"adek lo dimana? Gw kangen nih"
"Dih sape lo kangen sama adek gw"
"Gw? Abang barunya" Miko tersenyum tengil pada Barra yang memandang jengkel.
"Panggilin gih Bar"
"Jangan di ganggu elah, lagi tidur siang kalo jam segini"
Hari ini memang sekolah mereka pulang lebih awal dikarenakan semua gurunya sedang ada kegiatan. Oleh karena itu, kini mereka bertiga berkumpul di rumah Barra.
Bertiga?
Ya, Barra, Miko dan Dery tentunya. Tiga sekawan itu memang selalu bersama."Padahal gw lagi pengen main sama si dedek"
"Nanti aja kalo udah bangun"
"Iya iya. Punya cemilan kaga lo?" Tanya Miko pada Barra yang duduk di sampingnya.
"Ada, ambil aja di dapur. Anggep rumah sendiri"
"Ya udah kalo gitu gw minta sertifikat rumah dong"
"Ngelunjak anjing" Barra melempar bantal sofa pada Miko tepat di wajahnya.
"Ya lo bilang anggep rumah sendiri"
"Ga gitu cok"
****
Diana mematut dirinya di depan cermin full body. Dengan dress selutut dan hells, ia nampak cantik juga polesan make up tipis di wajahnya.Wanita dua anak itu punya janji dengan teman-temannya untuk berkumpul. Sekedar nongkrong syantik seperti anak muda zaman sekarang.
Setelah merasa penampilannya sudah pas, Diana keluar dari kamarnya.
Sebelum pergi ia masuk ke kamar Bian guna mengecek anak bungsunya itu. Dan ternyata Bian masih tertidur pulas.
Memeng selama hampir dua mingguan setelah keluar dari rumah sakit Bian belum kembali ke sekolah.
Diana dan Rangga masih khawatir untuk melepas Bian kembali sekolah apalagi dengan karakter yang baru.
"Mama pergi dulu ya" kecupan manis di daratkan pada kening Bian sebelum Diana keluar dari kamar bernuansa luar angkasa itu.
Diana menuruni tangga dengan anggun. Ia tau jika hari ini si sulung, Barra pulang lebih awal jadi ia berencana menitipkan si bungsu pada Barra saja. Lagian Bian sedang pulas pulasnya tertidur. Harusnya tidak masalah.
"Wahh Tante udah cantik banget, mau kemana tan" Miko yang pertama kali menyadari keadaan Diana langsung menyapa.
"Haha Miko bisa aja. Tante ada urusan sebentar keluar" Diana terkekeh mendengar godaan dari teman anaknya itu.
"Kalian kalau butuh apa-apa bilang sama bibi aja ya. Cemilannya ada banyak di dapur ambil aja"
"Wahh kalo itu sih siap Tante"
"Iya tan nanti kita ambil sendiri kok" ujar Dery.
"Oh iya bang, nitip adek ya. Lagi bobok di atas."
"Iya mah, Barra jagain. Mama hati-hati"
"Iya, kalo gitu mama berangkat"
"Hati-hati tantee"
Sesaat setelah Diana berangkat, ketiga pemuda itu langsung bermain sesuka hati. Hingga ruang tamu yang awalnya bersih itu sudah seperti kapal pecah dengan sampah Snack berserakan.
Duarr
Ketiga pemuda itu terdiam seketika saat mendengar gemuruh petir di luar rumah.
Rintik hujan mulai turun dengan derasnya membasahi bumi. Udara menjadi sejuk seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind It (Revisi)
Short StoryFABIANO, bocah 10 tahun yang sudah memasuki jenjang pendidikan menengah pertama. Ya memang umurnya masih tergolong kecil untuk seukuran bocah SMP. Ia terlalu cepat mendaftar sekolah yang membuatnya menjadi yang terkecil di antara teman-temannya. Jug...