Ketika Zefran berkata bahwa dirinya akan memberikan ruang dan waktu bagi Linka, ia benar-benar menepatinya. Beberapa hari terakhir ini tak ada interaksi berarti yang terjadi antara keduanya saat mereka tak sengaja bersinggungan. Sesekali lelaki itu memang menyapa atau sekadar melempar senyum, dan sudah, hanya sebatas itu. Berusaha keras ia menahan diri meski sejatinya ingin sekali berbicara dengan sang gadis pujaan dan bertanya apakah ia sudah merasa jauh lebih baik setelah apa-apa saja yang telah terjadi.
Namun, seiring bergantinya hari, keadaan seolah mendukung mereka untuk tidak dulu berurusan dengan satu sama lain. Mahasiswa semester empat seperti Linka kembali harus menghadapi gempuran tugas individu maupun kelompok yang tak ada habisnya, apalagi di saat waktu pelaksaan Ujian Akhir Semester yang kian dekat. Sementara Zefran sang mahasiswa tingkat akhir harus mempersiapkan segala sesuatu untuk sidang skripsinya yang sudah ada di depan mata.
Mau tak mau masalah di antara keduanya harus terlebih dahulu dikesampingkan sejenak karena masing-masing kesibukan. Setidaknya, sampai pada satu titik di mana sepasang insan itu mulai menyadari bahwa sudah cukup lama waktu berlalu sejak terakhir kali mereka bersua.
Kini, terpantau jam telah menunjukkan pukul setengah dua pagi.
Kendati sedang tak melakukan apa pun, Zefran kesulitan untuk tidur sehingga dirinya masih betah terjaga. Kemungkinan karena sebelumnya telah terbiasa begadang, dan beberapa jam lalu ia memang sempat mengonsumsi segelas kopi dan saat ini efeknya tengah bekerja dengan baik. Mulanya, ia memilih untuk menonton film selagi dirinya punya waktu bersantai. Namun, di saat tak fokus, pandangannya tak sengaja jatuh pada meja pendek di samping kepala tempat tidur, di mana pada sudutnya terdapat sebuah lilin aromaterapi beraroma kayu cendana.
Adalah hadiah pemberian Linka, yang secara otomatis membuat bayangan gadis itu lekas mengisi kepala Zefran.
Lama-kelamaan, film yang terputar dalam laptop terabaikan sepenuhnya oleh sebab pikiran yang teralihkan. Rasa rindu perlahan meluap, mengingat sudah cukup lama keadaan tak lagi sama seperti sedia kala. Keinginan menggebu untuk sekadar melihat sosok nyata Linka kian sulit terbendung. Padahal, mereka masih bernaung dalam satu atap bangunan yang sama, tetapi rasanya jarak yang terbentang begitu jauh. Zefran pun tak tahu apa yang harus ia lakukan selain menunggu. Menunggu hingga waktu yang tepat tiba--meski entah kapan pastinya.
Embusan napas berat lantas Zefran loloskan.
Kemudian, tak lama setelahnya, sayup-sayup lelaki itu menangkap bunyi pintu yang terbuka.
Kontan Zefran tergeming dan lekas menekan ikon pause pada laptop. Dalam benaknya ia segera menerka-nerka sekaligus berharap bahwa dirinya sama sekali tak keliru. Suara yang terdengar samar cukup meyakinkan Zefran bahwa asalnya dari lantai bawah, tempat kamar para penghuni perempuan berada. Dan, yang mampu Zefran pikirkan hanyalah satu nama. Sebab siapa lagi yang memiliki kebiasaan keluar dari kamarnya di waktu selepas tengah malam seperti ini selain gadis itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
See You After Midnight [END]
Romance[Reading List @RomansaIndonesia Kategori Cerita Bangku Kampus - Oktober 2023] Hanya butuh waktu singkat bagi Linka Drisana untuk jatuh cinta pada Aldio Zefran Waranggana, seorang kakak tingkat dengan sejuta pesona. Bukan soal fisik belaka, melainkan...