SPESIAL CHAPTER

3.6K 271 11
                                    

"sayang ayo bobok siang" ajak Diana yang baru kembali dari dapur dengan sebotol susu di tangan kanannya.

Bian yang awalnya fokus menonton televisi langsung mengalihkan pandangannya pada Diana yang sudah duduk di sampingnya.

"Nanti aja mah Bian masih mau nonton" Bian memeluk boneka paus yang sudah beralih fungsi menjadi guling. Posisinya Bian goleran di karpet

"Tuh liat udah jam berapa? Adek udah nonton dari tadi loh"

Bian hanya menggeleng brutal, enggan untuk di ajak tidur siang.

"Ya udah Mimi aja" Diana memberikan botol dot Dino pada Bian yang langsung di terima dengan senang hati.

Dengan semangat Bian mengenyot benda silikon itu agar mengeluarkan cairan putih yang tersimpan dalam botol.

Beberapa saat kemudian mata bocah gembul itu sudah mulai sayu. Diana langsung saja menepuk pelan pantan Bian agar cepat tertidur.

Tak lama Bian sudah tertidur dengan pulas. Memang Bian paling gampang tidur kalau sudah meminum susu dari botol dot kesayangannya.

Diana bangkit dari duduknya untuk mengambil bantal dan selimut kecil dari kamar untuk Bian agar tidurnya tak terganggu. Setelahnya Diana beralih untuk mengganti channel tv untuk menonton hot issue. Sesekali ibu dua anak itu menepuk-nepuk paha Bian saat anak itu merengek atau terganggu agar kembali tidur.

Jam empat sore barra baru saja pulang dari sekolah. Setelah membersihkan diri tiba-tiba dirinya didatangi makhluk menggemaskan yang mengajaknya jalan-jalan ke taman bermain.

Dengan senang hati barra menyetujui ajakan dari makhluk menggemaskan itu. Tak jauh hanya taman komplek yang masih bisa di jangkau dengan berjalan kaki.

"Hati-hati ya mainnya Abang tunggu di sini" pesan barra pada sang adik yang ingin bermain wahana di taman ini. Sore ini cukup ramai dengan anak-anak jadi mungkin Bian bisa mendapatkan teman baru dan Barra hanya mengawasi dari bangku taman.

"Siap Abang"

Bian sangat senang mencoba berbagai permainan di taman komplek ini. Merasa capek Bian ingin kembali ke tempat abangnya menunggu namun tepukan dari bahunya membuatnya menoleh.

"Wahhh kita ketemu lagi nih" ujar orang yang menepuk bahu Bian dengan tertawa.

Bian mengernyit heran menatap dua laki-laki yang lebih besar darinya.

"Siapa ya?"

"Wahh setelah menjadi orang paling merasa di bully terus pindah sekolah langsung jadi amnesia" lagi, orang itu tertawa terbahak dengan orang yang satunya lagi.

"Lo-"

"Bian" ketiga orang itu menoleh pada sumber suara.

Barra memanggil Bian untuk diajaknya pulang karena hari sudah terlalu sore.

"Heee sekarang jadi anak manja ya. Apa-apa sama Abang"

Bian tak memperdulikan itu. Ia memilih untuk menghampiri abangnya yang sudah memanggilnya.

Jangan berkata Bian tidak sopan. Karena itu ajaran dari Diana dan Rangga agar tidak berbicara sembarang kepada orang tidak dikenal.

Setibanya di depan Barra Bian tersenyum lebar merasa senang.

"Senang?" Tanya barra yang di jawab dengan anggukan antusias dan senyum lebar dari Bian.

Sedetik kemudian senyuman manis itu tiba-tiba berubah menjadi ringisan dan raut wajah kesakitan.

"Bian, hey dek kenapa?" Tanya barra khawatir. Apalagi cengkraman Bian pada lengan bajunya yang kuat membuat barra semakin khawatir.

"A-abang sakit kepalanya" Bian meringis masih dengan mencengkram lengan baju Barra.

"Kita pulang" final barra langsung menggendong Bian untuk di ajak pulang. Ia terlampau khawatir dengan kondisi adiknya.

"Rafka"

"Riga"

Behind It (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang