12 | dia, lelah

1.1K 149 3
                                    

Rutinitas para mahasiswa di setiap malam nyatanya memang tak pernah jauh dari yang namanya menuntaskan tugas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rutinitas para mahasiswa di setiap malam nyatanya memang tak pernah jauh dari yang namanya menuntaskan tugas. Entah mau sebanyak apa pun jumlahnya, hasil pekerjaan mereka harus tetap sampai ke tangan dosen dalam waktu yang sudah ditentukan. Begitulah yang tengah Linka hadapi sekarang. Lagi-lagi dirinya harus kembali bermalam bersama laptop yang telah berjasa selama hampir dua tahun belakangan ini dalam dunia perkuliahannya.

Dan, seperti biasa, Linka masih terjaga ketika angka-angka pada jam telah menunjukkan lewat tengah malam oleh sebab terlalu fokus dengan apa yang tengah ia lakukan. Membuat dirinya sukses melupakan waktu, membiarkannya berlalu begitu saja hanya untuk mendapatkan progres yang lambat.

Selama ini Linka memang tak bisa merampungkan tugas dalam waktu yang terbilang sebentar. Makin keras ia berpikir agar ide-ide bermunculan dalam kepala, Linka justru makin tak bisa menghasilkannya satu pun. Oleh karena itu, terkadang butuh waktu istirahat sejenak supaya dirinya mampu memperoleh ketenangan ekstra dan merasa rileks, agar ia dapat kembali melanjutkan kegiatannya tanpa perlu memaksakan diri.

Seperti saat ini, Linka keluar dari kamar kos di jam dua pagi hanya untuk menyeduh gelas kedua minuman cokelat yang selalu setia menemaninya tiap malam.

Ketika tengah memasak air dan menunggunya sampai matang, tanpa bisa dicegah Linka malah teringat pada Zefran yang sudah dua kali ia temui acap kali dirinya pergi ke dapur umum. Namun, kali ini batang hidung laki-laki berkacamata itu bahkan tak nampak, dan terus saja begitu sampai akhirnya teko berbunyi.

Yah, sebenarnya wajar saja, pikir Linka. Zefran pun tak mungkin akan selalu melakukan hal yang serupa, bukan? Bisa saja sekarang ia sedang fokus mengerjakan skripsinya, atau mungkin ia justru tertidur selayaknya yang dilakukan oleh hampir seluruh insan di waktu seperti ini.

Linka pun menghela napas seraya menuangkan air ke dalam gelas yang telah berisi bubuk cokelat instan. Usai mengaduknya sampai rata dan siap untuk dinikmati, Linka yang tadinya berniat langsung kembali ke kamar tiba-tiba saja memandang ke arah tangga. Kemudian pada sekon berikut, tahu-tahu saja ia sudah membawa kaki-kakinya ke sana, menaikinya.

Atap; sekonyong-konyong Linka teringat akan tempat itu dan keinginan untuk berdiam diri di sana pun timbul begitu saja dalam dirinya.

Namun, sesampainya Linka pada tangga lain yang akan membawanya ke atap, ia malah mendapati pintu sudah sedikit terbuka, yang membuatnya segera berasumsi bahwa seseorang tengah berada di sana, entah siapa pastinya. Mendadak Linka pun ingin mengurungkan niatnya dan bergegas kembali ke kamar, tetapi rasanya tanggung karena hanya tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai ke tujuan.

Pada akhirnya, Linka pun memutuskan untuk tetap naik ke atap, sekaligus mencari tahu siapa penghuni kos yang telah lebih dulu ada di sana.

Kala memandang ke arah sofa panjang, langkah Linka kontan melambat sebab seseorang yang terduduk di sana rupanya adalah laki-laki yang sempat ia pertanyakan keberadaannya saat di dapur tadi.

See You After Midnight [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang