Pagi ini keluarga Miko sedang sarapan bersama. Ritual yang tidak boleh terlewatkan setiap pagi karena jika tidak kanjeng ratu akan marah.
Kanjeng ratu merupakan pengendali di rumah ini. Semua orang yang sudah menginjakkan kaki di situ pasti akan patuh dengannya.
"Kai nanti bareng mami aja" Ratna memulai percakapan dimeja makan yang awalnya hening itu.
Kai membulatkan matanya menatap maminya yang kembali fokus pada sarapannya.
"T-tapi mihh nanti mami capek kalau harus anter kai. Biar kai bareng papi aja"
Sebenarnya itu hanyalah alasan kai saja. Ia sedikit trau- ralat sangat trauma bila harus berangkat dengan maminya.
Maminya ini jika naik kendaraan sungguh mengerikan. Beliau bahkan tak segan segan untuk tancap gass penuh dan menyalip berbagai kendaraan lainnya.
Kata mudahnya adalah menantang maut.
Namun melihat tatapan maminya yang seperti tidak dapat di bantah membuat kai menghela nafas pasrah. Sedangkan Miko sedang menahan tawa mengetahui apa yang akan terjadi pada sang adik.
Bakal trauma berat.
"Lagian mami ada urusan kebetulan lewat sekolah kamu jadi sekalian aja"
"Nah iya lagian kalau papi ngantar kamu tuh beda arah sama kantor papi" sahut Darma, suaminya Ratna.
"Ya makanya biar papi ga jauh-jauh puter arah beliin kai motor aja biar kai bisa berangkat sendiri"
"Gak gak gak gak motor motor. Kamu tuh masih SMP ya udah minta motor aja" semprotan kanjeng ratu di pagi hari sudah terdengar.
"Maaf mi"
Miko lagi-lagi hanya dapat terkekeh melihat penderitaan adiknya itu. Kai yang melihat abangnya tertawa lantas menendang tulang kering Miko dari bawah meja.
"Akh" tendangannya ga main-main memang.
"Mih liat mih kai nendang Miko" adu Miko pada Ratna yang membuat kai melotot.
"Kaiii" suara peringatan dari Ratna membuat kai tersenyum canggung lantas berbalik untuk meminta maaf pada kakaknya.
"Maaf kak" kai bersalaman dengan Miko sebagai tanda permintaan maaf.
Namun sebenarnya dibalik itu kai justru mencubit keras tangan Miko yang sedang di salaminya bahkan sampai meninggalkan bekas kuku saking kuatnya cubitan kai.
"Auu, mihh liat kai mihh"
"Kai jangan bandel dan lagian kamu tuh Abang Miko masa lembek. Udah buruan sarapannya, kai mami tunggu"
Setelah memastikan sang mami telah berlalu dari ruang makan Miko langsung menoleh pada Kai.
"Mampus lo. Gembok gih nyawa lo siapa tau melayang" ujar Miko yang langsung berlari ke kamarnya
"MAMIII KAK MIKO NGEJEKIN KAI MIHHH"
Darma hanya mampu menggeleng mendapati ulah kedua putranya itu.
****
Kai berkedip-kedip beberapa kali mencerna hal yang baru saja terjadi. Posisinya sekarang ia masih berdiri di depan gerbang sekolah setelah di antarkan oleh Ratna.
"Cok seriusan? Seriusan tadi mami bawa mobilnya ngga ngebut?!?!" Monolog kai.
"ANJIRRR. HARUS DIRAYAKAN INI POKOKNYA" Teriak kai sendiri. Untung saja sepi
"Dek masuk ngga? Ini udah mau saya tutup" tegur mbak satpam yang sedari tadi memperhatikan tingkah tidak manusiawi kai. Ngomong sendiri
Tapi aku juga sering sihh ngomong sendiri berarti masih manusiawi
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind It (Revisi)
Historia CortaFABIANO, bocah 10 tahun yang sudah memasuki jenjang pendidikan menengah pertama. Ya memang umurnya masih tergolong kecil untuk seukuran bocah SMP. Ia terlalu cepat mendaftar sekolah yang membuatnya menjadi yang terkecil di antara teman-temannya. Jug...