang menerimanya dengan baik dan menyelamatkannya dari pedihnya kisah rumah tangga orang tuanya dulu.

"kenapa sedih sayang? Mikirin omongan oma ya?" tanya leora lenbut.  Ia mengusap tangan kecil nan lembut anak semata wayangnya

"sebenernya sih gamau mikirin ma.  Cuma sialnya kepikiran hehe" ila tertawa garing di akhir kalimatnya.  Yang leora tahu bahwa sebenarnya ila sedih dengan kenyataan bahwa keluarga dari papanya banyak yang membenci

"gak papa.  Karena salah satu fungsi otak itu buat menyimpan memori. Untuk mengingat baik buruknya sikap orang lain.  Menyimpan kenangan indah dan juga buruk yang terjadi dalam kehidupan yang kita jalani."

"tapi ila.  Jangan terlalu dipikirkan. Kalo orang lain gasuka sama kita kita gabisa maksa. Biarin berjalan dengan apa adanya.  Toh kita udah berusaha untuk menjadi baik terhadap orang yang jahat. Yang terpenting kita gak berbuat seperti mereka" ucap leora.  Ia memandang langit yang sedikit gelap itu

"hmm.  Mama betul,  tapi bukannya dalam satu keluarga harus memiliki hubungan yang baik. Agar bisa dikatakan harmonis?"  ila ikut memandang langit malam

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArrayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang