Luis keluar dari Alphard hitam kepunyaannya. Dikawal dua orang bodyguard, pria itu masuk ke dalam kantor, berjalan dengan pongahnya. Seluruh karyawan yang berada di dalamnya seketika menundukkan kepala atas kedatangannya.
Pyar!
Luis berhenti melangkah. Kepalanya tertoleh ke asal suara, dimana seorang OB menjatuhkan cangkir berisi kopi ke lantai hingga tumpah dan pecahan cangkirnya berserakan.
Luis memasang tampang datar. Ia bertanya pada seorang karyawan di dekatnya, "Siapa yang mempekerjakan dia?"
Dengan takut-takut, si karyawan menjawab masih dengan wajah tertunduk, "Bu Annie, Pak."
Tangan Luis terkepal. Baru masuk kantor dia sudah dibikin kesal dan geram. Wajahnya berpaling ke arah lain, berkata ia, "Pecat dia!"
Si OB langsung terdongak mendengarnya. Ia memohon pada Luis agar mau berbaik hati menarik ucapannya kembali. "Pak, saya baru masuk kerja. Tolong maklumi." Laki-laki itu berlutut di kaki Luis, tapi Luis menendangnya.
"Pergi! Ga usah ngemis-ngemis!" Luis melenggang menuju ruangannya. Dirinya sama sekali tak peduli pada kaum jelata macam office boy itu.
Dalam ruangan kerjanya, ponsel Luis di kantongnya berdering. Pria itu merogohnya lalu ogah-ogahan menjawab panggilan tersebut. Suara seorang polisi terdengar dari seberang sana, meminta dirinya untuk datang ke kantor polisi.
Decakan Luis lolos dari bibirnya. "Saya sibuk. Katakan lewat telepon saja," titahnya.
"Tapi, Pak, ini penting—"
"Kalau begitu saya matikan saja," ancam Luis sudah bersiap mematikan sambungan. Namun urung ketika si polisi akhirnya bicara lagi.
"Baik, Pak. Kami hanya mau mengabarkan dan memberitahukan bahwa kasus hilangnya Dysis Anastasya–anak bapak dan Razor Baskara–keponakan bapak, telah resmi ditutup. Kami menyerah dalam mencari keberadaan mereka. Kalau memang bapak ingin melapor ke kantor polisi yang lain, silahkan."
Atas perkataan pak polisi, Luis dengan geram membanting ponselnya hingga membentur dinding dan berkeping. Kedua tangannya mencengkeram pinggiran meja, matanya berkilat penuh amarah.
"ARGH! SIAL!!" Luis berseru lantang.
Kepala Luis terasa pening. Anak sematawayangnya hilang dan tak pernah ditemukan. Kemudian dengan mudahnya polisi menutup kasus itu.
Tapi ... bukankah itu yang Luis lakukan kepada papa Kiara?
Saat Nanda melaporkan kasus pelecehan dan bullying yang terjadi pada Kiara, Luis dengan mudahnya menyogok polisi hingga akhirnya kasus itu ditutup begitu saja.
Jadi ... mungkin ini adalah karma bagi Luis. Walaupun sebenarnya, hal itu belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kasus Kiara.
"Permisi, apa benar ini kantor Pak Luis? Saya kurir yang ngirim makanan." Sedangkan di lobi kantor ini, seorang cewek dengan rambut kuncir kuda yang masih mengenakan helm bertanya pada seorang pegawai. Tubuhnya dibalut jaket oranye.
"Iya, benar. Memangnya siapa yang pesan makanan?" tanya si pegawai sembari menilik plastik hitam di tangan kurir.
"Atas nama Pak Luis sendiri. Kalau boleh tau, di mana ruangannya?"
Walau ada sedikit perasaan aneh, si pegawai tetap menunjukkan di mana letak ruangan Luis. Yang aneh baginya adalah, tumben sekali Luis memesan makanan di aplikasi online. Soalnya, kalau Luis mau, pria itu bisa saja menyuruh bodyguardnya membeli langsung dari cafe atau resto.
Kurir itu mengamati secara jeli tiap sudut kantor besar ini dari balik kaca helmnya yang hitam. Beberapa orang mondar-mandir, sedangkan sebagian yang lain fokus bekerja sambil ditemani kopi. Ada dua office boy yang mengelap kaca dan mengepel lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIMOUS #1 | Bullying Is Scary [ END ]
RandomResiko menjadi adik perempuan dari seorang ketua geng motor. Kiara Angelica Ertama awalnya sama seperti cewek-cewek pada umumnya. Sekolah yang tenang, punya teman dekat, orangtua yang penyayang. Yang dia tidak miliki hanyalah, pacar dan perhatian da...