P R O L O G

28.5K 654 1
                                    

Sebelum baca cerita ini, jangan lupa votenya terlebih dahulu.

Selamat datang di cerita ke sekian yang aku buat.

*****

Seorang gadis cantik tengah duduk di kursi yang disediakan di depan cafe tempat kerjanya. Dia adalah Cherry Belvia Ilona. Gadis yang memiliki wajah cantik hingga membuat laki-laki mana pun akan tertarik padanya.

Gadis ini cukup sempurna. Dia memiliki paras yang sangat cantik. Memiliki mata berwarna hitam pekat, bulu mata yang lentik, pipinya yang sedikit tembam, juga bibirnya yang semerah namanya, Cherry.

Namun Cherry tidak beruntung dalam kehidupannya. Cherry memiliki kehidupan yang tidak cukup baik. Dia harus mencari uang untuk biaya pengobatan Bunda-nya yang sedang sakit. Salsa—Bunda Cherry, dia sudah sakit-sakitan selama 2 tahun belakangan ini.

Barra—Ayah Cherry, meninggal 2 tahun yang lalu. Barra mengalami kecelakaan dan berakhir meninggal. Saat itu Barra ingin pulang ke rumahnya, dia menunggangi motor kesayangannya. Saking senangnya Barra bersenandung hingga tidak menyadari bahwa ada mobil dari arah belakang yang melaju kencang hingga menabrak motor milik Barra.

Barra terpental ke aspal dan juga motornya yang terlihat sudah tidak berbentuk karena saking kencangnya tabrakan itu. Barra mengeluarkan banyak darah dari bagian badan dan kepalanya. Diduga mobil yang menabrak Barra itu mengalami kerusakan pada remnya, hingga menyebabkan dua orang meninggal di tempat. Barra dan juga orang yang menaiki mobil itu.

Semenjak kejadian di mana Barra meninggal, Salsa menjadi sakit-sakitan. Dia menjadi jarang makan hingga membuat maagnya sering kambuh dan selalu menentang ketika disuruh meminum obat.

Cherry menghela napasnya lelah. Ia pusing memikirkan kehidupan suramnya itu. Uang yang Cherry dapatkan dari hasil kerja di cafenya masih kurang untuk membeli obat Bunda-nya. Harga obat Bunda-nya memang sedikit mahal, sedangkan Cherry hanya memiliki uang pas pas an.

Belum untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Untuk membeli makan saja rasanya susah. Tabungan Cherry juga kian lama semakin menipis karena keperluan Bunda-nya yang mengharuskan bolak balik masuk rumah sakit. Bunda-nya sering kali drop pada waktu yang tidak menentu.

“Cher, udah jam segini, lo belum balik?” Tanya Fayra—Teman Cherry.

Cherry mendongak. “Ini mau pulang kok. Yaudah, gue siap-siap dulu, ya!” Cherry bangkit dari duduknya.

Fayra mengangguk. “Cepetan ya, Cher!” Teriaknya dan diangguki oleh Cherry.

•••••

Di sisi lain, ada Jean Alaskar Narendra. Pria yang bisa dibilang kejam. Jean tak kenal dengan yang namanya ampun. Kalau Jean sudah berkata A, maka harus A, tidak bisa diubah dengan cara apa pun.

Jean selalu melakukan apa pun seenaknya. Jean sangat menyukai ketika sedang membunuh orang yang berani mencari masalah dengannya.

Jean memang suka membunuh. Namun, dia hanya akan membunuh orang yang bermasalah saja. Orang yang tidak mengganggu dan tidak memiliki masalah dengan Jean, tidak akan Jean apa-apa 'kan.

Jean terlahir dari keluarga kaya raya. Banyak yang mengagumi sosok Jean, tak terkecuali adalah wanita.

Jean yang memiliki hidung mancung bak perosotan Anak TK, memiliki mata biru yang indah untuk ditatap, memiliki rahang yang tegas, tubuhnya yang tinggi dan juga lengan kekarnya yang berotot.

Tidak ada yang berani mencari masalah dengan Jean. Jean adalah pria kejam dan juga sangat sadis ketika sedang membunuh mangsanya.

Ketika berada di dekat Jean, maka orang itu akan menjadi kaku seketika. Mata tajam yang dimiliki Jean membuat Jean ditakuti banyak orang. Namun, tak banyak juga yang menggoda atau pun mencari masalah dengan Jean.

Lebih baik bertemu dengan setan daripada harus bertemu dengan Jean, sungguh!

“Bagaimana, Cakra? Apa urusan dengan Bapak tua itu sudah selesai? Saya sungguh muak jika harus bertemu dengannya lagi.” Ucapnya dengan datar.

“Sudah, Boss. Masalah kita dengan Pak Andre sudah selesai.” Balas Cakra.

Cakra adalah sekretaris sekaligus sahabat masa kecil Jean. Cakra sudah bersama Jean semenjak mereka kecil. Pertemanan mereka sungguh begitu kuat.

Jean menghela napas lega. “Baik kalau begitu. Urus meeting yang akan kita lakukan besok siang.” Titahnya.

“Baik, Boss!”

TO BE CONTINUED.

-----

Sebenarnya cerita ini udah ada di draft aku dari tahun kemarin. Tapi masih belum bisa aku upload karena partnya yang belum terlalu banyak.

Ada yang baca cerita ini nggak, ya? Kalau ada, makasih banget.

Lebih baik baca deskripsi terlebih dahulu sebelum membaca !

Cerita masih berantakan? Maklum, belum selesai revisi soalnya.

Jangan lupa vote dan komennya, ya.

See u next part 💐💐

JEAN [REST SBNTR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang