"Eh i-iya kenapa?" Tanya Afa gugup menatap ke arah Bian.
"Kakak kenapa melamun?" Bian kini memfokuskan pandangannya pada Afa.
"G-gapapa"
Tak berselang lama Diana kembali ke ruang tamu.
"Yok sayang sama mama" Diana hendak mengambil alih Bian yang di pangku oleh Afa namun anak itu malah justru memeluk erat sang kakak sepupu.
Diana menatap tidak enak pada keponakannya. Dia tau Afa itu pemuda yang kaku apalagi sekarang Bian- anaknya sudah berubah.
"Dek ayo sama mama itu kasian kan Afa nya"
Bian yang mendengar ucapan mamanya lantas memandang wajah sang kakak sepupu lekat. Afa yang merasa di perhatikan menatap balik Bian.
"Kenapa?" Afa menaikkan sebelah alisnya bertanya. Satu tangannya ia gunakan untuk menyangga tubuh Bian agar tidak terjatuh.
"Bian berat ya kak?" Tanya bocah itu dengan binaran mata polosnya.
Afa sampai terpana melihatnya. Bagaimana bisa bocah yang dulunya bahkan tidak pernah berinteraksi dengannya tiba-tiba bertanya hal seperti itu padanya.
Afa menggeleng pelan kemudian beralih menatap sang Tante yang berdiri di sampingnya.
"Gapapa Tante biar sama Afa aja"
Diana hanya mengangguk pasrah lantas duduk kembali di sofa sebelumnya.
"Kak Afa senyumm" pinta Bian. Dirinya juga ikut tersenyum mencontohkan pada Afa agar tersenyum.
Afa hanya memandang datar bocah yang berada di pangkuannya yang sedang tersenyum manis.
Diana yang melihat itu terkekeh canggung. Ia takut Afa tidak nyaman dengan perilaku anak bungsunya.
"Bian udah dulu. Ini susunya di habisin" ujar Diana menyerahkan botol dot nya.
"Kak Afa tolong ambilin" pinta Bian dengan suara lucunya.
"Dek kan punya tangan bisa ngambil sendiri" Diana kembali menatap tidak enak pada ponakannya.
"Gapapa Tante" Afa mengambil botol dot yang isinya masih banyak itu dari tangan Diana.
"Maaf mama. Hihi terimakasih kak Afa" Bian tersenyum sangat manis hingga matanya menghilang.
Si bocah langsung memperbaiki posisinya di pangkuan Afa agar lebih mudah untuk meminum susu.
Afa mendekatkan botol dot itu ke depan mulut kecil Bian yang langsung di sambut dengan senang hati.
Bian memegang tangan besar Afa yang yang sedang memegang botol dotnya. Bian terlihat menikmati susu yang diminumnya. Afa hanya memperhatikan bagaimana Bian meminum susunya dengan nikmat.
Satu tangan Afa di gunakan untuk menyangga tubuh kecil Bian sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk memegang botol dot.
Diana memperhatikan interaksi keponakan dan anak bungsunya itu dengan senyum hangat. Walaupun Afa masih terlihat kaku.
"Kalau tidur kasih ke Tante aja Fa" Afa hanya mengangguk sebagai jawaban dari tantenya.
Bian yang mendengar ucapan mamanya langsung reflek membuka matanya dan melepaskan hisapan dari botolnya.
"Ga mau mama. Aku mau sama kak Afa" celetuk Bian tiba-tiba.
"Kak Afa nya bentar lagi mau kuliah"
"Noo. Bian mau sama kak Afa" bocah itu langsung memegang erat kaos Afa seolah tak mengijinkannya untuk pergi kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind It (Revisi)
Short StoryFABIANO, bocah 10 tahun yang sudah memasuki jenjang pendidikan menengah pertama. Ya memang umurnya masih tergolong kecil untuk seukuran bocah SMP. Ia terlalu cepat mendaftar sekolah yang membuatnya menjadi yang terkecil di antara teman-temannya. Jug...