Selamat Ulang Tahun, Russia

128 6 0
                                    

Russia x Belarusia

.
.
.
.
.

Di hari ulang tahunnya, Ivan mendapat kejutan kue ulang tahun dari adik perempuannya, Natasha.

.
.
.
.
.

30 Desember, Moscow, Russia.


Salju lebat mengguyur negara Russia, membuat orang-orang enggan melakukan aktivitas diluar rumah. Ivan menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Rumah mewah yang dihuninya kini selalu sepi, setelah satu persatu negara bagian dari Uni Soviet memutuskan untuk mendeklarasikan kemerdekaannya. Termasuk dua saudari perempuannya, Irunya dan Natasha.

Sekarang tanggal tiga puluh Desember. Ulang tahun sangat personifikasi Russia, Ivan Braginsky. Lelaki itu terkekeh miris sembari menegak sebotol vodka dalam genggaman.

Bibirnya melengkung ke bawah, "Mereka lupa hari ulang tahun ku, ya?"

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar. Ivan bergegas membukanya. Di ambang pintu, adik perempuannya, Natasha tersenyum manis sambil membawa sebuah kotak yang ukurannya cukup besar.

"Natasha?"

Perempuan itu langsung menerobos masuk ke dalam rumah, tanpa permisi. Ivan mengedikkan bahunya acuh. Toh, ia sendiri takut pada adiknya. Ivan menutup pintu, lalu membuntuti Natasha ke dapur- dimana terdapat meja besar yang dulu mereka gunakan untuk berpesta.

Kakak duduklah, aku membawakan kue ulang tahun terbaik untuk kakak."

Kue? Ah, Ivan jadi rindu kue ulang tahun buatan kakak perempuannya, Irunya. Sambil menunggu Natasha memasang lilin, Ivan kembali menegak sebotol di atas meja.

Kling-

Satu botol... dua botol... tiga botol...

Ivan meminum vodka layaknya air putih biasa. Botol keempat tinggal tersisa setengah. Saat itu juga adik perempuannya telah selesai memasang lilin.

"Selamat ulang tahun, kakak!"

Itu bukan kue ulang tahun biasa. Tanpa sepengetahuan Ivan, komposisi utama kue itu adalah darah rivalnya. Benar, Alfred F Jones, sang personifikasi Amerika Serikat.

Natasha menaruh kue di meja, tepat di hadapan Ivan. Perempuan itu menarik kursi di ujung sana, berhadapan dengan kakaknya.

Perempuan itu menangkupkan tangannya di atas meja, menatap lurus mata sayu kakaknya; yang baru saja menandaskan vodka keempat-nya sampai tetes terakhir. Ivan memiliki toleransi alkohol yang cukup tinggi, empat botol vodka bukan apa-apa baginya.

"Sayang sekali, kakak Irunya tidak ada disini untuk ikut merayakan ulang tahun mu. Padahal, aku sudah mengajaknya tadi. Tetapi, dia sibuk berteman dengan negara barat." ocehnya, memandangi beberapa batang lilin yang masih menyala.

"Hanya aku satu-satunya yang ingat hari ulang tahunmu," Natasha tersenyum lebar; senyumnya terlihat menyeramkan, "Lagipula, hanya aku satu-satunya yang ingat kapan hari ulang tahunmu. Setiap tahun, aku selalu menandai tanggal ulang tahunmu di kalender."

Ivan memegangi kepalanya, dia merasa sangat pusing ditambah mual- seolah-olah isi perutnya diaduk-aduk menggunakan sendok kayu.

"Lagipula, kamu ingin di hari ulang tahunmu rumah ini ramai seperti dulu, kan? Jadi ... ayo, kita menikah saja, kak! Setelah kita menikah, rumah ini akan ramai seperti dulu, bukan?"

Pandangan Ivan mulai memburam, tubuhnya ambruk di atas meja.


The End

Note:

Ini draf lama ku pas tahun 2022, terus ku unggah di AO3, dimana aku nulis fanfiksi ini untuk merayakan ulang tahun Russia. Dan terlihat jelas kan, kalau gaya bahasa ku di cerita ini masih gaya bahasa ku yang dulu? Hahahaha.

Aku dapet ide ini pas nonton eps Hetalia Hetalia: Axis Powers, dimana Russia teringat saat kejayaan Uni Soviet, mereka kumpul bareng di meja panjang gitu 'kan? terus Russia bilang kalau rumahnya menjadi sepi sejak perlahan-lahan negara (yang dulunya dibawah kekuasaan Sni Soviet) mulai mendeklarasikan kemerdekaannya. Ditambah sikap obsessed Belarusia pas episode itu. Dan jadilah ini.

Hetalia Drabble「Hetalia 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang