Beberapa tahun kemudian...
Di sebuah gedung tua jauh dari penduduk kota terlihat seorang pria muda tengah duduk dengan tenang di hadapan pria paruh baya yang tidak sadarkan diri dengan tubuh terikat kawat berduri.
Dengan santainya dia menyalakan satu batang roko menghisap menikmati asap yang keluar dari mulut serta hidung nya sambil memejamkan mata menunggu pria tua itu tersadar dari tidurnya.
Tidak perlu waktu lama pria paruh baya itu pun tersadar dengan tubuh yang terikat kawat berduri tajam di bagian tubuhnya, cukup terkejut setelah apa yang di alaminya saat ini dan matanya melebar saat mengetahui orang yang sudah menculiknya adalah jeongyeon, bukanya anak itu sudah mati pikirnya?"
"Apa kau terkejut melihatku ada disini?" Bagaikan seorang cenayang jeongyeon bisa menebak pria paruh baya itu sudah tersadar dan berucap masih dengan memejamkan matanya.
"K kau apa yang kau lakukan! lepaskan aku!" teriaknya.
"Hah apa kau memintaku melepaskan mu? cih dasar tidak tahu diri" jeongyeon mematikan rokok dengan cara mengijaknya sampai hancur lalu dia menatap tajam orang itu.
"Apa yang kau mau! aku bisa memberikan semua hartaku" ucap pria paruh baya itu ketakutan.
"Aku sudah cukup lebih kaya darimu jika boleh apakah aku bisa menawar?" Jeongyeon berdiri dari duduknya berjalan mengitari pria paruh baya yang terduduk di kursi kayu tersebut.
'A apa yang kau mau?" Jeongyeon menyeringai dia menyiapkan sebuah camera dan manaruhnya tepat di hadapan pria paruh baya itu.
"Aku mau kau berkata jujur di sini dan setelah itu kau akan bebas bagaimana?" Tawar jeongyeon.
Pria paruh baya itu mengeleng kan kepalanya dengan cepat menolak tawaran yang jeongyeon berikan untuk dirinya.
"Aku tidak akan pernah melakukan nya sampai kapan pun!" tolaknya.
"Begitukah..Sayang sekali padahal aku sudah berbaik hati untuk memberikan kesempatan hidup untukmu pak tua" jeongyeon kembali duduk di hadapan pria paruh baya yang di landa ketakutakan.
"Tolong kasihani lah, aku tidak mau mati aku masih ingin hidup yoo jeongyeon-ssi" mohonya sambil terisak.
"Setelah apa yang kau lakukan!!, Dasar cengeng mana wajah seram yang dulu kau berikan padaku saat itu dimana ke angkuhan dan tatapan mematikan milikmu itu hah DIMANA!" Bentak jeongyeon dengan suara kerasnya.
"Aku kan sudah menawarkan jika kau tidak mau bekata jujur dalam video ini nyawamu lah yang akan menjadi taruhanya" lanjut jeongyeon.
Pria paruh baya itu meneguk ludahnya kasar dia bingung pilih yang mana sebab dia sudah berjanji kepada semua rekannya jika apapun yang terjadi di antara mereka tidak akan pernah membocorkan rahasia yang telah di tutupi selama bertahun-tahun.
"Tunggu dulu bukanya kau mempunyai dua orang anak dan dua duanya itu adalah seorang perempuan?"
Jeder bagaikan tersambar petir mendengar nama anak nya di sebut, tubuhnya pun lemas seketika dia menangis sejadinya-jadinya bagaimana bisa jeongyeon tahu jika dirinya mempunyai dua orang anak perempuan yang selama ini dia tutupi dari semua orang untuk berjaga-jaga agar para penjahat atau musuhnya tidak bisa mengetahui dimana keberadaan anak perempuanya tersebut.
"Kenapa kau menangis seperti itu?tidak ada orang lain yang bisa menolongmu saat ini tuan, Ah aku tahu hmm...apakah aku harus membawa kedua anakmu kesini untuk menemanimu?" Tawar jeongyeon menyeringai menatap puas wajah ketakutan seorang pria tua di hadapanya.
"Kumohon jangan sentuh anak-anaku mereka tidak bersalah" dengan wajah di penuhi luka lebam pria paruh baya itu terus memohon ampun.
"Benarkah itu? Lantas kenapa kau membunuh keluargaku brengsek!"