SMA Treekleyn 03 kembali gempar ketika Dysis turut dinyatakan menghilang. Dalam kurun waktu dua puluh empat jam, cewek itu tak pernah ditemukan. Warga SMA Treekleyn khususnya yang cewek merasa ketar-ketir, makin yakinlah mereka bahwa kini sedang marak kasus penculikan.Luis dan Zora cepat-cepat melaporkan kehilangan anaknya ke polisi, dan mengerahkan mereka agar bisa menemukan anak sematawayangnya tersebut. Namun, hingga kini, memang belum ada hasil sama sekali. Persis seperti orangtua Leana dan orangtua Thalia yang tidak mendapat kabar gembira apapun tentang anak mereka.
"Aneh ga si kalo mereka hilang bersamaan gini? Kek yang ... ini bukan kebetulan gitu loh." Di kelasnya, Raisa tampak berpikir keras. Tiga temannya menyimak, mereka manggut-manggut mendengar perkataan badgirl itu.
Dengan gaya rempongnya, Febri si boti yang gemulai menyahut, "Ih ternyata you juga berpikir kek gitu, Sa? Eike juga, loh. Daripada berpikiran bahwa mereka diculik, eike lebih yakin kalo ada sesuatu dibalik semua ini."
Salma mengangguki, merasa setuju atas pendapat kedua temannya itu. Sedangkan Riska terkekeh kecil karena ekspresi serius di wajah Febri sama sekali tidak cocok untuk boti itu.
"Tumben lu berpikir kritis, Feb? Biasanya juga ngelawak mulu," kata Riska.
Febri mendengkus, bibirnya mengerucut. "Eike, mah, netral kan orangnya. Orang becanda, ya, becanda. Orang serius, ya, serius."
Raisa geleng-geleng kepala dengan perkataan Febri. "Buset, bijak kali lo hari ini. Btw, gimana kalo nanti kita jalan-jalan? Healing gitu, mumpung ga ada kegiatan entar malem."
Antusias, Febri segera menyahut dengan mata berbinar, "Wah asik tuh! Buru hayuk! Eike denger-denger, ada pasar malem yang baru buka. Mending kita main ke sana!"
Riska dan Salma saling berlempar tatap. Kedengarannya seru juga usulan Febri. "Kalo gitu, hayu aja. Kan di pasar malem banyak wahana."
Sepakat, akhirnya mereka berencana pergi ke pasar malam tepat pukul tujuh malam nanti.
***
Lagi-lagi, siswa-siswi SMA Treekleyn dikumpulkan di aula sekolah hanya untuk memberitakan kabar hilangnya tiga sekawan anggota OSIS yang tak lain adalah Dysis, Thalia dan Leana. Dua orang diantaranya hilang tepat sepulang sekolah, sementara satu yang lain ketika hari libur.
Demi menjaga nama baik sekolah, Bu Melda turut membantu kasus ini. Dengan memberikan keterangan, rekaman cctv di gerbang, dan lainnya. Namun, tetap saja. Ketiga siswi remaja itu masih belum juga ditemukan.
"Penculiknya ada dendam pribadi ga, ya, sama tuh cewek bertiga? Kok bisa-bisanya kebetulan banget nyulik tiga-tiganya." Saga bersandar ke pagar pembatas rooftop, kedua jemarinya mengapit sebatang rokok.
Zhico mengangguk setuju. "Iya, njir. Gue mikirnya pun begitu. Kalo emang penculiknya ga ada dendam pribadi, masa iya tuh cewek bertiga sama-sama jadi korban?"
"Tapi penculiknya pro ga si? Soalnya kaga ninggalin jejak," sahut Rivan malah mengapresiasi si penculik.
Arvin menghembus napas panjang. "Cepat atau lambat pasti bakal kebongkar. Tapi gatau kapan." Entahlah ucapannya ini bertujuan untuk apa. Tapi bagi Zhico kedengarannya seperti sedang melawak. Makanya cowok itu ketawa pelan menanggapi Arvin.
"Eh, El, gimana menurut lo? Lo ga ada rasa sesuatu gitu pas denger Dysis ilang juga? Padahal kemaren-kemaren kalian masih ketemu." Tak mendengar sahutan Elgar, Saga yang penasaran atas reaksi temannya itu pun bertanya.
Elgar berpaling sekilas menatap Saga. Smirk di bibirnya tersungging. Di hatinya, sama sekali tak ada empati bagi makhluk semacam Dysis. "Lo liat muka gue ... apa keliatan peduli? Hh, ngga sama sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIMOUS #1 | Bullying Is Scary [ END ]
RandomResiko menjadi adik perempuan dari seorang ketua geng motor. Kiara Angelica Ertama awalnya sama seperti cewek-cewek pada umumnya. Sekolah yang tenang, punya teman dekat, orangtua yang penyayang. Yang dia tidak miliki hanyalah, pacar dan perhatian da...