AFISKA DANIEL FABIANO 12

3.3K 338 7
                                    

"oke Abang percaya"

Meskipun barra berucap seperti itu di depan Bian, tidak membuat perasaan barra membaik. Justru ia semakin kepikiran dengan pertanyaan Bian.

Pasti ada apa-apa.

Bukannya sok tau atau bagaimana namun firasat Barra mengatakan jika ada sesuatu yang terjadi pad adiknya. Oh ayolah ia sungguh khawatir adiknya di tindas. Adiknya itu benar-benar polos. Istilahnya masih murni lah.

"Abang ambilin itu"

Suara Bian sukses membuyarkan pikiran barra yang kini sedang kemana-mana.

Saat ini keduanya sedang di pusat perbelanjaan sesuai permintaan Bian. Tentu saja yang membayar Barra, uang hasil dari meminta pada mama dan papanya. Doble

"Udah?" Tanya barra yang di angguki Bian.

"Abis ini kina ke rumah nya kak Miko ya" Bian mengangguk antusias. Sudah lama juga rasanya ia tidak bertemu dengan teman-teman abangnya itu.

****

Sebenarnya maksud barra ke rumah Miko itu untuk meminta saran tentang yang di ceritakan oleh Bian. Yang bahkan belum di ketahui benar atau tidaknya.

"Itu sih bisa jadi bar, sekarang tuh bocah bocah SMP pada brutal kalo ngebully"

"Nah kann makanya sekarang gw jadi kepikiran"

"Terus lo bakal gimana?"

"Adanya gw kesini tuh mau minta saran"

Miko menoleh ke samping menatap orang yang sedari tadi diam. Siapa lagi jika bukan Dery "menurut lo gimana?"

"Selidiki dulu"

"Nyelidikinnya gimana? Yakali gw nyusup ke SMP. Mana bisa"

"Tuh adeknya Miko"

"Oh iya juga ya. Adek gw kan satu SMP sama Bian" Miko menepuk jidatnya pelan. Ia sungguh lupa jika punya adik.

"KAII TURUNN" itu teriakan dari Miko.

"APA SIHHH" Sedangkan itu teriakan dari lantai atas. Tak lama terdengar bunyi langkah kaki yang keras turun dari tangga. Suara langkah kaki yang terdengar keras itu berasal dari KAI MAHESWARU adiknya Miko.

"Ga sopan banget di panggil. Sini" ujar Miko mengisyaratkan Kai untuk duduk di sampingnya.

"Tuh kan lo liat sendiri bar gimana kelakuan anak SMP sekarang. Mungkin satu SMP cuman adek lo doang deh yang polos"

Sedangkan orang yang sedari tadi dibicarakan sedang anteng memakan jajanannya di atas karpet.

"Mungkin aja adek lo ga berani bilang" Miko mengangguk setuju dengan perkataan Dery.

"Gunanya gw disini apa kalo kalian ngobrol sendiri"

Semua arah mata kini tertuju pada seonggok manusia yang tadinya di panggil turun. Bahkan Bian yang awalnya fokus dengan jajanannya ikut menoleh.

"Wahhh kakak seragam" Bian berucap dengan mata yang berbinar. Sekarang berganti menjadi semua pandang mata menuju pada bocah imut yang duduk di karpet.

"Siapa kakak seragam?"

"Ituu" Bian berdiri dengan semangat sambil menunjuk kai.

Barra mengernyit heran begitupun dengan Miko, Dery dan kai sendiri. Barra menarik adiknya untuk berdiri di antara kedua kakinya.

"Abang tau? Kakak itu yang bikin Bian pengen sekolah" ujar bian antusias.

"Oh ya? Kok bisa" tanya barra dengan tangan yang membersihkan area mulut Bian yang penuh  dengan remahan Chiki.

"Iya, waktu itu Bian lihat sama mama dari atas. Soalnya kakak itu keren pakai seragam jadinya Bian pengen"

"Ya udah Bian sekarang kenalan aja sama kakaknya" ujar Miko yang ikut menyimak cerita Bian.

"Boleh?"

"Iya boleh" Miko mengangguk lantas menyenggol baju adiknya.

Bian dengan antusias mendekati kai yang fokus dengan gamenya.

"Hai kak kenalin aku Bian"

Kai sedikit melirik pada bocah di depannya yang mengajaknya berkenalan. Ia bertanya-tanya siapa bocah itu? Ia tidak pernah melihatnya dan bagaimana bisa bocah itu mengenalnya.

Sebenarnya kai sedikit enggan untuk membalas jabat tangan bocah di depannya. Namun senggolan dari kakaknya membuatnya mau tak mau membalas jabat tangan dari bocah di depannya.

Tangannya kecil.

"Kai"

"Adek lo gemesin banget sih barrr. Boleh tuker tambah sama adek gw aja ga sih?" Miko yang terlampau gemas kemudian memeluk Bian dengan erat sesekali mengecupnya.

"Udah sekarang kita lanjut bahas yang tadi"

"Kai boleh gw minta tolong sama lo?" Tanya barra pada KAI

"Minta tolong apa? Terus dia siapa?" Tanya kai menunjuk Bian yang sedang di pangku kakaknya.

"Dia adek gw. Kelas satu se-SMP sama lo"

"Se SMP? Yang bener aja lo bang dan sejak kapan lo punya adek"

"Maen lo kurang jauh"_Dery

"Ya pokoknya ada. Dia adek kandung gw"

"Kok bisa gw ngga tau. Apa jangan-jangan terpisah terus baru ketemu?" Kai bertanya dengan pikiran absurdnya.

"Ngawur. Jangankan lo, kakak lo aja ga tau gw punya adek"

"Terus lo mau minta tolong apa?" Tanya kai.

"Emm tolong awasin Bian di sekolahnya"

"Kenapa harus?"

"Soalnya gw curiga dia di gangguin di sekolahnya. Gw takut dia di rundung"

"Kok bisa"

"Ya ga tau. Makanya gw minta tolong sama lo buat ngawasin Bian. Lo ga perlu ngapa-ngapain cuman awasin aja terus ntar bilang sama kita bertiga" ujar barra panjang lebar.

"Gitu doang? Gampang"

"Thanks"

Dery dan Miko hanya menyimak saja percakapan barra dan kai. Mereka mendukung apa yang sahabatnya itu bakal lakukan.

Bian yang sedari tadi di pangkuan Miko mulai bergerak lasak ingin di turunkan. Dengan tak rela Miko menurunkan bocah imut itu.

Setalah merasa terbebas Bian berjalan ke arah cemilannya yang tersebar di atas karpet. Ia mengambil dua batang coklat yang masih terbungkus kemudian berjalan ke arah kai.

"Ini buat kakak" ujar bian yang membuat kai yang awalnya terfokus pada tontonannya menjadi menoleh.

Kai menatap pada sebungkus coklat batang yang di sodorkan di depannya. Ia mengambilnya dan mengucapkan terimakasih membuat Bian tersenyum.

"Kita samaan coklatnya" Bian mengangkat coklat yang satunya menunjukkan jika coklatnya sama dengan kai.

"Boleh ikut nonton?" Tanya Bian menatap harap pada kai

Kai menghela nafas sebentar lantas mengangguk menyuruh Bian untuk duduk disampingnya. Bian tentu saja sangat senang. Ia langsung duduk di samping kai dan memperhatikan handphone kai yang menampilkan animasi kartun.

Sebenarnya kai sudah mengganti tontonannya yang tadinya ia menonton film horor.

Diam-diam Miko tersenyum melihat adiknya kai yang sedikit-sedikit menerima Bian. Bisa dibilang kai ini remaja yang cukup nakal. Dapat dilihat dari penggunaan bahasanya.

***
Doble up

Behind It (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang