BAGIAN 20 : PEMBALASAN

2.8K 90 2
                                    

Cherry sudah di periksa oleh dokter sedari tadi. Namun, dokter itu pun belum keluar sama sekali dari dalam ruangan yang dipakai untuk memeriksa Cherry, membuat Jean menjadi kalang kabut memikirkan hal yang tidak-tidak.

“Ya Tuhan... Kenapa lama sekali sih?!” Gerutunya kesal.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya dokter pun keluar dari dalam ruangan.

“Bagaimana keadaan istri Saya?” Tanya Jean tidak sabaran.

“Istri Anda tidak apa-apa, Tuan. Lukanya tidak terlalu parah, hanya berupa goresan yang sudah Saya obati. Tetapi, istri Anda belum sadarkan diri sampai saat ini.” Jelas dokter itu.

“Lalu kenapa lama sekali Anda memeriksanya?!”

“Maafkan Saya, Tuan. Saya harus lebih teliti juga untuk memeriksa luka di bagian tubuh pasien.”

“Terserah! Apa istri Saya sudah bisa dijenguk?”

“Tentu saja, Tuan, silahkan masuk.” Dokter itu mempersilahkan Jean untuk masuk ke dalam ruang rawat.

Jean masuk ke dalam ruangan. Bisa ia lihat istrinya yang cantik tengah terbaring lemah di atas brankar.

Jean mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia di dekat brankar. Ia menggenggam tangan istrinya yang tidak terpasang infus.

“Maafin aku karena udah gagal buat jagain kamu.” Lirihnya.

Jean mencium telapak tangan istrinya dengan lembut. Dirinya tidak tega melihat beberapa luka sayatan dan tusukan di bagian tubuh istrinya.

Ia tidak bisa membayangkan, seberapa menahan sakitnya saat istrinya diberikan siksaan oleh laki-laki brengsek itu.

“Berani sekali mereka bermain-main dengan seorang Jean.”

“Apa laki-laki itu sudah mati, ya?” Tanya Jean penasaran.

“Tapi sepertinya aku menyesal karena udah masukin Nara ke dalam penjara. Apa aku bebasin aja, ya? Lalu aku bunuh dia secara perlahan.” Jean tersenyum smirk.

Jean mengambil ponselnya yang berada di dalam saku. Ia mengetikkan nama seseorang di pencarian kontak.

“Cabut tuntutan yang diterima oleh Nara, lalu bawa Nara ke rumah kosong yang berada di tepi hutan. Saya tunggu malam ini.” Ucap Jean pada seseorang di seberang telpon. Lalu Jean mematikan telpon itu secara sepihak.

•••••

“Kamu harus makan, sayang. Kamu mau cepat keluar dari rumah sakit, kan? Ayo makan.” Jean memaksa Cherry yang sedari tadi menolak untuk makan.

Ya, Cherry memang sudah sadar dari semalam. Cherry semenjak tadi terus-terusan menolak makanan yang ingin disuapi oleh Jean. Wanita itu memang tidak sedang mood makan untuk saat ini. Perutnya terus-terusan merasa mual.

“Enggak mau, Jean... Aku tuh mual.” Ujarnya dengan lirih sambil meremas perutnya yang terasa sakit.

Jean menghela napas berat. Ia menaruh mangkuk yang berisi bubur itu di atas nakas, lalu membawa Cherry ke dalam dekapannya.

Tangan Jean mengelus perut rata Cherry dengan lembut, membuat rasa mual yang Cherry rasakan kian memudar secara perlahan.

“Udah mendingan, hm?”

“Udah, elus lagi dong!” Pinta Cherry.

Jean menurut. Ia terus mengelus perut istrinya sampai tidak sadar bahwa kini Cherry sudah terlelap menuju alam mimpi.

“Istri aku cantik banget kalau lagi tidur.” Gumam Jean disertai senyum tipisnya.

Jean mengambil ponselnya di dalam saku ketika merasa ponselnya itu bergetar.

JEAN [REST SBNTR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang