37 | dia, berharga

816 98 0
                                    

Zefran menuruni tangga dengan sedikit buru-buru seraya mencangklong tas ransel serta membawa laptop--yang menyala--di kedua tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zefran menuruni tangga dengan sedikit buru-buru seraya mencangklong tas ransel serta membawa laptop--yang menyala--di kedua tangan. Penampilannya tampak begitu rapi dengan mengenakan kemeja putih lengan panjang, celana bahan hitam serta dasi yang sewarna. Sesampainya di ruang tamu, lelaki itu segera menaruh laptop di atas meja, sementara ranselnya setengah dilempar ke sofa. Ia sudah hampir akan duduk di sana kala tiba-tiba  teringat akan suatu hal yang penting.

Lantas Zefran kembali beranjak menuju lantai atas, mengambil sesuatu yang tertinggal di kamarnya. Sampai di tangga, Zefran berpapasan dengan Luki yang kebetulan hendak ke lantai bawah. Luki segera mengernyit kala mendapati Zefran yang tampak sedikit panik.

“Ngapain lo balik lagi?” tanya Luki segera.

“Jas gue ketinggalan,” Zefran membalas sembari berlalu.

Tanpa peduli dengan reaksi Luki, Zefran bergegas masuk ke kamarnya dan meraih jas hitam yang tergantung di balik pintu. Setelahnya, ia langsung saja kembali ke lantai bawah. Dilihatnya Luki terduduk di sofa dan tengah menatap ke arah layar laptop Zefran. 

“Njir, PPT lo belom beres, Zef?” Luki tampak tak percaya. “Lo sidang tiga jam lagi, ‘kan? Semalem lo nggak sempet bikin apa gimana, dah?”

“Gue udah bikin dari semalem, itu,” sahut Zefran, lalu diembuskannya napas kasar. “Sialnya di bagian-bagian akhir malah nggak kesimpan. Untung tadi sempat gue cek ulang, kalau nggak, pasti mampus gue.” Laki-laki itu tadinya hendak kembali melanjutkan pembuatan power point, tetapi lagi-lagi ia malah teringat hal lain, membuatnya lekas mengecek isi ranselnya. Kala tak menemukan apa yang dicari, ia kontan berdecak kesal dan bersiap untuk kembali ke kamarnya.

Luki yang melihat itu tentu menjadi terheran-heran. “Apaan lagi sekarang?”

Charger laptop gue,” jawab Zefran sekenanya.

“Cuma itu yang ketinggalan? Coba cek lagi. Baru tau gue kalau lo mendadak jadi pelupa kalau lagi panik.”

Zefran tertawa hambar. “Yang kali ini udah jelas lebih parah, bikin gue susah buat ngontrol diri sendiri,” aku lelaki itu. Setelahnya, menuruti perkataan Luki, ia mencoba mengecek kembali barang bawaannya agar tak ada lagi yang terlupa. Beruntung charger laptop memang yang terakhir. Ia pun langsung bergegas ke kamar untuk mengambilnya dan kembali dengan secepat kilat. Lantas buru-buru ia duduk di sofa dan fokus pada laptop, mengerjakan apa yang harus ia rampungkan segera.

Selang beberapa sekon, terbukanya pintu salah satu kamar kos di lantai bawah terdengar, menampilkan sosok Maira dengan muka bantal khas baru bangun tidur. Sambil menguap dan menggaruk pelan rambutnya, ia berjalan menghampiri Zefran dan Luki di ruang tamu.

See You After Midnight [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang