33 | dia, takut

896 105 0
                                    

Di sisa waktu sore itu Linka habiskan hanya untuk merenungkan apa-apa saja yang sudah Zefran sampaikan padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sisa waktu sore itu Linka habiskan hanya untuk merenungkan apa-apa saja yang sudah Zefran sampaikan padanya. Lelaki itu sendiri masih setia duduk di sampingnya meski tak lagi berkata-kata. Zefran hanya ingin Linka tahu bahwa gadis itu tidak sendiri sebab ia akan selalu ada bersamanya dalam keadaan apa pun. Kendati merasa agak kecewa karena Linka lebih mementingkan orang lain ketimbang dirinya sendiri, Zefran tak sedikit pun memiliki keinginan untuk meninggalkannya.

Sembari menerawang jauh ke arah langit jingga di menit-menit terakhir sebelum sang surya tenggelam, Linka teringat kembali pada beberapa masa ke belakang yang membuatnya tersadar betapa nyatanya penuturan Zefran. 

Selama ini, Linka selalu dipenuhi oleh perasaan rendah diri karena sifat yang ia miliki, sehingga ia tak pernah lepas menyebut dirinya sendiri dengan “orang seperti aku” atau “aku yang kayak begini”. Padahal, sejatinya perkara tersebut tak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai kekurangan ataupun kelemahan. Hanya saja, pada kenyataan di lapangan, pandangan dari orang lain tidak semuanya demikian, dan Linka malah berakhir lebih memedulikan itu kendati semestinya ia cukup membuang yang tidak perlu.

Linka juga mulanya merupakan tipe orang yang selalu kesulitan berkata tidak hingga ia berujung sering memberi banyak kesulitan terhadap dirinya sendiri. Meski akhir-akhir ini Linka sudah dapat terlepas sedikit demi sedikit, tetapi tetap saja hal itu ia lakukan semata-mata demi kepentingan lain--demi lancarnya proyek kelompok serta sekadar menuruti peraturan Bu Winda. Dan, Linka tetap lupakan dirinya yang semestinya tetap menjadi prioritas paling teratas.

Terakhir, yang terkait erat dengan Zefran, adalah Linka yang selalu merasa dirinya tak sebanding dan tak pantas, sehingga sebelum menjadi sedekat sekarang, ia hanya dapat bersikap selayaknya seorang pengagum rahasia. Lantas, ketika Linka mengetahui fakta bahwa perasaannya terbalaskan, ia sulit memercayai hal itu dan berkali-kali menyangkalnya dalam hati meski sesungguhnya Zefran betul-betul tulus dan tak pernah memandangnya berbeda. Namun, nyatanya jatuh cinta pada sosok seperti Zefran tak bisa membuat Linka hanya fokus pada dirinya seorang--seperti yang pernah lelaki itu utarakan kepadanya. Ada beberapa hal yang selalu Linka khawatirkan, yang salah satunya seperti: bagaimana pandangan orang-orang jika melihat Zefran bersamanya kelak?

Dan, dalam waktu yang terbilang singkat, Linka langsung dapat mengetahui jawabannya di saat ia memunculkan diri bersamaan dengan Zefran untuk pertama kali. Persoalan tersebut segera menguatkan rumor yang telah tersebar sebelumnya. Linka seketika dipandang buruk, dan mustahil hal itu tak langsung menghancurkan kepercayaan dirinya begitu saja. Tak peduli dengan fakta bahwa ia pun seorang korban, tetapi tak ada yang dapat ia lakukan sebab segalanya telah kepalang berjalan.

Embusan napas berat kemudian Linka loloskan. Pikirannya benar-benar kacau sekarang, dan ia tak tahu apa yang harus diperbuat untuk memperbaiki keadaan. Baru teringat akan keberadaan Zefran yang sama sekali tak memilih untuk pergi, lantas Linka tolehkan kepala ke samping. Lelaki itu melakukan hal serupa dengan Linka sebelumnya, mengamati langit senja yang tinggal menunggu waktu saja sampai lenyap dan berganti dengan gelap malam. Menilik dari rautnya yang tampak serius, Linka cukup yakin bahwa isi kepalanya tengah penuh sekarang. Hati Linka seketika berdenyut nyeri sebab tahu ialah penyebabnya.

See You After Midnight [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang