BAGIAN 17 : SURAT ANCAMAN

6.4K 94 0
                                    

“Kamu jaga kesehatan, ya, Cherry, di sana. Kamu juga harus nurut sama suami kamu.” Ucap Bunda Salsa dari seberang telfon.

Cherry tersenyum tipis.
“Iya, Bunda. Cherry bakalan nurut kok sama suami Cherry. Bunda baik-baik, ya, di sana.”

“Iya. Kalau begitu Bunda tutup dulu, ya, telponnya? Bunda ngantuk banget karena semalaman nggak bisa tidur.”

“Iya Bunda, Bunda jangan banyak pikiran, ya? Banyak-banyakin istirahat aja.” Setelah Bunda-nya membalas ucapan Cherry, sambungan langsung terputus. Bersamaan juga dengan Jean yang masuk ke dalam kamar dengan wajah yang bisa dibilang terlihat emosi.

Cherry mendekati Jean. Mengambil alih jas yang Jean sampirkan di tangannya. “Kamu kenapa? Kelihatan emosi banget.”

Jean duduk di tepi kasur, melonggarkan dasi yang ia pakai. “Pekerjaan di kantor banyak yang menumpuk, sayang. Aku jadi capek karena itu.” Keluhnya.

Cherry mendudukkan dirinya di pangkuan Jean, membuat Jean terdiam. Cherry mengalungkan kedua tangannya di leher Jean. “Coba tatap mata aku.” Titahnya.

“Aku udah natap kamu dari tadi. Terus apa?” Jean melingkarkan tangannya di pinggang Cherry.

“Capeknya udah hilang belum?” Tanya Cherry yang membuat Jean semakin bingung.

“Maksud kamu apa?” Tanya Jean tidak mengerti.

Cherry menghela napas berat.
“Aku kira setelah kamu lihat wajah cantik aku ini capek kamu bakalan hilang.” Cherry menunduk lesu.

Jean yang melihat itu terkekeh geli, istrinya lucu sekali. Jean mengecup kening wanita itu. “Kalau gitu doang nggak bakalan hilang. Coba kamu kasih ciuman di bibir aku, aku butuh vitamin dari kamu.” Titahnya seraya memanyunkan bibirnya.

Cherry menatap mata tajam Jean sejenak, kemudian ia menempelkan bibirnya pada bibir milik suaminya.

Belum ada yang bergerak. Jean masih menunggu. Ia ingin istrinya ini yang memulainya duluan.

Karena Cherry yang tidak sabaran, maka ia mulai bergerak lebih dulu, membuat Jean tersenyum di sela-sela ciumannya.

Hanya ciuman lembut. Tidak ada kekasaran di dalamnya.

Jean menahan tengkuk Cherry untuk memperdalam ciumannya.

Jean melepaskan pangutan keduanya ketika sudah dirasa sesak. Mereka menghirup oksigen dengan rakus.

Jean mengecup bibir Cherry, kemudian menempelkan kening keduanya.

“Aku sangat mencintai kamu, sayang.” Ujar Jean dengan tulus.

Cherry mengulas senyum manis,nya.
“Aku tahu itu.” Ia membelai pipi Jean dengan lembut.

TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu membuat pasangan suami istri yang sedang bermesraan itu mengalihkan atensinya ke arah pintu. “Siapa?!” Tanya Jean sedikit berteriak.

“Saya Adine, Tuan.” Sahutnya dari luar kamar.

Ck, dasar pengganggu!” Gumam Jean dengan kesal.

Cherry mengulum senyum gelinya. Lucu sekali jika Jean-nya ini sedang kesal. “Bukain gih,” Suruh Cherry.

Jean memindahkan Cherry ke tepi ranjang, lalu berjalan untuk membuka pintu. “Ada apa?” Tanyanya dengan datar.

Adine menunduk. Ia tidak berani menatap wajah datar Tuan-nya itu. Terlalu menakutkan.

Adine mengulurkan sebuah amplop bermotif putih polos. “Tadi ada yang menitipkan amplop ini, dan katanya ini untuk Anda.” Jelasnya.

JEAN [REST SBNTR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang