8

1K 126 11
                                    

Guys mau tanya, kalian pernah gak sih di posisi lagi kesel, sedih, cape terus butuh orang buat dengerin kalian, dengerin aja gk usah kasih saran

Ehhh dia malah adu nasib sama kalian :) ngeselin banget kan



.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.




Jimin menatap nampan yang masih berisi sup panas dan segelas susu, dia sangat tidak nafsu makan, jangankan makan untuk membuka mata saja rasanya Jimin sudah tidak nafsu

Jimin ingin sekali tidur panjang, sangat panjang hingga saat dia membuka mata semua sudah berubah dan kembali normal, dia ingin lari dari kenyataan bahwa hidup nya sangat tidak berguna, atau mungkin Jimin berharap kalau hidup pahit nya ini hanya bagian dari mimpi buruk nya, jadi setelah dia membuka mata lagi, bayangan kelam nya hidup ini hilang

Jimin bahkan rela mempertaruhkan sebagian umur nya untuk kembali ke masa lalu, memperbaiki ke adaan sehingga dia tidak berada di tempat yang begitu menyedihkan seperti ini

Tidak ada seseorang yang benar-benar tulus di muka bumi ini, semua mencari ke untungan masing-masing, hanya yang terkuat yang bisa bertahan, hanya yang bertahta yang mampu menjalani hidup

Kebahagiaan memang tidak bisa di beli, tapi bentuk kebahagiaan sebagian besar berasal dari uang, bahkan kasus perceraian saja berasal dari ekonomi, perselingkuhan pun berasal dari perekonomian, yahhh asal kau banyak punya kau bisa memilih sesuka hati mu

Bahkan hidup seseorang pun bisa di beli dengan uang, kenapa? Kau tidak percaya? Lihatlah aku! Aku dan bayi ku hampir di beli oleh orang yang tak bertanggungjawab atas apa yang sudah dia lakukan padaku, dia berharap segepak uang yang dia lempar ke depan ku bisa mengembalikan keadaan, padahal itu hanya lah sebuah jalan sempit agar dia tidak bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan

Jimin meringis kecil, matanya kembali berkaca-kaca, Tuhan mana yang harus dia percaya saat ini, bahkan untuk menolong nya saja Tuhan yang selama ini Jimin ladeni tak pernah melirik nya, bullshit dengan kata-kata "semakin besar cobaan semakin banyak kebaikan", kalau itu ada kenapa sampai sekarang dia tidak memberikan kebahagian untuk nya

Di sakiti ribuan kali, di patahkan oleh keadaan, di paksa melakukan tanpa bisa protes, apa itu yang di sebut sabar? Cuihhh tak sedikit pun orang bisa memahami nya, dia sudah kehilangan banyak hal dan orang terus menggonggong yang tidak tidak "sabar" Apa itu cukup? Hanya dengan sabar? Dia sudah berusaha keras tapi dia pasti kembali ke posisi awal, dia sudah melakukan sendiri tanpa bergantung pada siapapun tapi kenyataan nya usaha dia masih kurang dan terus kurang

Masyarakat kurang ajar ini hanya bisa menghakimi tanpa peduli seberapa keras yang sudah dia lewati



"Ini bukan cerita novel yang ku tulis dan bisa ku tentukan akhir nya, kalau tidak aku sendiri yang melakukan nya orang tidak akan membantu, sedikit pun tidak pernah membantu, hanya memberikan luka" Lirih Jimin

Air mata keluar dari sudut mata Jimin, dia tak mampu menahan ribuan cairan bening itu lagi, tembok pertahan nya sudah pecah, dia tidak punya tempat untuk mengadu lagi

"Kenapa lidah nya sangat kasar, kenapa ucapan nya begitu menyakitkan, padahal dia mengatakan semua nya secara jelas tapi di telinga ku begitu menyakitkan, aku terlalu sering memaafkan seseorang sampai aku lupa cara memaafkan diriku sendiri"


Lirihan demi lirihan keluar dari mulut Jimin, bahkan seorang psikolog pun akan kewalahan dengan pemikiran Jimin

"Kasar sekali"








Jimin harus pergi kemana lagi? Dia sudah tidak punya rumah untuk berteduh atau mengeluarkan seluruh emosi yang terpendam lama di dalam hati nya

"Cukup! Aku sudah muak"


Jimin melempar nampan yang ada di depan nya, berjalan gontai mengambil tas lalu berjalan keluar rumah dengan tatapan kosong

Wajah nya begitu pucat, tubuh nya yang lemah itu tetap di paksa berjalan ke pinggir jalan

"Aku tidak menyerah tapi aku ingin istirahat sebentar tanpa ada seseorang di samping ku" Lirih Jimin





















.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.






Jimin menatap kosong guci berisi abu kakek nya, tepat di sebelah guci itu terdapat poto sang kakek yang tengah tersenyum lebar bersamanya, Jimin hanya menghela napas pendek lalu meletakan setangkai mawar

"Jahat sekali, kau meninggalkan ku tanpa ucapan perpisahan, dan beginilah jadi nya aku, aku yang begitu bodoh ini selalu percaya orang, hingga aku jatuh sekarat seperti ini"


Hening sesaat, tak ada suara apa apa, hanya hembusan angin yang menerpa surai Jimin, Jimin memejamkan mata nya lalu membuka perlahan

"Kalau aku boleh nekat, izinkan aku pergi sejauh mungkin untuk sementara, dan aku ingin benar benar istirahat dari semua orang"

Sekali lagi Jimin menghela nafas

"Tenang aku tidak akan menyusul mu, karena aku sedang bersama bayi ini, tak akan ku biarkan dia juga ikut menderita, tapi... Mungkin hidup nya akan sedikit sulit"


Yahhh Jimin sudah mengumpulkan uang dari pensiun kakek nya dan sudah ia masukan kedalam tabungan untuk Jaga-jaga jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, dan benar saja

"Kurasa uang ini cukup untuk menyewa apartemen di ujung kota, sampai aku melahirkan dan mendapatkan pekerjaan, uang ini juga cukup seperti nya untuk memenuhi kebutuhan bayi" Jimin tersenyum kecil

"Jadi kau jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku, aku sudah tumbuh menja_____"







"Jimin" Suara halus seketika membuat tubuh Jimin menegang

Dia kenal suara ini

Suara yang sudah lama tidak dia dengar

Suara yang tidak ingin Jimin dengar lagi

"Kau kah itu Jimin? " Suara itu mulai mendekat

Jimin membalikan badan nya perlahan dan melihat siapa yang sedang berada di dekat nya

Orang itu langsung memeluk Jimin sagat erat, air mata mulai membasahi bahu Jimin, Jimin yang bingung bercampur kaget hanya bisa pasrah dan bahkan tidak mampu membalas pelukan itu

"Ahhhhh eomma mencarimu kemana-mana Jim, pulanglah, eomma sangat merindukan mu" Suara itu masuk kedalam pendengaran Jimin sangat jelas


Jimin mendorong halus orang yang di depan nya, mata Jimin menatap dari atas sampai bawah lalu menggeleng perlahan

"Maaf aku tidak mengenal mu, aku harus pergi, kau salah orang"


Jimin melesat pergi sebelum air mata keluar dan terlihat oleh orang di depan nya

"Maafkan eomma Jim, maafkan eomma yang tidak bisa membantu mu saat itu, pulanglah, eomma dan appa sangat merindukan mu" Suara setengah berteriak itu menghentikan langkah Jimin

"Kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang kalian mencariku, kenapa di saat aku membutuhkan kalian, kalian tidak ada, apa kalian pikir ucapan kalian saat itu membuat ku baik baik saja" Balas Jimin

"Maafkan eomma Jim, kembalilah"

"Tidak masalah, aku tidak butuh, aku bisa sendiri, ahhh ia aku lupa, jangan berteriak di pemakaman, itu sangat tidak sopan, iyakan nyonya park" Sahut Jimin lalu berjalan menjauh














"Tidak! Eomma tidak mau kehilangan kau lagi" Tubuh mungil itu menghalangi langkah Jimin





.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc

PREGNANT || KMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang