Jaemin : Pertemuan

240 31 3
                                    


Irene menghela nafas panjang lalu melirik Jaemin yang sedang berjalan mengikuti langkahnya memasuki sebuah tempat. Ia berhasil membawa kabur anak itu diam-diam saat Tiffany sedang berada di kamarnya. Wanita itu sudah mulai menatap curiga padanya sehingga pergerakan Jaemin akhir-akhir ini sering diawasi hingga menyewa beberapa penjaga yang sudah beberapa kali menolak kedatangannya ke rumah Jaemin.

"Bibi? di mana orang yang ingin bertemu denganku?" Tanya Jaemin begitu mereka sampai di tempat yang sudah Irene pesan. Sambil memperlihatkan seulas senyuman tipis, ia meraih kedua tangan Jaemin dan mengelusnya.

"Nana, maaf jika bibi mencuri kamu seperti ini tetapi, ada hal yang sangat penting untuk kamu ketahui dan itu tidak bisa ditunda lagi" kalimat itu langsung menimbulkan reaksi tak biasa dari keponakannya itu.

Jaemin terlihat sangat penasaran, gugup serta gelisah. Irene langsung mengeluarkan sebuah amplop besar yang berisikan sebuah dokumen yang tidak bisa ditebak oleh Jaemin apa isinya. Dengan rasa ingin tahunya yang semakin membesar, Jaemin dengan tergesa-gesa membukanya.

Dua detik kemudian, Jaemin terlihat shock dan terdiam seperti tengah memikirkan sesuatu. "kau ingin tahu banyak hal bukan?" tentunya hal tersebut spontan dianggukinya. "Beritahu aku semuanya bibi"

Dari arah belakang Jaemin muncul dua sosok yang sedari tadi ia nantikan kedatangannya. Mereka berdua adalah Taeyong dan Jeni, orang yang ingin bertemu dengan Jaemin.

Irene langsung tersenyum menatap kedatangan kedua orang tua kandung dari Jaemin. Ia kemudian meminta keponakannya itu untuk menanyakan langsung kepada mereka. Jaemin langsung termangu sesaat setelah bibinya memperkenalkan kedua orang tersebut sebagai orang tua kandungnya. Mereka yang beberapa waktu akhir ini Jaemin cari keberadaannya.

"Kurasa tugasku untuk saat ini telah selesai. Na, bibi tinggal dulu ya. Kau tak perlu mengkhawatirkan ibumu. Saat ini, ada yang lebih berhak untuk menjaga dan melindungimu" Irene pun pamit berlalu meninggalkan Taeyong dan Jeni yang tengah berbahagia. 

Keduanya tak bisa lagi menyembunyikan raut wajah bahagia, bersyukur karena telah dipertemukan kembali dengan putra mereka yang hilang dan dicari selama ini.

Jaemin tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Dirinya spontan berdiri mendekat ke arah Taeyong yang kini melebarkan kedua tangannya hendak memeluk kembaran dari Jeno tersebut. Tangis haru pun pecah, apalagi saat Jeni dapat merasakan sentuhan lembut dari putra yang tak pernah bisa ia besarkan dari kecil itu.

"Ini bunda sayang. Ini bunda" sebut Jeni dengan suara paraunya. Jaemin yang tak bisa menahan perasaan haru dan bahagia yang sama pun ikut menumpahkan air matanya di pelukan ibunya yang sesungguhnya.

Moment tersebut berlangsung beberapa menit sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk berbincang, bertanya tentang kehidupan Jaemin selama ini bersama Tiffany.

"Jaemin, mau kan tinggal bersama bunda dan ayah? Jeno pasti sangat tidak sabar untuk bertemu denganmu" ucap Taeyong berusaha meyakinkan Jaemin yang terlihat tidak bisa meninggalkan Tiffany untuk tinggal bersama mereka. Jaemin tak tega untuk meninggalkan wanita yang selama ini telah berjasa merawat serta membesarkannya, ditambah sekarang jika ia pergi maka Tiffany akan benar-benar kesepian.

Jeni sudah merasa tidak tenang. Ia menolak dengan keras saat Jaemin mengatakan akan meminta izin untuk tinggal bersama mereka.

Jaemin sebenarnya sangat ingin tinggal bersama keluarga kandungnya, namun rasa iba yang ia miliki lebih besar dan juga ibunya tak memiliki orang lain selain dirinya. Dia berpikir untuk membiasakan diri terlebih dahulu sebelum benar-benar akan tinggal dengan mereka.

Anehnya, mereka sama sekali tak mengizinkan Jaemin untuk pulang atau menghubungi ibunya lewat telepon walau hanya untuk memberi kabar. Akhirnya, Taeyong langsung membawa Jaemin pulang ke rumahnya dan tak mengizinkan Jaemin untuk memiliki ponsel untuk sementara waktu. Karena tak bisa membantah lagi dengan alasan apapun, Jaemin langsung menurut dan mengikuti saran dari Ibu kandungnya untuk ikut.

Story of Life [Nomin Brothership/family]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang