1

3.6K 231 19
                                    

Jimin meneguk saliva nya beberapa kali, mencoba menenangkan segala rasa gelisah dalam hati nya, sambil sesekali mengelus perut buncit nya, mencoba meyakinkan dirinya sekali lagi untuk tetap bertahan meski mental nya sedang di serang beribu-ribu mulut kotor yang hanya mem pojokan dirinya dan bayi yang ada dalam perut nya

Jimin berusaha menutup telinga, mengabaikan kenyataan, kenyataan bahwa dia sedang hamil, kenyataan bahwa orang yang menghamili nya pergi entah kemana bersama seribu janji tanggung jawab, kenyataan dimana dia terus di hakimi tanpa ada satu orang pun yang mau berada di sisiNya

Jimin berusaha kuat untuk setiap detik bahkan setiap hembusan nafas nya, bagaimana bisa orang orang terus menghakimi nya padahal dia adalah korban? Bagaimana bisa orang menjelekkan dirinya padahal dirinya lah yang seharusnya di lindungi, kenapa selalu korban yang salah

Jimin sudah menutup tubunya, sudah memakai pakaian yang pantas, bahkan sudah bersikap baik tapi itu adalah musibah yang tidak bisa Jimin hindari, bahkan jika Jimin bisa mengulang waktu, rasanya Jimin tidak akan sebodoh itu pada waktu itu

Jimin sudah lelah menangisi takdir nya, dan sudah mulai bosan menyemangati dirinya untuk tetap kuat, tapi selalu saja tembok pertahanan itu mulai terkikis perlahan

Jangankan orang lain, orang tua nya pun sudah tidak perduli lagi dengannya, bahkan untuk menghidupi dirinya Jimin mati-matian menghemat uang pensiunan kakek nya, yang kebetulan di titipkan pada Jimin

"Lihatlah orang itu, apa dia tidak malu masuk ke kelas dengan ke adaan menyedihkan seperti itu? " Bisik orang ketika Jimin memasuki kelas

"Ku dengar laki laki yang menghamili nya pergi begitu saja, kasihan sekali dia, jika aku jadi dia aku pasti sudah bunuh diri" Sahut yang lain

"Yahh aku pun begitu, aku pasti sudah berhenti kuliah dan akan memilih mati, daripada malu se umur hidup"

"Ku dengar dari beberapa orang yang menghamili nya adalah pacarnya sendiri tapi saat di tanya polisi dia diam saja, bahkan oran tuanya juga sangat marah padanya"

"Harusnya dia mati saja, orang seperti dia mempermalukan negara kita saja"








































Jimin menghembuskan nafas panjang, mereka pikir mereka siapa, mereka hanya mengetahui seberapa kuat Jimin berusaha melangkah tanpa tahu rasa sakit apa yang Jimin alami hari demi hari

Kata siapa Jimin tidak prustasi, kata siapa Jimin tidak ingin mengakhiri hidupnya, Jimin sudah mencoba hal itu saat pertama kali Jimin tahu dia hamil, namun semua gagal, Tuhan masih ingin melihat Jimin berjuang lebih keras

Jimin sudah mulai lelah dan ingin tetap memejam kan matanya berharap hari esok tidak datang, tapi tetap saja semua nya terasa mustahil, kenapa? Karena hari ini Jimin masih bisa melangkah ke realita yang menghantam keras tubuh mungil nya

Andai saja ada satu orang yang bisa mengerti Jimin, satu saja... Jimin akan sangat bersyukur

.
.
.
.
.
.
.



























Jimin menyusuri rak rak minimarket mencari bahan untuk iya masak seminggu kedepan, dengan uang sedikit dan harapan akan memenuhi gizi bayi yang ada dalam perut nya

"Sabar ya sayang, kamu pasti sudah lapar, aku akan carikan makanan yang enak untukmu" Jimin mengelus pelan perut nya

Mata Jimin berkaca kaca saat melihat bayangan tubuhnya dari pintu kaca minimarket, begitu terlihat menyedihkan dirinya, tubuh kecil yang semakin kurus itu begitu menggambarkan betapa depresi nya Jimin 5 bulan terakhir ini, Jimin tidak mengerti mengapa semua hal yang dia perjuangan kan hilang dalam sekejap

PREGNANT || KMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang