13

2.3K 391 5
                                    

⤍⤍⤍ Tacenda ⤌⤌⤌

Lilian dan Luna telah kembali ke Hogwarts, seperti biasa mereka sarapan di kursi rumah masing-masing. Lian Wei baru datang dan duduk di dekatnya.

"Terimakasih buku nya Lian, Luna juga mengucapkan terimakasih untuk kaus kakinya. Dia menyukainya." Lilian mengangkat tangannya dan melambaikan buku yang di beri Lilian dan menunjuk Luna yang melambai dari mejanya.

"Sama-sama. Terimakasih juga kue keringnya. Aku menyukainya. Itu sangat enak." Lian Wei balas melambai ke Luna dan mengambil apel di dekatnya.

"Itu buatanku dan Luna, senang kau menyukainya."

"Anak Gryffindor tahun ke 2 yang sering bersama Harry Potter tidak terlihat. Apa dia di serang?" celetukan anak Ravenclaw di belakangnya terdengar membuat beberapa mata menoleh ke meja Gryffindor mencari anak perempuan berambut lebat yang tidak terlihat di manapun.

"Aku yakin dia diserang."

"Kurasa begitu, dia kelahiran muggle. Ingat pewaris Slytherin hanya menyerang kelahiran muggle."

Terlalu banyak spekulasi yang dibuat murid-murid mengenai hilangnya Hermione Granger. Membuat mereka nekat pura-pura sakit demi mengecek apa dia kena serangan.

Tapi itu terbantahkan setelah mereka melihat Granger berjalan keluar dari rumah sakit dengan wajah ceria. Malfoy dan pendukung supremasi darah murni lainnya kecewa dia tidak kena serangan.

Beberapa hari berlalu suasana di Hogwarts tidak setegang hari di mana mereka menemukan Justin Finch-Fletchley dan Hantu Gryffindor membatu.

Lilian duduk di perpustakaan ditemani Luna dan Lian Wei menulis pr yang diberikan beberapa profesor mereka. Mereka sangat tenang, hanya di temani senandung acak dari Luna. Sungguh tangan Lilian terasa kebas menulis. Profesor Binns, Profesor Mcgonagall, dan Profesor Snape seperti trio kombo yang diciptakan untuk membuat murid sengsara, banyak pr dari mereka membuat beberapa siswa mengeluh, tapi si narsistik Gilderoy Lockhart lah yang membuat Lilian merasa ingin membakar perkamen nya. Untuk apa dia menyuruh mereka membaca seluruh bukunya dan mencari makanan favoritnya, minuman favoritnya dan juga motto-motto tidak penting yang dia katakan di buku.

●・○・●・○・●

Lilian dan Luna saat ini sedang duduk di depan danau hitam. Hari ini, hari kematian ibu mereka. Dua hari lagi ulang tahun mereka.

"Lilian. Apa menurutmu mum sedang menunggu kita di alam sana?" Kepercayaan Luna yang meyakini bahwa orang yang mati akan selalu menunggu mereka dan akan berkumpul bersama membuatnya berkata seperti itu.

"Mungkin," Lilian tidak yakin, dia belum melihat dunia kematian. Setalah dia mati dia terseret kemari, dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia mati lagi untuk yang kedua kalinya.

"Aku rasa mum menunggu kita dengan beberapa puding yang sudah dia buat dan sup seperti yang kau suka."

"Aku suka itu, mungkin mum juga membuat daging panggang dengan saus buatannya untuk daddy," Lilian tersenyum memikirkannya. Terkadang mengikuti jalan pikiran Luna tidak terlalu buruk.

"Kau benar. Apa yang kita harus lakukan pada hari ulang tahun kita?"

"Lakukan seperti biasa Luna. Hanya saja tanpa kue dan tanpa daddy disini. Hanya kau dan aku."

TacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang